Mengampuni dalam hal yang benar
Hi sahabat2 sekalian..sudah lama saya tidak muncul dalam penulisan blog ini...hari ini kebetulan aada sedikit waktu senggang..saya coba menulis sebuah artikel pendek tentang " pengampunan dalam hal yang benar "
Hi sahabat2 sekalian..sudah lama saya tidak muncul dalam penulisan blog ini...hari ini kebetulan aada sedikit waktu senggang..saya coba menulis sebuah artikel pendek tentang " pengampunan dalam hal yang benar "
Sabtu 12 September 2015 aku diajak beberapa penatuaku ke Wisma Lansia MM di Salatiga. Untuk apa? Jadi wartawan, memotret dan menulis laporan perjalanan di pesbuk. Gaklah, kamera hapeku tak punya flash. Gapapa, pokoknya ikut saja daripada kamu di rumah, anggap saja rekreasi.
11 September 2015 malam aku memandangi spreadsheet di layar monitor komputer setelah memasukkan data transfer donasi ke 5 pendeta pedesaan, 4 Guru Wiyata Bakti, dan 1 mahasiswa Teol, yang berjumlah Rp.3.205.090,- Naik bila dibandingkan Agustus yang Rp.2.754.572,- karena mulai September “Pdt EME” masuk dalam daftar penerima donasi.
30 Maret 2015 pagi aku kirim friend request ke seorang pesbuker – perempuan muda, wajah lumayan, lahir di sebuah kota kecil di sebelah timur kotaku. Tanpa menunggu konfirmasi aku kirim message kepadanya.
@VC baru saja berakrobatik bahwa penjelasanannya ttng SUDAH TAPI BELUM adalah yang bisa dicerna secara alkitabiah dan akali dengan menghadirkan suatu POLEMIK baru dengan sebutan PARADOKS?
Lebih brutalnya lagi @VC mengajukan 4 pertanyaan sebagai bukti bahwa kekristenan itu paradoksial?
benarkah demikian?
TIDAK
Syalom teman -teman yang di berkati Tuhan, disini saya ingin berbagi pengalaman saya. Langsung ke topik saja, Selama ini saya banyak bertanya-tanya siapakah aku ini?
The whole course of human history may depend on a change of heart in one solitary and even humble individual - for it is in the solitary mind and soul of the individual that the battle between good and evil is waged and ultimately won or lost. - M. Scott Peck (9)
Shalom saudaraku,
Karena anggota gereja Sekaran yang tinggal di dusun Ndelik jarang datang, Bpk Soemardiyono melakukan jemput bola. Minggu sore dia bersepeda ke sana mengumpulkan mereka bersekutu dalam doa dan pembacaan Firman. Tuan rumah berganti-ganti dan anggotanya makin bertambah sehingga terpikir oleh Pak Mar untuk memiliki tempat bersekutu yang tetap. Dusun ini betul-betul ‘ndelik’ (tersembunyi) karena terpencil di tepi hutan jati. Dengan uang tabungan istrinya dia membeli sepetak kecil tanah di sana. Tidak mahal kok. Lalu dari mana biaya pembangunannya? 
Pada tahun 1960-an guru sekolah dihormati, terlebih di desa. Walau ‘hanya’ guru SD, bagi orang desa dia adalah orang hebat karena bisa membaca, menulis dan berhitung. Selain menjadi penolong penduduk membacakan surat-surat yang diterima dari sanak keluarga yang tinggal jauh dan kemudian menuliskan surat-surat balasannya, dia juga menjadi tempat bertanya tentang apa saja. Dan kehormatan yang lama disandang oleh Bpk Soemardiyono ini lenyap setelah dia diasramakan oleh pemerintah selama 2 tahun sebagai tahanan politik. Orang yang selalu disapa dengan hormat oleh setiap penduduk kini dihindari seperti orang berpenyakit menular. Bukan karena mereka membencinya, tetapi bila tampak akrab dengannya takut didatangi tentara untuk diperiksa apa punya “kuman penyakit” yang sama.
Bpk Soemardiyono badannya bukan kecil, tetapi langsing. Gerak tubuhnya masih lincah. Waktu menyalami istrinya aku bertanya “Ibu pensiunan pegawai negeri?”
“Yg pegawai negeri itu istri Bapak yg dulu. Saya istri sambungan, hanya bidan desa.”
Begitu duduk di kursi tamu istrinya segera menyajikan minuman air mineral cup, sesisir pisang dan setandan kecil buah anggur. Padahal dia belum tahu tamunya ini datang bawa berkat atau laknat. Kepada Pak Mar aku menjelaskan maksud kedatanganku ke gerejanya.

Dear all blogger SS,
Selama bulan Juli - Agustus lalu, dalam rangka merayakan ulang tahun SS ke-8, kami mengadakan lomba menulis puisi bertema "Aku dan SABDA Space". Terima kasih untuk semua blogger yang sudah berpartisipasi dalam lomba ini. Sebanyak 8 puisi telah ikut dilombakan, dan inilah pemenangnya:
Pemenang Lomba Puisi SS:
1. Judul: Jejak Hidup
Blogger: Pak Tee
2. Judul: Refleksi Sabda Space
Blogger: Guestx
3. Judul: Itulah Aku dan Sabda Space
Blogger: Smile
SELAMAT kepada semua pemenang!! :)
Sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih kami atas partisipasi dan kreativitas Anda, maka kami akan memberikan hadiah kepada para pemenang. Setiap pemenang akan kami hubungi melalui email.
Bagi semua blogger SS, teruslah berkarya dan menjadi berkat bagi banyak orang! Tetap semangat dalam menjadi saksi Kristus melalui tulisan. Tuhan Yesus memberkati.
Bilamana diamati dari cerita di blog rekan @Purnomo, sebenarnya apa yang disampaikan adalah fenomena gunung es dimana jika pola penyebaran injil yg sekedar "kristenisasi" tidak diubah, akan tercetap para hamba Tuhan yg menjadi pendeta sebagai ORANG UPAHAN, bukan sebagai Gembala, atau bahkan Rasul atau Nabi
Setelah 60 menit bermotor melintasi batas kota timur Semarang, Mranggen, Karangawen aku sampai ke pasar Tegowanu. Mencari alamat di pelosoknya bagiku cukup berbekal nama kelurahan dan nomor RT & RW-nya. Aku tidak mengandalkan ji-pi-es, tetapi pangkalan ojek. Dari mereka aku mendapatkan keterangan rinci plus nasihat, “Nanti kalau mau lewat lintasan rel kereta api berhenti dulu, lihat kiri kanan sebelum menyeberanginya. Dua bulan yang lalu ada yang mati tersambar kereta.”
"Bagaimanakah kisah enam orang buta yang berdebat soal gajah akan ditulis jika ternyata bukan hanya enam orang tersebut yang buta, tapi seluruh manusia tak dapat melihat ?"
Pak Budi bercerita juga tentang pelayanannya di pelosok Jawa Timur dan Palangka Raya. Sampai dia mengakhiri kesaksiannya, aku belum bisa memutuskan apakah dia bisa dimasukkan ke dalam “Cluster Teol”. Untuk memberi tambahan waktu otakku berpikir, aku mengulur waktu dengan berkata, “Pak, saya ke mari untuk minta maaf karena sewaktu donasi untuk Bpk dihentikan mendadak saya lupa memberitahu kepada Bpk sebelumnya.”
“Saya sebetulnya ingin bertanya kepada mbak Ningsih tetapi saya sungkan mengatakannya,” jawabnya. Ningsih adalah penyalur santunan untuk para GWB di daerah selatan Semarang sampai Ungaran.