Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PDT EME-1 – MEMANGNYA purnomo SUDAH GOBLOK?

Purnomo's picture

            Setelah 60 menit bermotor melintasi batas kota timur Semarang, Mranggen, Karangawen aku sampai ke pasar Tegowanu. Mencari alamat di pelosoknya bagiku cukup berbekal nama kelurahan dan nomor RT & RW-nya. Aku tidak mengandalkan ji-pi-es, tetapi pangkalan ojek. Dari mereka aku mendapatkan keterangan rinci plus nasihat, “Nanti kalau mau lewat lintasan rel kereta api berhenti dulu, lihat kiri kanan sebelum menyeberanginya. Dua bulan yang lalu ada yang mati tersambar kereta.”



           Pdt Lukas baru 1½ tahun di gereja kecil ini setelah bertugas di pelosok Sumatera selama 18 tahun.
          “Ada perbedaan yang Bpk rasakan?” tanyaku.
          “Ada. Di sini jemat kecil, antara 25 – 30 orang yang hadir di kebaktian Minggu. Di sana jauh lebih banyak karena sebagian besar adalah buruh kontrak perkebunan.”
          “Perbedaan yang lain?”
          “Di sana jemaat memperhatikan kehidupan pendetanya, di sini tidak.”
           Aku melongo. Kok bisa-bisanya kalimat ini keluar dari mulut seorang pendeta.
          “Maaf, honor Bpk di sini berapa?”
          “Sebulan satu juta rupiah.”
           Kembali aku heran. Pendeta yang 1 sinode dengannya di Karangawen 2 tahun yang lalu hanya menerima 500 ribu sehingga aku kirimi donasi. Ini 1 juta masih bilang “kurang diperhatikan” padahal anaknya cuma 1 dan istrinya juga 1.

          “Pernah tidak terpikir oleh Bpk untuk menambah penghasilan dengan memelihara ayam, atau bebek, atau kambing?”
          “Pelihara kambing itu sulit dan lama hasilnya. Lebih mudah dan cepat hasilnya memelihara sapi. Di sini banyak yang pelihara sapi.”
           Jujur saja aku kepingin ngakak. Memangnya purnomo itu sudah goblok gara-gara sudah tuwir? Tanah tersisa di belakang gereja tinggal 2 meter. Memang masih bisa dibuat kandang kambing atau sapi. Tetapi jangankan sapi, kambing pun aku tidak lihat sepanjang jalan 5 kilometer tadi. Tidak ada rumput di daerah ini karena ini sentra tembakau. Lalu bagaimana kalau kambingmu lepas dan mengunyah daun tembakau di ladang orang? Kasihan ‘kan kalau kena kanker paru-paru padahal belum terbit kartu BPJS untuk kambing.

          “Anggota gereja ini datang dari mana saja, Pak?”
          “Dari kampung ini saja. Seluruh penduduk kampung ini Kristen. Ada satu dua orang yang datang dari kampung lain.”
          “Lalu apa pekerjaan mereka sampai tidak memperhatikan pendetanya?”
          “Kebanyakan tukang batu, jadi tidak menentu penghasilannya. Sebagian pengangguran, sebagian lagi janda.”
           Aku belum tega menanyakan umur berapa janda-janda itu. “Bisa saya melihat ruang ibadah?”



            Dia membuka pintu ruang ibadah. Puterinya yang sudah di SMKN sedang tidur di lantai. Aku mencegah dia membangunkannya. Aku hanya melihat 1 alat musik saja, kibod. Ada over head projector. Dinding sisi belakangnya bersih, tidak ada kertas pengumuman yang menempel. Lalu aku diajak melihat bagian belakang pastori. Dia menunjuk dinding yang retak.
           “Waktu dulu membangun, bagian belakang ini salah konstruksi. Untuk memperbaikinya gereja menyelenggarakan persembahan dana pembangunan. Tetapi masih sedikit yang terkumpul.”

           “Kalau boleh, apa bisa saya melihat laporan keuangan gereja ini ke gereja induknya?”
           “Status gereja ini sudah mandiri, jadi langsung di bawah sinode di Jakarta.”
           “Ada arsip laporannya?”
           “Tidak ada arsip karena saya melaporkannya setiap minggu lewat sms, jumlah yang hadir dan jumlah kolektenya.”
            Jujur saja aku harus menahan tawaku agar tidak kuwalat.
           “Oooooo begitu. Lalu menurut Bpk mengapa jemaat sampai tidak memperhatikan pendetanya?”
           
            “Pendeta sebelum saya itu istrinya pegawai negeri. Gaji istrinya sudah cukup unt kebutuhan hidupnya sehingga dia tidak mendidik jemaatnya untuk memperhatikan dirinya.”
            “Pendeta itu namanya siapa dan sekarang bertugas di mana?”
            “Namanya Pak Sumardiyono, akrab dipanggil Pak Mar, sudah pensiun. Usianya 80-an tahun.”
            “Masih hidup?”
            “Masih. Dia tinggal di kampung ini juga.”
            “Kok bisa ya umur segitu masih hidup.”
            “Mungkin karena badannya kecil.”
            “Kalau begitu saya permisi dulu Pak Lukas. Saya mau mampir ke rumah Pak Mar.”

             Aku memang tak perlu berlama-lama di gereja ini. Aku juga tidak menanyakan nomor rekening tabungannya. Sia-siakah perjalanan panjangku ke pelosok ini?

             Tidak, karena kemudian aku mendengar cerita perjuangan seorang Sumardiyono yang setia mengemban Amanat Agung di dalam kemiskinannya. Seorang yang dengan gigih dan sabar memenangkan satu persatu jiwa dan merintis berdirinya 3 jemaat di pedesaan.

                                                                            (Sabtu 29.08.2015)

** Nama orang dan kelurahan disamarkan.

lisna's picture

@ Mencari Perhatian

Salam kenal pak Purnomo, boleh ya ikut komen.. jika saya perhatikan, benar anda lebih suka jadi penonton daripada ikutan debat, bahkan anda lebih suka bercerita mis. sperti blog ini.. yang walaupun kelihatannya iseng tapi saya melihat hal-hal yang tersirat didalamnya.

Saya ada saran bagi para pendeta bagaimana mendapat penghasilan tambahan, tanpa dicela. dimanapun anda berada lakukanlah ini dengan rajin pasti hasilnya maksimal. ( Kota atau Desa ) dan menurut saya cara ini lumayan ampuh , minimal dapat paket  ubi, singkong, sayuran atau makanan jika di desa.

1. Harus dibuat Daftar Lengkap Nama Jemaat berikut anak-anak nya.

2. Daftar nama tersebut diatur / disusun menurut Tanggal - Bulan - Tahun, Lahir.

Selanjutnya sang pendeta tinggal memantau, setiap ada yang ulang tahun harus dia datangi kemudian ucapkan selamat dan di doakan si jemaat pasti takjub karena mendapat perhatian dari pendetanya dan yakinlah pastilah ada salam tempel pada saat pulang atau paket yg lain, ingat SUNGKAN itu sudah menjadi adat bangsa kita, dengan perhatian seperti itu si jemaat pasti sungkan jika tidak memberi sesuatu apalagi sudah didoakan dan oleh pendeta pula, bila perlu ngutang ???.

Jika masih kurang bisa ditambah mendoakan anak agar naik kelas / lulus atau yang sdh naik kelas / lulus , semua beralaskan ucapan syukur kepada Alloh. ( mungkin masih ada yang lain tergantung lokasinya yang pasti trick nya sama ).

Karena pak Purnomo banyak mengenal pendeta, tolong disampaikan saran ini, tapi sebelumnya mohon dipastikan apakah ini saran dari seorang Liberal, Fundamental, Bidah, Agnostik atau Penyesat, agar anda tidak terjebak dalam masalah. jika perlu mungkin ada saran dari pak tonypaulo sebagai pengawas.

moga-moga @questx dan @victor turut membaca sebagai pakar pemerhati.

Salam..........

 

 

guestx's picture

lisna adalah bengcuis :-)

lisna itu bukan fundamentalis, liberalis, etc.

dia adalah "bengcuis".  dia mempelajari dengan seksama kitab-kitab Sang Bengcu dan sudah berhasil membuat ajaran baru yang dikembangkan dari jurus andalan sang suhu. :-)

__________________

------- XXX -------

Purnomo's picture

Lisna, thx atas usulan Anda

nanti saya sampaikan kalau kembali mengunjungi mereka.

Saya tidak bisa memastikan Anda ini Liberal, Fundamental, Bidah, Agnostik atau Penyesat karena - nah dalam hal ini - saya betul2 goblok.

Amanat Agung saja yg saya ingat dan mampu mengerti hanya kata PERGILAH.
Maka saya pergi mencoba membantu orang2 yg sedang berusaha -

menjadi tanda dan sarana akan kehadiran, kuasa dan kasih Allah bagi orang lain.

Salam kenal.

tonypaulo's picture

@Lisna, tidak jaminan

jika seorang pendeta memperhatikan hanya karna ingin diperhatikan, itulah yg saya sebut sebagai orang upahan

dan sekalipun jemaat tersebut hanya sekedar pengunjung dan konsumen, tidak ada tersedia bahan material untuk gereja berdampak dibangun, saya rasa akan lebih baik gereja tersebut dibubarkan saja

karna banyak pendeta menjadikan gereja sebagai "rumah sakit" atau "mall" bagi para jemaatnya

lisna's picture

@ Judulnya apa ya ?

Mas Purnomo terimakasih atas tanggapannya, anda benar2 konsisten tidak mau masuk dalam debat. kiranya Amanat Agung dapat anda jalankan dengan benar, TYM.

Bung questx, saya juga membaca tulisan anda tentang 6 org buta dan mencoba memahami nya, akan tetapi ketika anda menaggapi saya sebagai Bengcuis, saya kaget, sebab menurut analisa saya ( butet ) tentang 6 org buta terbit setelah anda dituduh sebagai Liberal dan naik pangkat sebagai penyesat oleh pak tonypaulo.

Mungkin questx lupa atau tidak baca bagaimana lisna dan maya  berdebat dengan hai-hai bengcu yang saya akhiri karena saya pikir urat malunya si hai-hai  sudah putus.

Pak tonypaulo, saran yang saya berikan itu bagi pendeta yang baru merasa kekurangan, sebelum mereka mencuri dari gereja atau jemaat, saya pikir saran saya lumayan ok, yang salah motivnya tidak nampak. dan masih ada harapan yg positif, dimana ketika pendeta dalam kunjungannya bertemu jemaat2 yang lebih miskin dari dia maka si pendeta akan bertobat, atau karena seringnya berdoa dalam tiap kunjungan akan mmbuat si pendeta menyesal dan bertobat.

he..he..he namanya juga usaha. 

GBU

 

 

guestx's picture

@lisna : kuncinya di :-) dan "..."

hehehe... saya ikutan di diskusi awal di blognya lisna tentang JHWH dan iblis dan tahu penjelasan Lisna bahwa blog tersebut sengaja dibuat justru untuk menunjukkan "kesesatan" berpikir hai-hai.

sebutan "bengcuis" dalam tanda petik hanya melanjutkan "kesesatan judul" blog lisna. dalam blog tersebut lisna mengikuti logika Bengcu dan tiba pada kesimpulan yang spektakuler, lebih radikal dari kesimpulan bengcu sendiri. lalu titik! tidak ada penjelasan tambahan. bagi yang tidak menonton 'pertarungan-pertarungan' sebelumnya, kesannya judul dan penutup blog itu jadi pandangan sang penulis. nah, kalau mengikuti episode sebelumnya dan baca penjelasan di kolom komentar (khususnya oleh maya),  pasti tahu bahwa lisna bukan pengikut bengcu. saya juga sudah tahu karena masih rajin menyambangi SS pada masa itu.

karena itu saya beri dalam tanda petik dan disertai tanda senyum manis. sekedar mengenang betapa label dan judul tak selalu mewakili isi. seperti yang dicontohkan sebagai "para penyesat" di blog-blog Pak Purnomo.

maaf, kalau jadi salah paham.

__________________

------- XXX -------