Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

bea siswa

Purnomo's picture

NDILALAH KERSANE ALLAH bag.1 SEGULUNG UANG MERAH

             Kemarin sore setelah menurunkan 2 cucuku di 2 tempat les yang berbeda, aku ke warung fotokopi. Lalu ke rumah sakit menengok organis gereja yang gagal berakrobatik dengan motornya di daerah proyek fly-over Jatingaleh sehingga 5 tulang rusuknya patah. Lantas makan mi jowo di warung tenda saking laparnya. Jiah, gurih banget, minyak B2-nya terasa sekali. Kemudian ke seberang kampus Unika menghadiri persekutuan doa rumah tangga. Di situ seorang teman menyodorkan segulung uang warna merah kepadaku.


Purnomo's picture

ORANG PINTAR BELANJA HEMAT SEKOLAH MURAH

            Siang tadi aku ke Sekolah Nasional Mataram untuk menemui Kepsek SD-nya memberitahu siswanya yang aku santuni masih ada 7 orang dan undangan untuk mengambil uang aku kirim langsung ke ortu ybs lewat sms, tidak lagi melalui Kepsek. Sewaktu melintas depan kelas TK aku melihat seorang lelaki muda yang anaknya aku santuni waktu kelas 6 SD dan mulai bulan Oktober akan disantuni kembali karena SMP-nya tetap di sekolah ini.

 

Purnomo's picture

BIAR ANAK-ANAK SAYA TIDAK MALU

          Minggu 08 Nopember 2015 usai ibadah pagi aku nongkrong di kantin gereja. Seorang ibu menggandeng anak kecil menghampiri mejaku.
         “Duduk Bu,” kataku mempersilakan dia duduk semeja denganku. “Ini anak ketiga? Berapa umurnya?”

 

        

Purnomo's picture

IBU SAYA HILANG

              Sewaktu memulai penyantunan siswa sebuah SD Swasta, saya meminta daftar siswa yang layak disantuni dari kepsek. Kemudian saya berkeliling mengunjungi alamat-alamat itu untuk mengetahui apakah saya dan Kepseknya sudah sama persepsi untuk kriteria "layak disantuni". Ada yang hanya saya lewati saja karena melihat bentuk rumah dan lingkungannya saja sudah pasti masuk kriteria. Tetapi ada juga yang saya kunjungi rumahnya.

               Beberapa hari kemudian saya kembali menghadap Kepsek.

 

Purnomo's picture

DWI BONGSOR

               Mei 2013. Setelah menurunkan istri di Gang Baru untuk belanja, aku membelokkan motorku ke gang sebelahnya. Di seberang rumah kecil aku memarkirkannya. Seorang lelaki keluar dari rumah itu karena melihat aku.
            ”Koh Ping Liang ya?” tanyaku.
            ”Iya betul. Mau cari apa, Oom?”
             Dia tidak tanya ‘mau cari siapa?’ karena dia jual barang rongsok, begitu yang tercatat dalam databaseku. Baru sekali ini aku ke rumah ini.

 

Purnomo's picture

ISTRI SAYA HILANG

          Rabu pagi tadi aku berkeliling kota mengumpulkan laporan dari para penyalur beasiswa SD. Waktu pengambilan santunan Senin dan Selasa. Seorang dari mereka memberitahu ada 3 yang tidak diambil. Mereka dari satu keluarga dan baru sekali ini tidak mengambilnya. Biasanya yang mengambil ibunya. Jika sebelumnya kepseknya memberitahu aku penyebabnya (siswa sakit, orang tuanya keluar kota), uang santunan itu aku simpan dan bisa diambil bersamaan dengan santunan bulan berikutnya. Tanpa pemberitahuan dari kepsek, santunan yang tidak diambil aku hanguskan. Tetapi sampai pagi tadi tidak ada berita dari kepsek. Jumlah santunan untuk 3 anak itu 340 rb sementara uang sekolahnya 395 rb.


Purnomo's picture

SAYANG ANAK, SAYANG ANAK

                Siang tadi di pelataran halaman depan sebuah SD Swasta aku membagikan santunan kepada 10 orang. Sekolah libur karena hari Minggu seluruh siswa dari kelas 1 sampai 6 piknik ke Jogja dan pulang pk.01.00 malam. Tetapi ortunya datang karena sudah aku kirimi sms.

                Seorang bapak yang anaknya siswa kelas 6 bertanya, "Nanti anakku waktu smp masih bisa dibantu ndak, boss?"

 

Purnomo's picture

ILEGAL tapi DIRESTUI

          Minggu 08 Nopember 2015 usai ibadah pagi aku nongkrong di kantin gereja. Seorang ibu menggandeng anak kecil menghampiri mejaku.
         “Duduk Bu,” kataku mempersilakan dia duduk semeja denganku. “Ini anak ketiga? Berapa umurnya?”

Purnomo's picture

Duh Gusti, matur nuwun

               Sekitar 6 tahun yang lalu aku menyantuni 10 siswa SD Tabita yang lokasinya tidak jauh dari tokonya. Karena teman-teman gereja dan teman-teman sosmed ikut bergabung menjadi donatur jumlah siswa yang disantuni terus bertambah. Untuk daerah sekitar tokonya kegiatan pemberian bea siswa yang lepas dari organisasi gereja ataupun yayasan ini sudah masuk ke 4 komunitas: 2 sekolah dan 2 gereja dengan 2 orang penyalur santunan (PS). Masalahku saat ini adalah apabila jumlah penerima santunan di daerah ini ditambah, maka anggota baru itu harus mengambil santunan di PS lainnya yang jauh dari rumahnya karena kapasitas 2 PS di daerah ini sudah maksimum. Sebaliknya bila penerima santunan tidak ditambah, saldo akumulatif kas makin membengkak dengan bertambahnya donasi. Masa orang mau ikutan berbagi ditolak?.

Purnomo's picture

MENGEMBANG-BIAKKAN UANG SPP

              Dari manakah uang 800 ribu untuk melunasi spp Yunita? Aku tidak tahu persisnya, tetapi aku yakin uang itu sudah lama ada di tangannya. Ibu Yunita cerdik dan semoga kecerdikannya ini bukan dikarenakan dia pernah membaca blogku “Menyiasati Biaya Pendidikan” yang dikecam banyak pembaca karena, “Mengapa baru sekarang kamu tulis, rugi aku, anakku sudah selesai sekolahnya.”

Purnomo's picture

JANGAN MENCANGKUL DI KAPLING ORANG

               “Ada syarat dari kamu untuk aku dalam membantu orang-orangku?” tanyanya.
               “Ada.”
               “Apa?”
               “Uang bea siswa yang aku berikan kepada orang-orangmu jangan kamu minta sepuluh prosen walaupun dengan alasan teologis.”
                Dia tertawa, “Nylekitmu gak pernah hilang.”

Purnomo's picture

MBOKYAO – 2

         Minggu 27 September 2015 usai kebaktian aku ke kantin gereja untuk sarapan. Belum selesai menyantap sebungkus nasi gudeg beberapa remaja mendekati mejaku. Mereka baru selesai menghadiri kebaktian remaja gerejaku. Mereka aku bantu uang sekolahnya lepas dari organisasi gereja.
        “Tunggu, saya makan dulu,” kataku. Selesai makan aku suruh mereka duduk semeja denganku.

Purnomo's picture

MBOKYAO - 1

         Jumat 25 September 2015 pagi aku pergi ke sebuah SMK di Jl. Dr Cipto. Sebuah gereja memberiku data diri 10 anggota PPA yang dinaunginya, siapa tahu aku bisa ikut menyantuni mereka. Ada teman-teman yang tidak setuju bila seorang siswa yang telah mendapat santunan yayasan PPA aku santuni agar distribusiku bisa lebih luas dibanding apabila aku menyantuni mereka yang sudah mendapat santunan dari pihak lain. Tetapi bagaimana bila SPP-nya 180 rb sedangkan donasi PPA hanya 70 rb? Terlebih lagi bila ortunya betul-betul tidak mampu? Karena itu aku ke SMK ini untuk keperluan itu.


Purnomo's picture

MALAM INI AKU MERINGIS

                 11 September 2015 malam aku memandangi spreadsheet di layar monitor komputer setelah memasukkan data transfer donasi ke 5 pendeta pedesaan, 4 Guru Wiyata Bakti, dan 1 mahasiswa Teol, yang berjumlah Rp.3.205.090,- Naik bila dibandingkan Agustus yang Rp.2.754.572,- karena mulai September “Pdt EME” masuk dalam daftar penerima donasi.


Purnomo's picture

SANG VOKALIS DARI TIMUR

         30 Maret 2015 pagi aku kirim friend request ke seorang pesbuker – perempuan muda, wajah lumayan, lahir di sebuah kota kecil di sebelah timur kotaku. Tanpa menunggu konfirmasi aku kirim message kepadanya.


Purnomo's picture

Pinjami Dia Namamu

Suatu hari kebetulan dia melihat anak tetangganya berangkat ke sekolah. Matanya melihat anak itu tidak mengenakan pakaian seragam dan hanya bersandal jepit. Tetapi hatinya melihat Yesus dalam diri anak itu, berjalan dengan kepala tertunduk ke sinagoge.

Purnomo's picture

Kamu Makan Babi


Siang tadi waktu makan aku duduk di seberang Abel. Tubuhnya kecil dan kurus. Dia dan saudara-saudaranya dirawat oleh neneknya karena kedua orang tuanya sudah meninggal ketika merantau di Kalimantan dan Jakarta. Menu makan siang di ritrit kelas 6 itu nasi sop.

Miyabi's picture

Rp 34.000.000,- segera atau dia di-DO dari Sastra Jerman

Sebut saja namanya G. Ia angkatan mahasiswa 2008 dan sedang mengikuti kuliah semester 6 di salah satu kampus negeri di Ibu Kota Republik Indonesia. Ia terancam tak dapat melanjutkan studi karena tak mampu membayar biaya kuliah.

Purnomo's picture

SDKG 4 - Anda SUKAREWELAN atau SUKARELAWAN?

Setiap saya mengatakan “Saya mau menyelenggarakan sekolah gratis” orang selalu berpikir betapa kayanya saya. Paling tidak saya mampu menyediakan uang 2 milyar rupiah untuk membeli tanah seluas 1000 meter² dan mendirikan bangunan seluas 500 meter². Mengapa saya harus mendirikan sekolah baru bila yang sudah lama berdiri saja ada yang gulung tikar (seperti yang dikisahkan oleh seorang blogger di situs ini)? Menyelenggarakan tidak perlu membangun atau memiliki. Membuat sekolah gratis bisa dilakukan dengan memindahkan diri sendiri dari hilir ke hulu sungai berkat. Jelasnya begini.

Purnomo's picture

SDKG 3 - BOS – Bikin Orang Sableng

Begitu dana BOS dibagikan, masyarakat Indonesia meneguk air kebahagiaan sampai mabok. Setiap SD dan SMP - tak peduli Negeri atau Swasta - dituntut oleh masyarakat untuk tidak memungut biaya serupiahpun dari muridnya. Di sekolah swasta jumlah SPP tertunda mendadak bertumpuk. Ketika orangtua dipanggil menghadap Kepsek, ia datang bersama polisi atau wartawan atau pengurus LSM. Hebatnya, itu juga terjadi di sekolah Kristen. BOS memang bisa Bikin Orang Sableng.