Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

bencana

julian's picture

Merugikan Orang Lain? Hindarilah Hal ini...

Bacaan Ayat: Imamat 25:17; 1 Korintus 13:4-8


Fokus Hidup - "Apa kata Alkitab dalam hal merugikan orang lain? Mengapa kita sebaiknya tidak merugikan orang lain? Simak renungan yang berjudul 'Merugikan Orang Lain? Hindarilah Hal ini...' ini."

 

imcmedia's picture

Hati-Hati Bencana Besar Sedang Terjadi di Indonesia

 Terkejut juga ketika data Ditjen Badilag MA merilis angka 285.184 perkara berakhir dengan perceraian di Pengadilan Agama se-Indonesia. Itu berarti 781 pasangan bercerai setiap hari (detik.com). Atau kalau di hitung menit berarti setiap dua menit ada pasangan yang secara resmi bercerai. Belum lagi terhitung pasangan yang terpisah tanpa keputusan pengadilan Agama.

Bangsa kita sempat melewati berbagai bencana, dimulai dengan kebakaran hutan, tsunami dan berbagai gempa. Semua bencana itu memang memakan korban, tapi tidak sebanyak korban dalam perceraian. Kalau di rata-rata tiap pasangan memiliki satu anak, berarti korban perceraian tiap tahun adalah 855.552 (suami, istri dan anak). Korban-koran inilah yang juga menjadi cikal bakal korban-korban berikutnya karena luka yang tidak tersembuhkan. Suami dan istri yang bercerai masing-masing mencari jalannya sendiri dengan lukanya. Anak-anak yang juga masa depan bangsa bertumbuh dalam kenyataan kerapuhan dan kebingungan ikut ayah atau ibu atau dua-duanya tidak diikuti dan akhinrya pilih jalan sendiri.

Purnawan Kristanto's picture

Menghijaukan Merapi Lagi [2]

1296066100942546374

Penghijauan di wilayah sekitar Deles ternyata lebih sulit daripada di Balerante, baik itu dari medannya maupun pelaksanaannya.

Hari Sabtu, 22 Januari, pukul 7:30, kami memberangkatkan relawan gelombang pertama yang terdiri dari rombongan GKJ, Banser NU, dan tim inti Satgas "Derap Kemanusiaan dan Perdamaian" (DKP) dari GKI Klaten. Beberapa rombongan relawan juga berangkat dari tempat lain, yaitu GKJ Gondang, GKJ Manisrenggo, GKJ Karangnongko dan Banser di sekitar Kemalang. Mereka langsung bergerak ke lokasi penanaman.

Sedangkan saya masih tinggal di Klaten untuk menunggu rombongan dari GKI Klasis Semarang Timur dan Barat. Mereka sudah meluncur ke Klaten sejak pukul 4:30, namun di Boyolali, mereka "pecah kongsi." Rombongan pertama lewat Jatinom, sedangkan rombongan kedua melewati Delanggu yang lebih jauh.

Pak Yus yang berada di rombongan kedua menelepon. "Kami baru sampai Penggung. Kami tidak usah ditunggu. Ditinggal saja tidak apa-apa, nanti kami menyusul," katanya.

ebed_adonai's picture

Bencana Lahar Dingin Merapi...

Maksud hati hari ini mau ke Jogja, tapi batal, karena jalanan diblok sehubungan dengan aliran lahar dingin Merapi yang menerjang jalan raya Jogja-Magelang dan kawasan pemukiman penduduk di daerah Salam. Kecapekan muter-muter cari jalan alternatif, saya berhenti. Iseng-iseng saya ambil beberapa gambar.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan 7 Nopember

Minggu 7 Nopember
Selama 4 malam belakangan ini suara gemuruh seakan menjadi musik pengiring tidur kami. Sebenarnya pada siang hari aktivitas Merapi pun tetap ada namun tersaingi oleh deru kendaraan dan hingar-bingar manusia sehingga tak terdeteksi oleh telinga. Pukul 4:30, saya bangun untuk kemungkinan adanya evakuasi menyusul gemuruh Merapi yang semakin meningkat. Bersama Agus Permadi, saya mengelilingi kota Klaten, namun nampaknya tidak ada pergerakan pengungsi yang siginifikan.

pengungsi Merapi
Ibadah Minggu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Harian Relawan 2-6 Nopember 2010

Hmm...sudah lima hari aku tidak menuliskan pengalaman harianku selama menjadi relawan tanggap bencana ini. Apa ya yang masih kuingat? Dimulai saja deh dari rapat koordinasi di antara GKI yang terjun dalam tim tanggap bencana ini, Selasa 2 Nop.  Ternyata, walau sama-sama bertujuan kemanusiaan, namun untuk menyatukan gerak di antara kami itu bukan perkara mudah. Ada berbagai variabel yang harus diurai untuk memahami keruwetan ini. Kadang variabel itu tampak konyol dan menggelikan, tapi itu nyata.

Purnawan Kristanto's picture

Cerita Ringan Relawan (2)

Dalam hal tertentu, rasa memiliki yang dimiliki oleh jemaat terhadap gerejanya itu baik. Tapi dalam situasi tertantu, rasa memiliki itu kadang bikin jengkel dan geli. Seperti dalam bencana, misalnya. Jemaat kadang merasa bahwa barang-barang yang ada di posko itu milik mereka sehingga berhak menyalurkan barang sesuai selera mereka tanpa koordinasi.

Pagi tadi terjadi kepanikan karena pemerintah menambah wilayah aman bencana dari radius 15 menjadi 20 km. Akibatnya, pengungsi kocar-kacir dan muncul titik-titk pengungsi baru.

Subuh itu, saya segera mengoperasikan SMS centre gereja untuk mobilisasi nasi bungkus. Selain itu juga membuka dapur umum. Puji Tuhan, ada sekitar 640 bungkus bisa disediakan secara impromptu. Siangnya, kami mengerahkan jemaat untuk memasak. Lalu tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa ada anggota jemaat yang tanpa koordinasi dengan posko langsung mengambil puluhan nasi bungkus di dapur umum dan membagi-bagikan sendiri nasi bungkus itu. Hal itu membuat berang koordinator posko.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 1 Nopember

Photobucket

Senin pagi, aku menyempatkan diri ke Yogyakarta. Tepatnya ke kantor Lembaga Konsumen Yogyakarta untuk mengikuti audio cenference. Ceritanya, aku memenangkan kompetisi menulis ide klip pendek yang diselenggarakan oleh www.beosope.com dan mendapat hadiah kamera video Flip. Sebenarnya, aku harus mengambil sendiri hadiah ke Jakarta, Jumat (29 Oktober), namun aku memutuskan untuk tidak berangkat karena harus melakukan respons bencana merapi. Rupanya pihak beoscope bisa mengerti situasinya. Para pemenang tidak perlu ke Jakarta namun mendengarkan penjelasan tentang kelanjutan lomba melalui telepon. Dari Yogya, ada empat orang yang dinyatakan sebagai pemenang. Aku salah satu di antaranya.

Saat baru saja turun dari sepeda motor, tiba-tiba Kirana, anakku menelepon lagi. “Pa, merapi erupsi. Merapi erupsi!” Tak berapa lama kemudian, panggilan telepon datang bertubi-tubi. Kami harus segera merespon erupsi ini karena ada ribuan warga yang akan mengungsi. Kami memperkirakan malamnya pasti akan banyak pengungsi yang harus diberi makan. Aku segera berkoordinasi dengan pdt. Simon Julianto yang ada di Boyolali. Mereka sedang melayani lebih dari 2 ribu

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Relawan, 31 Oktober

Untuk pertama kalinya, kami mendapat guyuran hujan abu dan menyaksikan evakuasi pengungsi. Saat itu kami baru saja menyuplai kebutuhan pengungsi di di Boyolali.

***

Minggu pagi, bpk Hendro dari Gugus Tugas Penanggulangangan Bencana GKI Pondok Indah menginformasikan sudah masuk ke wilayah Klaten. Bersama dengan bpk. Tukiyo dan bpk. Egi, bpk Hendro sudah melakukan perjalanan semalaman dari Jakarta. Pukul 8:30, mereka sudah sampai di Gki Klaten. Saya memberikan informasi tentang situasi pengungsi kepada mereka. Tak lama kemudian pak Bambang  Pudyanto bergabung, lalu sarapan nasi bebek di warung ibu Suwarni, Gondang. Tujuan pertama adalah barak pengungsi di Dompol, Kemalang, Klaten. Saat melintasi pos pengungsi di Keputran, suasananya seperti pasar malam di siang hari. Spanduk dan umbul-umbul dari berbagai instansi, partai, lembaga dan perusahaan  dipancangkan di berbagai tempat.  Berlomba-lomba mencari paparan mata paling strategis. Wakil Presiden baru saja berkunjung ke tempat ini. Tentu saja tempat ini menjadi strategis. Ironisnya, jumlah pengungsi terlihat sedikit. Ada dua kemungkinan: pengungsi kembali lagi ke rumah mereka pada siang hari untuk mengurus ternak atau memang belum ada pengungsi karena wilayahnya jauh dari ring 1.

Purnawan Kristanto's picture

Respons Merapi-29 Oktober

Tanggal 29 Oktober, Tim Tanggap Bencana Gereja Kristen Indonesia Sinode Wilayah Jawa Tengah kembali menyalurkan bantuan. Dengan menggandeng Pundi Amal SCTV, tim Medis Obor Berkat Indonesia dan Gereja Kristen Jawa di Klaten, kami meluncur ke lereng utara Merapi. Tujuannya menyisir para pengungsi yang belum terjamah bantuan karena ketiadaan liputan media. Kali ini kami juga membawa kontributor Liputan 6 SCTV.

Cerita selengkapnya akan ditambahkan kemudian setelah saya beristirahat dan pikiran menjadi segar. Berikut ini foto-foto para laskar pahlawan kesiangan:

Photobucket
Puncak Merapi dilihat dari Selo

Update:

Malam sebelumnya, pdt. Sugeng menginformasikan bahwa tim medis dari Obor Berkat Indonesia (OBI) minta diantar ke wilayah yang belum dijamah bantuan.  Sehari setelah erupsi pertama, mereka sudah membawa 30 dokter ke Yogya. Namun setelah melihat bahwa suplai tenaga medis di Yogya sudah memadai maka sebagian besar dokter langsung berangkar ke Mentawai, menyisakan 4 dokter.

Saya merencanakan mengajak mereka untuk melayani di Boyolali, yaitu di pos pengungsian mandiri yang  diampu oleh Lembaga Bakti Kemanusiaan Umat Beragama (LBK-UB) Boyolali.

Purnawan Kristanto's picture

Menabur Damai, Mengusir Serigala

Ketika melakukan kuliah praktik lapangan semasa menjadi mahasiswa, Pelangi (isteriku sekarang) menempati sebuah rumah secara sendirian. Suatu malam, ada seekor kucing yang mencoba menerobos pagar rumah yang cukup tinggi, tapi gagal. Kucing itu terjepit di sela-sela pagar. Tidak bisa maju, tidak bisa mundur.
Pelangi merasa kasihan, lalu mengulurkan tangan untuk melepaskan kucing dari jepitan pagar. Tiba-tiba kucing itu mencakar tangan Pelangi hingga berdarah. Meski dengan menahan sakit Pelangi berhasil membebaskan kucing itu. Kucing itu pun segera berlari menjauh. Maksud baik tidak selamanya diterima dan dipahami dengan baik.

Pikiran itulah yang tiba-tiba terlintas saat aku berada di atas bis Budiman, dalam perjalanan menuju Tasikmalaya. Misiku ke kota yang terkenal dengan bordirnya itu adalah untuk monitoring pembangunan rumah inti bagi korban gempa. Proyek kemanusiaan ini tidak berjalan mulus. Kami menemui berbagai macam kesulitan, terutama kecurigaan dari pemimpin agama. Akibatnya, proyek ini sempat dihentikan secara paksa oleh massa yang mengatasnamakan kepentingan agama.

Tante Paku's picture

Jika Istri Blogger SABDA Space "Berkelahi"?

  

       SEBUT saja namanya nyonya Riri, siang itu tengah duduk di halte, menunggu bis tentu saja. Tak lama kemudian datang seorang perempuan, kira-kira sebaya dengannya. Keduanya walau sudah cukup umur, tapi masih menampakkan gurat-gurat kecantikannya. Karena hanya mereka berdua yang kebetulan berada di halte itu, tak berapa lama terlibatlah mereka dalam suatu pembicaraan yang hangat.

Tante Paku's picture

Gigi Palsu Itu Membunuh Kakek

       KAKEK sangat membanggakan gigi palsunya, karena dengan dipasangin gigi palsu secara utuh, maklum kakek emang udah OMPONG TOTAL, menambah kepercayaan diri kakek. Ia tampak lebih muda dibandingkan ketika belum pasang gigi palsu, pipinya yang kempot kembali berisi. Senyumnya yang MLOWOH kembali berseri dan ia sering tertawa walau tidak lucu, sekedar untuk memamerkan gigi-gigi palsunya yang putih berderet rapi. Kini kakek bisa merasakan berbagai makanan yang tergolong KERAS dengan gigi palsunya itu. Dulu ia makan KARAK atau KERUPUK bisa sampai bermenit-menit sebelum ditelannya, kini ia bisa merasakan suara KRIUK-KRIUK dengan mantap dan menelan dengan senyum kemenangan.

Purnawan Kristanto's picture

Pulang ke Jogja

Terjadi keanehan saat kami bersiap pulang ke Yogyakarta. Ketika pak Agus, kapten pilot, mengecek tangki bahan bakar di sayap sebelah kiri, volumenya sudah berkurang. Namun saat mengukur tangki pada sayap sebelah kanan, isinya tidak berkurang. Anehnya justru bertambah banyak! Ada apa ini?

Photobucket

Purnawan Kristanto's picture

Kisah di Tasikmalaya

PhotobucketHari Selasa [8/9/2009], saya bersama dengan pak Tjandra Agus, koh Januar, Doddy Hendro dan pak Hasan pergi ke Tasikmalaya untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan. Sekitar pukul sepuluh pagi, ditemani oleh pak Philipus Kristianto dan pak Jonson Sitorus, kami meluncur menuju desa Sukajaya, kecamatan Purbaratu. Sepanjang pengamatan,  kota Tasikmalaya tidak terpengaruh sama sekali dengan adanya gempa. Semua berjalan dengan normal. Tidak ada tanda-tanda kedaruratan. Sedikit tanda bahwa ada gempa telah terjadi di sana adalah runtuhnya bangunan tua di sebuah perempatn dan aktivitas anak jalanan yang meminta sumbangan atas nama korban gempa. Aktivitas perekonomian berjalan dengan normal. Toko-toko buka seperti biasa, kecuali warung makan. Jalanan disesaki kendaraan pribadi dan angkutan umum. Tidak banyak terlihat mobil pembawa bantuan kemanusiaan.

Purnawan Kristanto's picture

Terbang ke Tasikmalaya

 “Waktu” itu memang relatif. Waktu selama satu jam yang dipakai untuk Kapten Pilotbercengkerama dengan orang-orang tercinta rasanya terlalu singkat. Satu jam menunggu tanpa kepastian rasanya sewindu. Pesawat ultra ringan yang akan menerbangkan kami ke Tasikmalaya sebenarnya sudah siap. Kapten Pilot, pak Agus, sudah meminta izin ke menara pengatur lalu lintas udara. Langit di kota Yogyakarta terlihat cerah. Cuaca di Cilacap, yang akan kami lalui nanti, juga baik. Sayangnya, jarak pandang di landasan udara Wiriadinata, Tasikmalaya hanya 4 km. Maka izin terbang masih ditahan karena menurut peraturan, jarak pandang minimal 5 km. Kami harus menunggu ada perubahan visual.

Purnawan Kristanto's picture

NONPROLETISI

bantuan

 

Beberapa hari setelah gempa bumi mengguncang Jawa Tengah [27 Mei 2006] beredar SMS di kalangan orang Kristen. Kira-kira bunyinya begini: “Benteng Yeriko telah runtuh. Ini saatnya kita mengabarkan keselamatan di lokasi bencana.” SMS ini bukan rumor, karena setelah itu saya menyaksikan aksi-aksi sekelompok orang Kristen yang menyebalkan dan justru mengganggu pekerjaan kemanusiaan. Bagaimana tidak, mereka diam-diam menyelipkan lembar-lembar traktat pada paket-paket bantuan yang akan disalurkan kepada korban gempa bumi. Kami sempat menemukan lembaran-lembaran seperti ini di lokasi bencana. Tindakan seperti ini ternyata melanggar prinsip “nonproletisi.”

Saya yakin banyak orang yang belum memahami kata “nonproletisi”. 

Purnawan Kristanto's picture

Pupur Sakwise Benjut

gempaGempa besar dengan kekuatan 7,3 skala Richter yang mengguncang propinsi Jawa Barat, sekali lagi menegaskan bahwa kita ini seperti berdiri di atas negeri yang penuh dengan bencana. Kondisi geologis menempatkan Indonesia dalam lingkaran cincin api yang sagat rawan terhadap bencana gempa, tsunami, dan gunung meletus. Tidak hanya itu, dalam cincin api itu, Indonesia berada pada posisi mahkotanya. Maka tak heran jika angka menunjukkan bahwa dari total korban gunung berapi, separonya adalah penduduk Indonesia.

Selain bencana karena aktivitas tektonis, Indonesia juga rentan terhadap bencana akibat ulah manusia seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran. Hampir tidak ada satu noktah pun di wilayah Indonesia yang kalis dari bahaya bencana.

Maka tak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa kita harus bersahabat dengan bencana. Dalam hubungan persahabatan, hal yang perlu dilakukan adalah saling mengenal. Jika kita mencoba bersahabat dengan bencana, maka kita berusaha untuk mengenali karakter dan penyebab. Dengan pengenalan yang baik ini, kita dapat mencegah terjadinya bencana atau setidak-tidaknya dapat mengurangi risiko kerugian jika terjadi bencana.

ely's picture

Banjir

Genangan itu kembali lagi, memenuhi dataran rendah di ruas-ruas jalan. Cerita yang belum habis itu kini mulai lagi dengan serangan yang lebih besar dari sebelumnya.
Bila kemarin masih bisa menghindar, maka sekarang terpaksa harus melawannya. Tidak ada cara lain, ini jalan satu-satunya, tidak ada gunung yang membuat aku tetap kering sampai ke tujuan.

Purnawan Kristanto's picture

Catatan Perjalanan ke Solo

Teknologi SMS memang luar biasa. Dengan menyebarkan berita darurat via SMS, hanya dalam waktu setengah hari, kami dapat mengumpulkan bantuan sebanyak satu pick up untuk bencana banjir di Solo. Dari komunikasi dengan teman-teman di Solo didapatkan informasi bahwa pengungsi sangat membutuhkan nasi bungkus karena sejak semalam banyak yang belum makan. Mereka tidak dapat memasak karena masih tergenang air. Sedangkan untuk mendapatkan bahan pangan dari tempat lain juga masih kesulitan. Selain itu mereka membutuhkan selimut dan baju kering. Teman yang lain meminta bahan pangan dan beras karena mereka membuka dapur umum. Mereka juga membutuhkan lampu badai dan genset.