Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tindak Kekerasan Kartu Kredit
TINDAK KEKERASAN KARTU KREDIT
Hari ini, saya membaca sebuah berita diharian KOMPas, tertanggal 1 April 2011 halaman 25 yang berjudul NASABAH KARTU KREDIT TEWAS
Polisi tetapkan tiga penagih Utang Kartu Kredit Citibank menjadi Tersangka
Demikian petikannya :Jakarta,Kompas-Polisi menteapkan tiga penagih utang, A, H dan D sebagai tersangka karena menyebabkan kematian Irzen Octa(56), nasabah kartu kredit, SelaSA(29/3). Mereka diduga menganiaya jiwa korban sehingga korban stroke dan meninggal. Irzen diduga tewas setelah diinterogasi tiga tersangka.
Ternyata di Indonesia masih saja banyak preman berbaju rapih, berkedok, yang kelakukannya tak lebih dari preman kampung yang suka mengandalkan kekuatan dan kekasaran untuk menunjukkan ke-eksis-annya.
Saya coba melihat kejadian ini dari dua buah sisi sudut pandang dan pemikiran.Sisi yang pertama dari pihak pemberi kredit.Darimanakah mereka mendapatkan keuntungan? Tentunya dari mengkreditkan uangnya kepada pihak yang menerima kredit.Dalam bahasa agamanya meribakan uang, dalam bahasa gaul sehari harinya adalah membungakan uang.Mereka bisa eksis karena hasil dari “uang riba” tersebut. Mereka bisa menggaji karyawannya dengan gaji yang tinggi, memberi fasilitas, dan juga membpunyai asset perusahaan seperti gedung dan lain lainnya tentu saja juga dari uang hasil “ribaan” tersebut.
Mereka “menjual uangnya” untuk mendapatkan keuntungan dan bukan kebuntuan. Bagaimana jika terjadi kebuntuan? Maka pihak “penagih Utang” lah yang akan bergerak dengan caranya yang “ELEGAN” itu untuk menyelesaikan utang piutang dari peminjam tersebut.Jika tidak, maka dana mereka tentu saja akan tersendat dan usaha mereka jadi tidak lancar. Jika demikian, maka kemungkinan tak ada lagi cara yang lebih elegan daripada melibatkan dan menggerakkan para penagih utang yang biasanya berbadan besar, berambut cepak, berjaket kulit,layaknya seorang pasukan dari detasemen khusus, atau berbaju seragam meniru para anggota paspamres.
Mereka tak segan segan menggunakan keahlian mereka seperti seorang raja hutan menguasai hutan dengan aumannya yang membahana.
Apalagi yang dihadapi oleh raja hutan itu hanyalah seekor kelinci.Tentu kelinci itu akan terkencing kencing mendengar auman dari raja hutan tersebut.
Agama tertentu melarang kita berhubungan dengan bank untuk urusan pinjam meminjam, karena haram hukumnya meribakan uang, atau mendapat uang dari hasil riba.Mungkin kali ini patut kita dukung. Tapi dilain pihak, maka akan banyak usaha yang hancur karena tidak adanya kredit mengkredit. Jika mengkreditnya barang tentu saja lebih terasa maklum,karena siapa yang punya uang cash saat ini? Semua banyak melakukan proses kredit mengkredit.Semua terasa begitu mudah saat proses kredit terjadi.Tapi setelah penagihan? Ituah yang banyak jadi kendala saat ini.
Tidak salah dilihat dari kaca mata pemberi kredit, karena mereka memberi kemudahan dan fasilitas nasabahnya untuk melakukan proses kredit. Dengan harapan mereka akan mendapatkan “uang riba” dari hasil kredit yang mereka berikan.
Setiap orang ingin berdagang, ada yang berdagang barang, dan kali ini yang kita bicarakan tak bedanya berdagang uang. Jika mereka banyak membantu yang tak punya menjadi mempunyai sesuatu atas jasa kredit mereka, kenapa kredit mengkredit harus ditabukan? Itu tentunya yang menjadi argumen mereka. Oke lah kita sisihkan dulu kredit mengkreditnya. Yang coba kita ungkap adalah cara melakukan penagihan bagi kredit macet mereka. Intimidasi, kekerasan dan penekanan psikis mungkin sudah menjadi trade merk yang amat kental yanng tak bisa dipisahkan dari “para penagih utang” tersebut. Dari bahasa yang sok elegan, sampai bahasa kebun binatang tentunya akan dipraktekkan untuk menyelesaikan “kemacetan” yang mereka alami dalam menghadapi para nasabah mereka. Lalu setelah terjadi kasus seperti yang dimuat KOMPAs hari ini, semuanya saling melempar tanggung jawab dan saling tidak mengakui.Di atas kertas mereka tentunya harus mematuhi regulasi tentang cara menagih yang tidak melibatkan kekerasan dan penekanan secara psikis, tapi di lapangan, apakah semua itu bisa diterapkan dengan begitu saja? Tentu tak gampang.
Banyak nasabah yang lemah, lembut, berpendidikan, sopan dan santun, tapi tak kalah banyak nasabah yang berjiwa sama seperti preman.Mereka kadang mungkin lebih galak dari penagihnya. Jika melihat dari sisi penagih, dan pihak pemberi kredit, tentu akan banyak suka duka yang mereka alami tanpa media pernah tahu dan tanpa media pernah angkat ke permukaan.Akan Tetapi semua itu tidak membenarkan jika kemudian mereka menggunakan cara yang kasar untuk bisa melakukan proses penagihan.
Sekarang saya hanya ingin berbagi dengan semua lapisan masyarakat. Jaman sekarang kita harus membuktikan bahwa hukum itu harus ditegakkan. Jika anda dicubit sekalipun, anda berhak melaporkannya kepada pihak yang berwajib untuk diproses.Apalagi jika yang terjadi sampai menghilangkan nyawa orang. Jadi alangkah baiknya untuk para penagih utang itu tidak usah melakukan kekerasan dengan superpowernya. Lakukan pendekatan secara persuasif dan pilihlah dulu siapa yang layak menjadi nasabah dari kartu kredit mereka.
Dari sisi nasabah, tentunya akan sangat tidak terima dengan perlakuan dari para penagih utang tersebut, apalagi jika ternyata mereka menjadi korban dari kekerasan psikis yang dilakukan oleh pemberi kredit yang sampai membuat mereka sakit, bahkan sampai meninggal dunia.Mereka tentunya sudah mengalami seleksi yang kuat dari pihak tertentu, dalam hal ini tentunya pihak pemberi kredit, untuk bisa menjadi nasabah. Tentunya telah dilakukan proses cek dan ricek akan data diri dari calon nasabah mereka. Jka terjadi kemacetan, tentunya ada banyak faktor yang terjadi karenanya. Seperti :
Kesalahan pencatatan yang merugikan nasabah, atau kejadian luarbiasa yang terjadi dan dialami nasabah seperi kerampokan, pencurian, tertipu, atau mengalami kemacetan dalam bidang perekonomian mereka.Telusuri dulu oleh pihak pemberi kredit sehingga cara penanganan penagihan akan mengalami proses yang baik dan benar.Jika dari pihak pemberi kredit saling lempar batu setelah terungkapnya kejadian yang mencuat kepermukaan ini, maka alangkah bodohnya para penagih utang itu karena mereka cuma “dimanfaatkan” untuk melakukan tindak kekerasan yang diplintir plintir.
Begitu maraknya kartu kredit beredar, siapa yang harus disalahkan? Apakah para sales yang juga banyak berjasa meng approve calon nasabah untuk menjadi pemegang kartu kredit. Mereka juga banyak melakukan kenakalan kenakalan dengan menggunakan kartu kredit sebelum sampai ketangan pemegangnya.
Jangan hanya menekan dan menyalahkan pemakai kartu kredit atas kemacetan yang terjadi, karena banyak faktor yang harusnya dianalisa terlebih dahulu sebelum mereka memerintahkan “para raja hutan” itu untuk mengaum dan terus mengaum yang berujung pada kefatalan.
Mendengar petikan dari kompas membuat saya tergelitik karena kalimat ini :
Ditta menegaskan , Citibank memiliki kode etik yang harus dipatuhi penagih hutang, termasuk larangan menggunakan kekerasan .
Ternyata menurut koran Kompas, ketiganya adalah bukan karyawan citibank, dan berasal dari agensi penagih hutang.
Sungguh menggelikan. Mari kita coba bahas misalkan sebuah perusahaan yng go internasional, yang bukan hanya ada di Indonesia saja, tapi sudah hampir semua negara di dunia. Sebuah perusahaan besar dengan standarisasi pegawai yang hebat, bisa memasrahkan urusan penagihan utangnya kepada sembarang agensi “penagih utang”.
Sama dengan proses percaloan. Apakah calo itu harus diberantas? Tentu saja. Tapi apakah kemudian hanya calo saja yang harus dioperasi dan dikenai sanksi? Menurut hemat saya, para pengguna jasa yang membeli jasa calo pun harus didenda.Apakah mungkin? Jika tidak mungkin, sama juga dengan kejadian para penagih utang itu.
Mana ada pihak yang akan mengakui bahwa itu adalah orang mereka?
Menurut pemikiran orang awam pun, jika sudah dipilih artinya ada rekanan dalam pekerjaan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, dan tentu saja pihak pihak yang terlibat didalamnya saling berhubungan. Apakah ada tertulis mengatakan bahwa, misalkan pihak A,mengatakan dengan keras agar pihak yang ditunjuk sebagai agensi penagihan utang tidak boleh melakukan kekerasan bla bla bla. Atau malah terjadinya kedipan dengan artian tahu sama tahu bakalan yang terjadi dilapangan itu seperti apa?
Semua mencari langkah seribu dan menyelamatkan dirinya masing masing. Atau semua pura pura tidak tahu dengan apa yang akan dilakuakan oleh para penagih utang dari agensi yang disewanya padahal sebenarnya mereka tahu dengan ketidak tahuan mereka itu?
Lagi lagi yang ada hanya misteri, misteri yang sudah jadi rahasia, sayangnya, rahasia yang kali ini dinamakan “rahasia umum”.
Jika Indonesia dan pihak berwajib terus menutup mata terhadap praktek premanisme apapun bentuknya, niscaya Indonesia tak akan pernah terbebas dari penjajah.Dulu ketika jaman Kapolri SUTANTO yang mendeklarasikan melawan habis premanisme,premanisme bagai harimau ompong. Sayang Kapolri sekarang tidak setegas dan seberani Kapolri terdahulu Jendral Pol. Sutanto. Jika ya, maka praktek praktek seperti yang terjadi dan diberitakan oleh surat kabar terkenal itu tak akan lagi terjadi, dan menimpa rakyat Indonesia.
Pembuluh darah otak pecah? Sangat ironi….
Bukankah ini juga dinamakan terorisme dalam bentuk lain?
Saya hanya berpikir, untuk apa mempunyai kartu kredit yang bisa menjadi akhir dari kehidupan kita. Buat apa memilikinya kalau akhirnya kehidupan jadi tidak tenang, punya banyak utang dan akan mengalami kekerasan psikis dari barang yang didapat dari kartu kredit.
Pilih kartu kredit, atau hidup tenang?
Pilih hidup dalam kemewahan dengan banyak hutang atau pilih hidup sederhana dengan kenyaman, kedamaian, dan rasa aman?
Anda sendiri yang bisa memutuskan.
Abaikan pilihan diatas jika anda merasa yakin dengan tindakan anda menggunakan kartu kredit sebagai alat bantu dakam mencapai cita cita kehidupan anda….
Salam.
By smile
01-04-2011
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
- smile's blog
- Login to post comments
- 4013 reads
pilihan pemakaian kartu kredit
Adakalanya kartu kredit memang dibutuhkan dan menguntungkan. Misalnya kita bisa transaksi tanpa membawa uang tunai banyak-banyak. Selain itu bisa sarapan di beberapa lounge dan menandatangani slip transaksi senilai Rp 0,-.
Jadi sebaiknya, gunakan kartu kredit hanya kalau perlu pemakaian semacam itu saja. Diluar itu, berdisiplinlah memakai secara TUNAI saja. Niscaya tidak akan ada masalah dengan debt-collector.
Tapi bank peyelenggara kartu kredit bila sebagian besar nasabahnya adalah pengguna se-disiplin itu, akan "menderita" karena penyelenggara kartu kredit berjaya dari perilaku konsumtif dan ketidak-rapihan nasabahnya dalam mengelola keuangannya.
Ferrywar : memancing di air keruh
Tapi bank peyelenggara kartu kredit bila sebagian besar nasabahnya adalah pengguna se-disiplin itu, akan "menderita" karena penyelenggara kartu kredit berjaya dari perilaku konsumtif dan ketidak-rapihan nasabahnya dalam mengelola keuangannya.
Setuju bung Ferr...
Dari tunggakan dan kelalaian kita lah mereka mendapatkan uang, dari ketidakdisiplanan kita lah mereka mendapat riba tersebut, seperti memancing di air keruh.
Jika kita melakukan transaksi dan membayarnya sebelum jatuh tempo bulan depan, maka kita tak akan dikenai denda apapun....jika penghitungan dimlai tanggal (misl) 10 tiap bulan, maka lebih baik memang transaksi dilakukan sesudah tanggal tersebut, itu tandanya akan membayar sebulan kemudian.
Tapi biasanya seperti jeratan dan lingkaran setan, karena kartu kredit, mata dan tangan serta hati jadi gatal untuk mengkonsumsi...sehingga kita akan menjadi sangat konsumtif.
Mana tahan kalo pergi ke mall ga beli sesuatu....atau mana tahan ga makan enak di tempat tempat yang bisa melayani pembayaran dengan kredit card.
Ada sisi positif dan negatif yangbisa diambil daripadanya, hanya disayangkan dari dulu debt kolektor itu memang sontoloyo,....bergaya aparat tapi bukan aparat, berpenampilan militer tapi bukan militer,mereka memang RAJA SINGA......hahahaha..
Dimana mana yang namanya kredit adalah utang,..dan utang pasti menjadi batu sandungan kita untuk dekat dengan Allah, kenapa...karena yang didoakan selalu utang, yang ada dipikiran selalu utang....
Memang serba complicated. ga utang jaman sekarang?
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
Debt Collector
Denger2 sebenarnya utangnya 48jt.. tiba2 membengkak jadi 100jt. Berarti ini udah termasuk riba.
Debt Collector itu outsourcing, mereka dapet komisi dari tagihan yang berhasil mereka kumpulkan. Kalo di Amerika mereka ngak berani, apalagi sampai membawa nyawa orang. cuma di republik kita yang malang ini.
Memang sebaikan lebih berhati2 dalam menggunakan kartu kredit, jangan melampaui batas kemampuan kita. jangan sampai kita menjadi Credit card Addiction atau addicted to debt.
Huanan
Huanan :elegan dalam tanda petik.
ada yang nulis 48jt, ada yang tulis 68jt...ga tau yang bener berapa.Yang jelas endingnya sama dengan yang anda dengar, 100jt.
Debt Collector itu outsourcing, mereka dapet komisi dari tagihan yang berhasil mereka kumpulkan. Kalo di Amerika mereka ngak berani, apalagi sampai membawa nyawa orang. cuma di republik kita yang malang ini.
Dari hal inilah mereka akan berdaya upaya yang biasanya tidak akan pernah dengan cara yang benar benar elegan, melainkan dengan auman raja singa nya,....yaitu ELEGAN dalam tanda petik.
saya pernah diberitahu oleh seorang praktisi hukum, jika menagihpun biasanya mereka menyita seperti mobil dll, atau barang yang ada dirumah si nasabah, tapi hal itu adalah suatu pelanggaran KUHP, karena katanya tidak bisa melakukan penyitaan dengan alasan apapun, kecuali dari pihak leasing (jika mobilnya kredit)
Mungkin kapolri nya memang harus seperti Jendral Pol Sutanto,...teas bukan sekedar dari tampang, tapi dari tindakannya memerangi premanisme yang banyak dilakukan oleh para si raja singa tersebut.
salam
"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"
@huanan addicted to debt, bagaimana mengobatinya?
kata ketagihan mengutang ini, mengelitik saya untuk berkomentar karena itu sudah menjadi kebisaan saya di kantor bila ada tugas keluar kota.Saya akan mebuat Cash bon misalnya 1 juta, sedangkan pengeluaran selama tugas adalah 750 ribu, dan sisanya yang 250 ribu itu habis untuk oleh-oleh sekadarnya dan biaya tak terduga. Itu terus terakumulasi sehingga pada akhir tahun sudah membengkak menjadi 2 juta. Dan kartu kredit lah yang melunaskannya lho dengan bunga hanya 0 % selama tiga bulan. ha...ha... masih dipercaya sama bagian keuangan di kantor ya...
Pengalaman dimaki tukang tagih
Smile, seumur2 ga pernah berurusan dengan kartu kredit, tapi dimaki berkali2.
Dulu di kantor yang lama, ada aja telpon dari tukang kredit yang tanpa ba bi bu... langsung nyerang ga sopan "eh pembantu, mana tuanmu.. dia itu ya ngutang ga bayar2... dsb.. dll.."
Gileeee...
Cuek aja ku jawab, "Mas... yang ngutang bukan saya kok mas'nya ngamuk2 sama saya to'.. lha yang diutang itu kan juga bukan uange mas'nya... sante aja napa sih mas... sampeyan dan saya ga ada urusan satu sama lain kan? kita ngopi aja yuk mas... ha ha ha"
atau kujawab,, "wah mas... saya disini cuma cleaning service... ga tahu... apa mas'nya mau ngutangin saya aja?"
ha ha ha
Bete, biasanya tukan tagih itu langsung banting telpon.. dan teman2 sekantor yang mendengarnya langsung ngakak bersama-sama.
"rasain... diterima sama orang ajaib ya begitu itu... he he he.." komentar mereka
Pilih kartu kredit, atau hidup tenang?
Pilih hidup dalam kemewahan dengan banyak hutang atau pilih hidup sederhana dengan kenyaman, kedamaian, dan rasa aman?
Anda sendiri yang bisa memutuskan.
kemarin temenku merayu untuk bikin kartu kredit yang katanya bisa begini begitu.
aku cuma menjawab sederhana, "buat apa? aku dah kerja enak, duit ya dapet lah meski ga banyak-banyak, tanggungan belom ada kecuali PAM, listrik, gas, dll... yang semua masih bisa diatasi. Ga usah ngoyo pengen terlihat hebat, kalo itu semua ga bisa bikin aku ketawa dan tidur nyenyak. ha ha ha.."
keki, dia ngeloyor pergi sambil bergumam ga jelas.
ha ha ha ha
dari pengalaman
sebenarnya utk mengatasi debt collector agar supaya tidak datang kerumah dan tidak memaki2 ditelepon, ada satu cara efektif, yaitu menyewa pengacara, jgn takut bayarannya mahal, apalagi jika mereka saudara atau kenalan kita, saya jamin sang debt collector pun akan tidak berani mampir kerumah lagi. biasanya mereka akan bilang, nyewa pengacara bisa ya? jawab aja: itu saudara saya kok bung, jadi tidak bayar. secarik kertas pengacara akan membuat anda bisa tidur nyenyak. dijamin!!
sukses adalah sebuah pencapaian, premium dan citra exclusive.