Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
None & Done
Beberapa hari yang lalu saya makan bersama dengan seorang teman, sehabis makan kita ngopi sambil ngobrol santai tentang politik, ekonomi finansial, tentang keluarga anak-anak, dan tentang gereja iman kerohanian. Ketika ngobrol itu, tiba-tiba saya teringat dengan satu kata “Done”, hmmm…. jujur saya dulu mungkin bisa dikatakan pernah menjadi “Done” juga untuk beberapa tahun, ketika sedang studi dan bekerja di Taiwan.
None & Done, kedua istilah ini pertama kali saya dengar dari sebuah podcast yang dibuat kakak saya, podcast ini dipandu oleh GI DG. Waktu itu tamu yang diundang adalah seorang hamba Tuhan yang bergaya anak muda, memakai celana jeans yang robek-robek :P, sedangkan tema yang dibahas adalah tentang gereja, khususnya setelah masa pandemi mau berakhir, kegiatan-kegiatan mulai kembali berjalan. Hamba Tuhan itu mengatakan 2 istilah “None” and “Done”, dia mengatakan di amrik saat ini ada 2 kelompok orang yang jumlah cukup besar, dan 2 kelompok ini cukup cepat jumlah pertambahannya belakangan ini.
None adalah kelompok orang yang tidak suka dengan agama, mereka melihat agama menjadi salah satu penyebab perselisihan, peperangan dan terorisme. Sebenarnya kelompok ini bukanlah barang baru, istilah “agama adalah candu masyarakat” sudah lama ada, istilah ini diambil dari sebuah kalimat di dalam buku Karl Marx, “Agama adalah desah napas keluhan dari makhluk yang tertekan, hati dari dunia yang tak punya hati, dan jiwa dari kondisi yang tak berjiwa. Ia adalah opium bagi masyarakat.”
Done adalah kelompok orang Kristen yang dulunya aktif melayani di gereja atau organisasi Kristen, mengerti jelas tentang ajaran doktrin Kristen, mengerti seluk pelayanan, system aturan birokrasi di gereja atau organisasi Kristen etc. Tetapi sekarang mereka vakum sama sekali, mereka masih datang ke gereja beribadah, masih menyanyi lagu pujian, masih berdoa, masih mendengarkan khotbah, masih bersaat teduh membaca Alkitab. Intinya kelompok ini adalah kelompok yang kecewa dengan gereja dan tentunya dengan orang-orang didalamnya juga, entah mungkin itu majelis, penatua, hamba Tuhan dll. Sehingga akhirnya mereka memutuskan “I am done”, dan mereka merasakan hidup mereka lebih baik dengan seperti itu. Mereka tidak melayani di dalam gereja atau organisasi, tetapi mungkin saja mereka mempunyai pelayanan pribadi, misalnya menjadi orang tua asuh, atau sebagai volunteer di panti asuhan etc.
Sedih juga ketika mendengar hal ini, di satu sisi mendengar gereja-gereja semakin gencar dengan pemuridan, tetapi di sisi yang lain ada sekelompok orang menjadi “done”. Memang tidak ada gereja yang sempurna, tidak ada orang yang sempurna juga, kita tidak bisa menyenangkan hati semua orang, tetapi itu bukan alasan bagi kita menutup mata untuk hal ini, tanpa usaha dan menganggapnya seperti tidak ada (masalah) sama sekali. Walaupun saya dulu pernah menjadi “done”, mungkin saja sekarang saya adalah salah satu penyebab orang menjadi “done” (semoga saja tidak ada), dan sejujurnya saya tidak punya solusi yang cespleng, cuma try and error dan berdoa saja, minimal orang tersebut tidak pindah dari “Done” menjadi “None”.
Singapore, 06 Feb 2023
- yujaya27's blog
- Login to post comments