Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Meletakkan tangan - menumpangkan tangan
Seperti kita ketahui, di dalam tubuh orang hidup terdapat jiwa yang bagaikan kantung atau bagaikan sebuah rumah. Ketika Adam dan Hawa belum berdosa, jiwa mereka bagaikan rumah yang bersih dan rapi, dan di bawah kondisi yang masih steril tersebut, maka keinginan mereka adalah selalu bersekutu dengan Allah; kecenderungan mereka adalah menikmati kehadiran Allah di taman Firdaus. Lalu ketika mereka telah memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka jiwa mereka tidak murni lagi, dan mereka juga mulai mengenal rasa takut dan khawatir.
Ketika seseorang mulai percaya kepada Tuhan Yesus, kemudian ia lahir baru, dimana Yesus saat itu benar-benar telah menghapus segala dosanya, maka jiwanya benar-benar menjadi bersih; keadaannya akan sama seperti jiwa Adam sebelum jatuh dalam dosa; kecenderungannya adalah bersekutu dengan Tuhan, membaca Kitab Suci, menyembah-Nya, memuji kebaikan-Nya dan jiwanya betul-betul merasakan damai dan sejahtera, suatu keadaan dimana hati seseorang lepas dari rasa takut, khawatir, tertekan, benci, dendam, iri dan lain sebagainya tetapi sebaliknya dipenuhi sukacita dan ucap syukur.
Yesus yang juga disebut “Adam yang kedua” tidak pernah berbuat dosa, oleh sebab itu Jiwa Yesus selalu bersih, dan kecenderungan Yesus adalah bersekutu dengan Bapak-Nya. Kitab Injil mencatat banyak kali Yesus mengambil waktu untuk sendirian bersekutu dengan Bapa, pernah sampai semalam-malaman Yesus berdoa tanpa disertai murid-Nya. Yesus menyadari pentingnya bersekutu dengan Bapa. Saya memahami hal itu, karena Bapa adalah Sang Sumber, sedangkan Yesus adalah “Yang berasal dari Bapa”, sehingga Yesus selalu mempunyai ketergantungan dengan Sang Sumber.
Efek dari persekutuan dengan Sang Bapa menyebabkan Yesus menerima Urapan yang baru; ini seperti sebuah energi adikodrati, supranatural, ilahi, yang disebut juga “power” , yang merupakan kuasa tidak terlawan bagi iblis dan roh-roh jahatnya. Jadi, persekutuan dengan Bapa bukan sekedar pertemuan silaturohmi atau anjangsana, melainkan ada “aliran kuasa” yang terpindahkan atau ter-empartasi dari Bapa kepada Yesus. Jika Anda menyimak kisah Musa: suatu ketika wajah nabi Musa bercahaya setelah dia bertemu dengan Tuhan di kemah pertemuan. Itulah bentuk lain urapan yang diterima oleh Musa dikarenakan persekutuan sang nabi dengan Tuhan.
Urapan yang Yesus terima dari Sang Bapa terus menyertai Yesus. Dan ketika Yesus menghardik setan, maka urapan itu menjadi kuasa yang tidak terlawan, yang mengalir keluar dari jiwa Yesus yang mementalkan setan keluar dari jiwa seseorang yang dirasukinya oleh sebab urapan itu.
Tangan ternyata merupakan anggauta tubuh manusia yang merupakan jalan masuk sekaligus jalan keluar bagi urapan. Kita simak ayat di bawah ini yang menjadi contoh bagaimana Yesus mengalirkan urapan lewat tangan, dengan meletakkan tangan-Nya atas seorang buta:
Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas (Markus 8:23-25)
Kesembuhan seorang sakit dapat diterima seseorang ketika ia menerima urapan melalui tangannya, dan ayat di bawah ini memberikan contohnya:
Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" (Markus 5:25-30)
Perempuan itu dengan iman menyentuh jubah Yesus dan urapan itu “melihat” iman si ibu, maka Dia mengalir dari Yesus, lewat jubah-Nya, masuk ke telapak tangan si perempuan lalu masuk ke dalam tubuhnya dan menghardik pendarahannya, maka dia sembuh seketika itu juga. Dan Yesus merasakan aliran itu keluar dari tubuh-Nya, oleh sebab itu Yesus bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” (ayat 30).
Saat ini Yesus dan Bapa tinggal di Sorga, dan Yesus bagaikan “agen” urapan, sehingga siapapun orang percaya yang menyembah-Nya dalam roh, akan secara otomatis menerima urapan Allah, apalagi jika dia memintanya dengan iman.
Setiap “saat teduh” yaitu dimana Anda meluangkan waktu untuk membaca Firman Tuhan dengan rasa rindu untuk dibenarkan, dikuduskan dan dikenyangkan serta dipuaskan dari “rasa dahaga” jiwa Anda, dimana Anda juga mengarahkan (konsentrasi pikiran) Anda kepada Yesus dan Bapa, maka sikap seperti ini membuat Tuhan sangat berkenan, sehingga Yesus dan Bapa berkenan hadir dalam hadirat-Nya dan Anda mungkin akan merasakan sesuatu, tergantung kepekaan roh Anda. Saat itulah urapan Allah mulai merasuk ke dalam jiwa Anda, bagaikan minyak yang dituangkan ke dalam buli-buli Anda. Semakin lama Anda tinggal dalam hadirat-Nya, semakin besar pula urapan yang Anda terima, sejalan dengan iman Anda. Urapan itu akan tersimpan dalam hati (tepatnya = jiwa) Anda dan siap untuk dialirkan dalam berbagai pelayanan adikodrati.
Mengalirkan urapan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sebuah pelukan akan mengalirkan urapan. Alkitab memang mengajarkan penumpangan tangan atau peletakan tangan yaitu dengan meletakkan tangan kepada orang lain, namun kita dapat berhikmat. Jika semata-mata kita meletakkan tangan kepada anak kita (yang belum beriman) maka memeluk dia dengan kasih dan dengan iman bahwa dengan pelukan itu Anda sedang mengalirkan urapan, maka terjadilah aliran urapan. Mungkin tidak serta merta efek urapan akan bekerja, tetapi urapan yang masuk lewat iman orangtua akan tinggal di dalam si anak dan akan mengerjakan sesuatu.
Namun Alkitab memang mengajarkan bahwa mengalirkan urapan memang sebaiknya dilakukan dengan meletakkan tangan.
Dua buah contoh lain Yesus meletakkan tangan-Nya atas orang sakit:
Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka (Lukas 4:40)
Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. (Lukas 13:11-13)
Ketaatan kepada Firman Allah membuktikan penundukan diri kita di hadapan-Nya dan di bawah kondisi ini maka tidak ada halangan bagi Allah untuk mencurahkan urapan-Nya dengan tidak terbatas kepada kita untuk mengalahkan iblis, sebagaimana Firman Tuhan berikut:
Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! (Yakobus 4:7-8).
Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas (Yohanes 3:34).
Tuhan Yesus memberkati.
- mujizat's blog
- Login to post comments
- 4691 reads
Thanks y. . Memberkati bgt
@mujizat: pernahkah anda
"Aku yakin dengan sepenuhnya bahawa Berita Baik itu kuasa Allah yang menyelamatkan semua orang yang percaya kepada Yesus, mula-mula orang Yahudi, dan juga orang bukan Yahudi" - Roma 1: 16