Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Invisible Sin
1. Sang Pendendam
Aku membiarkan dia memuaskan egonya. Dia membiarkan aku menunggunya berjam-jam untuk sebuah percakapan sederhana. Aku pernah membiarkan dia menunggu untuk sebuah hal yang baginya penting, tapi aku terjebak pada kesibukan yang tak bisa kuhindarkan. Aku tak bisa mencuri waktu baginya. Dan menurut dia logis jika dia membalasku. Sangat masuk akal! Aku membiarkan rasa bersalahku untuk memahami tindakannya. Aku membiarkan dia memuaskan egonya. Tuhan memang mengajarkan banyak hal yang tidak logis, tidak masuk akal : "Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga kepadanya pipi kirimu" (Matius 5 : 39). "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" (Roma 12 : 17). Kita adalah Sang Pendendam! Kita berjalan dengan kepala kita : logis dan masuk akal! "Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?" (Yakobus 2 : 20). Haruskah aku mengalahkan diriku sendiri?
2. Terlalu Pandai!
"Karena engkau sangat pandai berdagang engkau memperbanyak kekayaanmu, dan karena itu engkau jadi sombong" (Yehezkiel 28 : 5)
Dia seorang pengusaha sukses. Banyak peluang yang bisa dia manfaatkan menghasilkan keuntungan. Aku terdiam ketika dia bertanya kepadaku, "Setelah sekian lama bergaul denganku, berapa prosen kau bisa menjadi seperti aku? Kalau kulihat 10% pun kau belum sampai....!"
Terus terang, aku tak ingin menjadi seperti dia. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Menyerap segala sesuatu yang baik, dan membuang segala sesuatu yang kuanggap buruk. Tak ada yang sempurna! Aku tak suka superioritas! Pilihanku adalah pribadiku sendiri.
Apakah kita memang orang-orang sombong yang sering meremehkan orang lain?
3. Sang Pahlawan!
Hebat! Dia memang luar biasa! Ketika telah lewat satu tahun panitia yang dibentuk lewat rapat belum bisa menghasilkan hasil yang diinginkan, dia memberikan hasil itu. Dia bukan panitia, tapi dia melakukannya. Dia iklas, tapi banyak orang meradang.
Ego lelaki tak layak dilanggar. Panitia terluka. Hidungnya serasa ditunjuk di depan banyak orang : Kalian impoten! Sang Pahlawan tak mendapat tepuk tangan, tapi surutnya dukungan. "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12 : 18).
Lakukanlah segala sesuatu dengan bijak! Berbuat baiklah dengan bijaksana.
Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!
- Pak Tee's blog
- Login to post comments
- 4605 reads