walk

Ini adalah kisah tentang sepasang kaki kecil yang telah jauh berkelana dalam mencari cinta sejati, menyusuri jalanan aspal di perkotaan, tanah pedesaan yang bergelombang, bahkan genangan becek sisa hujan.

Siang itu rupanya matahari kurang bersahabat dengan kaki kecil, sengatan sinarnya yang terpantul di jalanan memberi lepuhan nyeri pada telapak sang kaki.

Dear all..
Hayo siapa yang pernah ngerasain jadi pendonor darah? Gimana rasanya ketika jarum gede itu menyisip di lipatan lengan kalian, lalu perlahan darah mengaliri selang transfusi? Meski cuman sekitar 10-15 menit pastinya jadi pengalaman yang seru. Pertama kali ngerasain donor darah, Puji Tuhan semua lancar, tapi begitu lihat kantung darahku yang menggembung penuh, langsung deh berasa lemes dan berkunang-kunang, hehe..

Istilah mak comblang dipakai sebagai sebutan bagi orang yang hobi ngejodohin orang lain pastinya udah familiar banget. Rasanya susah dicari padanan kata yang lebih klop. Biasanya neh sobat teens semangat banget (ato cenderung nekat ya) kalo lagi berperan sebagai mak comblang. Meski ntar akhirnya ga dapet apa2, tapi berasa puas kalo sahabat kita bias dapetin gebetan yang matching..

Teman, waktu kecil kita semua pasti pernah berimajinasi tentang suatu hal diluar logika, semisal “kenapa matahari ga berwarna merah muda, dan ga terbit dari barat” atau “kenapa salju ga turun di Indonesia?” Waktu berlalu dan kitapun belajar tentang spektrum, intensitas cahaya matahari, iklim dan revolusi bumi, akhirnya kita tahu bahwa hal tersebut ga mungkin banget..

“dan Indonesia memilih..” teriak host sebuah kontes bakat yang pastinya udah familiar banget buat kita. Lalu sejenak ia diam, menebar suasana tegang ke seluruh penjuru arena, sementara sound effect berpadu dengan lighting menambah suasana horror. Kamera pun ga mau kalah menyuting tiap detail ekspresi para finalis, keluarganya bahkan supporter mereka. Kebayang ga kalo nama kita disebut oleh presenter?? ”Selamat! Kamulah pemenangnya!!! Indonesia yang memilih. Indonesia yang menentukan.”

Sinar matahari pagi menembusi celah-celah ilalang, berkasnya berpendar keemasan ketika menyentuh permukaan telaga. Di sana hiduplah sebuah keluarga itik, mereka suka menyusuri tepian telaga untuk mencari ikan atau moluska kecil. Tersebutlah seekor anak itik yang terasing dari kawanannya. Itik yang lain biasa memangglnya “buruk rupa”.

Memang secara fisik itik malang itu berbeda dengan lainnya. Bulunya yang pucat kusam serta paruhnya yang panjang dianggap menyalahi kodrat bangsa itik. Itik seharusnya bertubuh mungil dengan bulu kecoklatan dan paruh lebar.

Malam di Jogja yang terlalu indah untuk dilewatkan. Keriuhan bahasa manusia diantara pasar tiban dan wahana ala pasar malam menghiasi tiap sudut alun-alun utara. Itulah sekaten.. Sekaten merupakan hiburan yang rakyat banget, kalo kalian pingin nyicip secangkir kopi tubruk ditemani sayup-sayup suara gendhing jawa, jangan ragu mampir kesini. Ato pingin belanja keperluan rumah tangga sambil senggol-senggolan?? Buruan gih..(hehehe..soalnya stand2 disini kadang nyetel lagu dangdut lumayan bikin budeg)

“Andai aku bisa mengulang waktu. Aku ingin kembali ke masa itu dan perbaiki semua kesalahanku..” ucapku lirih pada cakrawala dan lautan lepas..namun seakan suaraku hilang ditelan gemuruh ombak yang menghempas bebatuan karang.