Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Seonggok Garam

cahyadi's picture

Seonggok garam berkata kepada Tuhan, "Tuhan, mengapa kauciptakan aku jika hidupku selalu sengsara?"

 

"Apa maksud pertanyaanmu?" tanya Tuhan tidak mengerti.

 

"Dulu, aku berasal dari air laut yang ditaruh di suatu tempat. Selama beberapa hari, dengan bengisnya, panas matahari menerpa tubuhku hingga membuatku gosong dan menggumpal. Lalu, para petani itu mengaduk-aduk, menginjak, bahkan melukaiku dengan suatu alat untuk mengumpulkan aku. Kukira penderitaanku sudah berakhir ternyata ini barulah awal. Aku mesti menempuh berbagai proses yang amat menyakitkan untuk menjadi seperti sekarang ini," terang garam panjang lebar.

 

Tuhan hanya terdiam.

 

“Di mata orang-orang, aku bukan ‘sesuatu’ yang patut dibeli dengan harga mahal. Bahkan bila dibandingkan banyak barang yang lain, aku tidak berarti apa-apa. Aku mesti mengalah dan selalu disingkirkan,” sambung garam. “Anehnya, aku selalu dicari-cari bila mereka membuat segala hal yang berhubungan dengan makanan,” lanjutnya lagi.

 

Sejenak Tuhan berdehem, “Anakku, tahukah kamu arti semua pengalaman itu?” pandang Tuhan penuh kasih. “Segala penderitaan yang engkau alami, akan membuatmu menjadi kuat. Menjadi pribadi yang tangguh dalam setiap keadaan. Tidak cengeng dan gampang menyerah ketika aneka kesulitan dan penderitaan menerpa. Mungkin memang engkau disingkirkan atau ‘kurang’ dihargai, tapi percayalah… di mataKu, engkau sungguh bernilai.”

 

“Lalu, mengapa aku mesti merelakan tubuhku hancur untuk kepentingan mereka?”

 

“Itulah arti hidupmu. Kerelaan dan keikhlasanmu akan membuat segalanya menjadi indah. Yang hambar akan diasinkan hingga terasa nikmat, yang kurang ditambah untuk menjadi lengkap dan yang buruk diperbaiki menjadi baik dan berguna,” jawab Tuhan. “Apakah pernah kaubayangkan bagaimana jadinya bila engkau masih tetap ‘hanya’ seonggok garam? Bukankah keberadaanmu tidak ada artinya bagi siapapun?” tanya Tuhan tiba-tiba.

 

Seonggok garam itu kini ganti terdiam.