Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Kata adalah Senjata
Ini bukan artikel tentang Subcommandante Marcos atau artikel tentang perang gerilya. Ini adalah artikel tentang menulis saja yang mungkin bisa berguna bagi para blogger di SS ini di era di mana sering muncul para grammar nazis (polisi bahasa). Tanpa bermaksud menggurui, jika ingin menulis apapun, kita harus tahu bahwa selain teknik menulis, kepekaan penulis dalam menggunakan bahasa juga sangat penting. Bagi penulis, bahasa ibarat senjata untuk mengalahkan sebanyak mungkin musuh. Jika kita tidak menguasai teknik memakai “senjata” satu ini, maka hasilnya tidak akan efektif. Tanpa kepekaan berbahasa, maka bisa muncul kata dan kalimat yang tidak efektif, rancu, dan sulit dipahami. Nah, apa saja yang ilmu yang diperlukan untuk dapat menguasai “senjata” satu ini?
1. Tepat Memilih Kata
Apakah kata atau istilah yang dipakai sudah tepat? Apakah penulis benar-benar paham arti kata yang dimaksud? Misalnya, tahukah Anda bahwa kata “graha” yang sering kali digunakan sebagai pengganti kata “rumah” ternyata punya arti “menangkap” dan “buaya”? Sementara untuk “rumah” atau “bangunan” akan lebih tepat memakai kata “grha” atau “gerha”.
2. Tepat Memakai Tanda Baca
Tanda baca tak boleh disepelekan di dalam menyusun kalimat. Misalnya: “sedangkan” harus didahului koma jika berada di tengah kalimat karena kata ini adalah penghubung dua kalimat. Beda dengan kata “sehingga”. Kata ini tidak menggunakan tanda koma dalam penulisan di tengah kalimat. Contoh: Si ibu pemulung menolong anak yang tergeletak di pinggir jalan, sedangkan sopir serta pemuda itu bersikap tidak peduli.
3. Menggunakan Kalimat Efektif
Mark Twain pernah berkata, “Saya tidak mau menulis “metropolis” jika bisa menulis “city” atau menulis “policeman” jika sudah ada “cop” untuk sama-sama mendapatkan 7 sen.” Efektivitas dalam sebuah kalimat memang tidak terbatas pada mencari kata yang lebih pendek saja. Namun, efektivitas ini terutama untuk menghindari kalimat mubazir, yaitu kalimat yang mengandung kata-kata yang berlebihan. Contoh kalimat yang mubazir sebagai berikut:
1. Harganya tidak mahal
Seharusnya: Harganya murah
2. Pesawat sudah berangkat menuju ke Bali.
Seharusnya: Pesawat sudah berangkat ke Bali.
3. Ibu makan bersama dengan adik.
Seharusnya: Ibu makan bersama adik. Bentuk kalimat tidak efektif lain adalah yang disebut kalimat melingkar. Ini adalah kalimat yang seolah berputar-putar dulu sebelum ke maksud sebenarnya.
Contoh:
Berita gempa di Bali beberapa waktu lalu selain dapat kita lihat di televisi, juga bisa kita dengar di radio.
Seharusnya: Berita gempa di Bali beberapa waktu lalu dapat kita ikuti di televisi dan radio.
4. Hindari Kalimat Membosankan
Kalimat bisa membosankan bukan hanya karena isinya, tapi karena penulis kurang variatif dalam memilih kata-kata.
Contoh:
1. Warga kampung merayakan perayaan hari Pahlawan.
Seharusnya: Warga kampung merayakan hari Pahlawan.
2. Kami mengambil peralatan kami dan berangkat ke tempat tujuan yang telah kami rencanakan.
Seharusnya: Kami mengambil peralatan dan berangkat ke tempat tujuan yang telah direncanakan.
5. Hindari Kerancuan
Kalimat disebut rancu jika mengandung kata-kata yang berlebihan atau tidak jelas. Satu contoh yang sering dipakai adalah: Waktu dan tempat kami persilakan. Apakah waktu dan tempat yang dipersilakan? Tentu tidak. Jadi, seharusnya: Waktu dan tempat kami sediakan.
Selamat mengasah senjata!
- y-control's blog
- Login to post comments
- 5116 reads
editor
Yang beginian mah urusan editor huahahahaha. Ga usah dipikirin apa yg lu tulis, tulis aja apa yg lu pikirin. Pemikir besar, banyak yg tulisannya absurd susah dibaca, susah dimengerti. Bahkan ucapan yesus aja banyak yg susah dicerna.
susah dimengerti
susah dimengerti isinya bedalah sama susah dimengerti kalimatnya
Tidaklah sama
Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong
Nazi TB
Swaproklamir Nazi Tata Bahasa absen di bawah saya ! :)
Addendum: terima kasih untuk infonya tentang arti kata "Graha" :>
Tulisan PENTING
@ y-control, tulisan yang menarik dan penting. Kebanyakan penulis Indonesia yang saya temui, apalagi penulis Kristen, teknik menulisnya benar-benar payah. Semoga banyak yang menyimak tulisan ini.
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
kadang
Kalimat yg panjang seringkali membosankan, tapi kadang juga diperlukan untuk menyimak/mengetahui sesuatu.
Tapi terimakasih untuk tulisan ini, sangat bermanfaat.
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...