Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tertawa -- Memalukan!
Saya pernah tertawa saat melihat sepasang remaja saling memaki di ujung jalan raya yang ramai, tanpa menghiraukan orang-orang yang asyik mengamati mereka. Seorang cewek berbaju seksi mendorong seorang cowok -- yang kemungkinan besar adalah seseorang yang pernah memeluknya hingga tak berkutik, mencoba sekuat tenaga menyakiti si cowok, tapi usaha itu sepertinya sia-sia saja. Si cowok pergi dan si cewek berlari menangis.
Mengapa saya tertawa pada saat itu? Karena saya merasa "baik-baik saja" waktu itu. Saya pernah mengalami peristiwa semacam itu dulu dan kini jika mengingatnya saya merasa malu dan selalu dipaksa berkata "saya harusnya tak melakukan itu dulu -- memalukan!". Waktu terus berjalan dan pengalaman hidup menjadi "bahan tertawaan" di kemudian hari. Pengalaman yang konyol, kekanak-kanakan, dan seharusnya tidak perlu dilakukan hingga terlalu "melankolis"...memang ada beberapa pengalaman hidup yang jika diingat kembali membuat diri sendiri menjadi "menyesal" karena telah melakukannya. Selebihnya, ada pengalaman yang terus menjadi motivasi untuk bisa bertahan karena pada waktu dulu pernah berhasil melewati sulitnya tantangan.
Saya menertawakan sepasang remaja yang bertengkar tadi -- kemungkinan baru saja putus hubungan, seperti menertawakan pengalaman diri sendiri :D Mulut tertawa, tapi hati berbisik "saya pernah seperti itu" ... haha. Ketika seorang teman bercerita tentang indahnya cinta dan betapa baiknya seorang pria yang dikasihinya. Betapa tampan wajahnya, kulitnya putih, mapan, dan sangat "perfect" baginya ... tapi ternyata "belum" mengenal Tuhan, waduh gimana donk ... aku mesti gimana? Sayang 'kan kalau aku harus putus dengannya. Susah lho dapat orang seperti dia. Aku tidak bisa melepaskannya, aku sangat mencintainya. Aku bangga jika jalan bersama dia. Aku harus bagaimana? Aku tak ingin melepaskannya! Dan cerita seorang teman itu diakhiri dengan isak tangis yang sangat mengharapkan jawaban "Ya sudah, jalani aja ... teruskan saja! Siapa tahu nanti mengenal Tuhan". Sebanyak apa pun rentetan kalimat untuk mendeskripsikan cerita cinta dan pria pujaannya ... hanya jawaban seperti itu yang biasanya diharapkan. Dan lagi-lagi, sebelum seorang teman bercerita padaku ... pengalaman cinta seperti itu pernah kualami juga :D Hampir sama! Tapi entahlah dengan hasilnya ... hehe.
------
Saya tinggalkan seorang pria tampan di seberang jalan, dan tak lupa kutinggalkan senyum kecil tersungging ... sebentar. Ingin sekali rasanya berlari kembali menghampirinya dan berkata bahwa "tadi, saya hanya pura-pura!" Tapi saya tak bisa! Saya hanya berusaha untuk "bisa" tanpa dia mulai senja itu. Sudah selesai ... dan saya berharap bahwa Tuhan yang saya pilih adalah Tuhan yang benar. Sejak kecil memang saya tidak terlalu mengenal-Nya, tapi Ia mengenal saya. Sebelum pria tampan itu kutinggalkan di seberang jalan, Ia sudah menyiapkan sejuta senyuman penghiburan. Saya memang bisa tersenyum, tapi sedikit :) Ingin berteriak pada Tuhan, "saya masih menyayanginya, Tuhan!" tapi tidak jadi ... karena takut tetanggaku mendengar -- memalukan! Kuberdiri di sudut kamar dan menatap keluar jendela, berharap mendung kali ini masih bertenggang rasa untuk tidak terlalu cepat menumpahkan gerimis, sebelum pria itu sampai di rumah mungilnya.
............... Sempat bertanya pada Tuhan, "Kenapa sih pria tampan itu tidak mau mengenal-Mu? Andai saja ia mengenal-Mu." Cerita tentang-Mu sudah ia dengar dan baca melalui sebuah buku mungil yang diletakkan berjajar dengan rentetan buku fiksi ..............
3 tahun berlalu, saya percaya Tuhan yang saya pilih adalah Tuhan yang benar. Ia menepati janji-Nya untuk tidak meninggalkan saya. Ia mendorong saya untuk mendoakan pria tampan yang kutinggalkan di seberang jalan. Tak peduli siapa yang akan menemani dan menepuk pundaknya untuk memberi keberanian melewati hidup ini. Tak peduli siapa yang akan menggandeng tangannya melewati tantangan ... saya tak peduli. Saya akan tetap menyebut nama pria yang kini telah membaca firman-Mu dan saya harap ia akan terus membacanya.
Thanks Jesus for Your kind to me ... i love You, Jesus ... i believe, everything will be okay :)
God's will be done
- tilestian's blog
- Login to post comments
- 3878 reads
santi, harapan
... dan saya berharap bahwa Tuhan yang saya pilih adalah Tuhan yang benar. I like this.
everything will be okay :). pastilah. GBU.
------- XXX -------
Santi, OK lah..
Santi : Tak peduli siapa yang akan menemani dan menepuk pundaknya untuk memberi keberanian melewati hidup ini. Tak peduli siapa yang akan menggandeng tangannya melewati tantangan ... saya tak peduli. Saya akan tetap menyebut nama pria yang kini telah membaca firman-Mu dan saya harap ia akan terus membacanya.
meski ku tak peduli, smoga belum ada yang menggandeng :)
@Guestx
Salam kenal ya ....
Haha ... dan memang Tuhan yang saya pilih adalah Tuhan yang benar Meski kadang terasa sulit menjalani, tapi ternyata Ia selalu ada di sampingku. Setia banget, kan? hehe ...
Thanks Jesus
God's will be done
@Joli
Wah, sepertinya memang sudah ada yang menggandeng tuh ... mungkin sih ...hehe
God's will be done
santi: Memangnya Tuhan ada berapa?
Koq ada Tuhan yang benar dan ada Tuhan yang salah?
Lagipula, kita manusia, tak berkuasa sedikitpun untuk memilih Tuhan, karena Tuhan itu hanya Satu (Esa) dan karena sebaliknya, kitalah yang dipilih-Nya.
Bener, KEN
Iyap, bener KEN ... kitalah yang dipilih-Nya
Maksudku, pria tampan itu "belum" mempercayai Tuhan yang aku percayai .. .aku tidak menyebut "ada Tuhan yang salah"
God's will be done
santi: hanya kabarkan saja
Entah dia mau percaya atau tidak, itu bukan urusan kita. Dan lagipula, entah dia percaya atau tidak, itu tidak masalah bagi Tuhan. Toh, baik yang percaya atau tidak, kita semua akan bersama-sama kelak.
esa?
@santi
keputusan yang benar, yang diseberang biarlah diseberang
karena kalau ngotot dilanjuntin, biasanya deritanya tiada akhir ha… ha…
(contohnya udah banyak)
esa?
Markus 12:29
kata “esa” berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”. Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sanksertamaupun bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan kata “esa”.
Itu sebabnya ditulis … yang maha esa bukan yang maha eka
kata 'ESA' dalam bahasa Ibrani adalah 'EKHAD' atau 'AHAD' dalam bahasa Arab, itu berarti merupakan SATU dalam arti KESATUAN yang KOMPLEKS, bukan SATU/TUNGGAL yang absolut. Kecuali kata 'YAKHID' atau dalam bahasa Arab 'WAHID' itu baru artinya SATU yang absolut. Jadi di sini kita melihat PERBEDAAN yang NYATA antara kata 'EKHAD' dan 'YAKHID'.
ehm… Ken sudah siap tuh, jadi pengganti pria tampan diseberang jalan he…he…
…………………………………………..
“Berserah - Bella Saphira”
@KEN: Tak peduli orang akan
@KEN: Tak peduli orang akan percaya atau tidak, yang penting kita memberitakan kebenaran-Nya. :)
@Rolupat: haha ... "derita tiada akhir", koq kayaknya ngeri banget ... hehe. Emang ngeri ya?
God's will be done