Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
mencoba mendaur ulang warisan kuno
ada trend baru yang saya rasakan mulai bertumbuh dan berkembang di gerejaku. semula terasa asing. ada gejolak di sana sini berkenaan dengan hal-hal baru yang mulai dipakai dan dihayati di gerejaku. ada yang mengatakan apakah identitas kita selama ini kurang jelas sehingga harus mengukuhkan identitas tambahan dengan mengadopsi milik orang? dan seketika itu juga yang bisa menerangkan menjawab dengan mengatakan bahwa kita tidak sedang kehilangan identitas atau ragu terhadap identitas diri sendiri. kita sangat kental dengan identitas kita. orang lain bisa merasakan kentalnya identitas gereja kita. kita juga bukan sedang mencoba-coba identitas baru apalagi identitas milik orang lain. kita sedang mencoba memperkaya penghayatan melalui hal-hal yang dulu telah kita tinggalkan.
jawaban yang cukup telak dan mengena. namun kembali kepada "rasa asing' di sekitar hal yang sedang dihayati untuk memperkaya kasanah pengalaman iman. sampai kapan hal itu bisa terwujud? kita saar bahwa untuk menerima apalagi sampai pada tataran penghayatan dibutuhkan waktu yang cukup lama. apa tidak keburu bosan dan kehilangan kesabaran? sudah hampir 3 atau 2 tahun gereja mencoba-coba hal yang baru tersebut, namun masih dirasakan kurang sosialisasi tentang apa-apa yang telah dilakukan. masih ada pertanyaan besar: untuk apa semuanya itu?
Palmarum dengan melambai-lambaikan daun palem, bahkan ada yang pakai atraksi naik kuda segala. dulu ibadah jalan salib saja masih terasa asing dipenghayatan. kini ditambah dengan hal-hal yang terasa sangat asing. belum lagi yang sabtu sunyi. apa-apaan itu. harus ada dalam kesunyiaan. ada gelap dan sebagainya. lagi-lagi masih terasa asing. apa toh sebenarnya hendak dicari dengan hal-hal yang asing itu.
dulu kita sangat bangga dengan panembramanan, dengan musik gamelan yang sayup-sayup indah dalam menghantar penghayatan. dulu kita bangga dengan apa-apa yang sudah ada. kini apa-apa yang sudah ada itu tak terasakan pula. kosong. empty. dan tak berbunyi.
apakah semuanya itu ada korelasi dengan hidup keseharian? itu menurut saya yang penting. abu, lilin, palem atau apalah itu sangat jauh dari khasanah simbol kita. khasanah kita sebenarnya sudah cukup dengan nilai-nilai kerendahan hati, pertobatan senantiasa. apalagi yang mau diperkuat.
itulah yang sedang terjadi. kita cari dan mencari. kita format-format ulang bangunan teologi. yah semoga kita sedang benar-benar ada dalam rel menuju kesempurnaan.
apa hebatnya manusia!!!!!!
- tonoutomo's blog
- Login to post comments
- 3740 reads
naik kuda.
Palmarum dengan melambai-lambaikan daun palem, bahkan ada yang pakai atraksi naik kuda segala.
Kalau yang disebelah tempat tinggal saya cuma melambai-lambaikan bendera,dan saya belum pernah lihat yang naik kuda ....Kalau kudanya "beol" dalam gereja gimana tuh...?....wkwkwkwkwkwkwkwk...
jas vs batik
Gereja ane, majelis laki yang tugas diwajibkan pake jas. Karena ada istilah wajib tanpa disertai alasan teologia yang memadai, mengundang pertanyaan. Karena merasa identitas nasional, adalah bukan jas, tetapi hal lain seperti: batik. songket, tenun, ane mengangkat alasan ini pembatasan buat ane bersedia dipilih jadi majelis.
No man is a man who does not make the world better
KISS
Saya juga mesti sering diingetin prinsip KISS: Keep it Simple Stupid!
1 Korintus 13:8
"Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap."
Yohanes 13: 34
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."
Tapi daur ulang kasih syusah bangetz
ibadah sejati
pergumulan hidup kita sehari-hari itulah ibadah yang sesungguhnya, di mana kita semua mengadakan perjalanan ziarah menuju kesempurnaan...
sedangkan gereja seharusnya menjadi tempat peristirahatan di tengah jalan berdebu yang kita lalui, sehingga para peziarah dapat menyejukkan hati, menyegarkan jiwa...
sudahkah liturgi dan teologi kita menjalankan fungsinya?
Perubahan dalam gereja
Suatu perubahan yg ingin dilakukan bukanlah suatu kesalahan,asalkan tidak melanggar perintah Tuhan.Soal paksaan dalam hal2 yg tertentu memang pada dasarnya tiada seorang pun mau dipaksa,yg penting adalah kerelaan hati.Gereja melambangkan keberadaan Yesus & ia adalah tempat luahan hati para jemaat yg mengeluh.Menjadi seorang majelis gereja perlu ada keyakinan serta berada di hadapan & pada waktu yg sama,merendahkan diri dihadapan Tuhan.
geadley
kualitas
Sesuatu yang baru, kalau kualitasnya jelek memang memuakkan. Supaya tidak menjadi tempelan yang bikin mules, hal-hal baru itu musti diolah menjadi karya yang berkualitas tinggi.
".... ...."
asing
masalahnya, di sini yang sedang dicoba diterapkan justru adalah warisan kuno yang dianggap berkualitas tinggi, tapi justru menjadi asing karena sudah tidak biasa lagi...
involusi
Tonoutomo sudah benar dengan menggunakan istilah "daur ulang."
Suatu produk budaya yang besar dan terintegrasi diambil secuil lalu ditayangkan di tempat baru. Yang saya maksud harus berkualitas itu adalah penayangan kembalinya itu. Barangkali di tempat asalnya, produk tersebut memang berkualitas. Namun bisa jadi di tempat baru produk itu ditayang ulang secara buruk.
Seringkali orang terjebak melakukan perumitan simbol yang tak perlu. Bagaimanapun, suatu ekspresi seni suatu kelompok masyarakat adalah cerminan dari kelompok masyarakat tersebut. Jika liturgi suatu gereja tampak norak, ya sudah hadapi dengan jantan bahwa memang gereja itu isinya orang-orang norak.
Di sebuah gereja yang rajin menampilkan tayangan multimedia, nampak bahwa klip-klip videonya norak sekali. Wajar sih, memang kualitas lulusan DKV yang bergereeja di situ masih kayak begitu.
".... ...."
tidak lapar dan haus
makanya saya bilang "dianggap", karena kualitas bersifat kultural & relatif.
tapi saya rasa ada isyu yang lebih besar di sini daripada sekadar masalah budaya...
banyak gereja saat ini seperti restoran yang berusaha menyiapkan berbagai makanan dan minuman lezat dan bergizi tinggi dengan teknik memasak yang canggih dan penampilan yang mewah, tapi para penikmatnya tidak merasa lapar dan haus, jadi ya... sama saja...
orang yang benar-benar lapar dan haus akan menikmati makanan apapun yang ada di depannya, walaupun hanya nasi, ikan asin dan segelas air dingin...
jadi, masalahnya bagaimana menciptakan rasa lapar dan haus itu?
Bikin Lapar dan Haus
Komen daniel yang "bagaimana menciptakan rasa lapar dan haus itu?" ngena banget.
Katanya, kita semua harus doa puasa supaya penganiyaan datang dengan hebatnya. Jadi nggak ada lagi yang suam2 kuku. Yang 'sakit' dan 'sehat' langsung keliatan. Lagipula, masa iya mau ke gereja cuman buat dianiyaya?
Siapa yang menginisiasi 'sehat' atau yang 'sakit' (di "hanya yang sakit butuh dokter")? He he, ini mau debat predestinasilaukpauk vs freewill yah?
garam bikin haus
ada seorang rohaniwan yang mengatakan, itulah sebabnya Yesus tidak pernah menyuruh kita menjadi air atau roti -- Dia sendirilah air dan roti hidup itu -- Dia hanya menyuruh kita menjadi garam, sehingga setiap orang yang "mencicipi" hidup kita akan merasa haus dan mencari sendiri air hidup itu...
tepat
Protes biar bertepatan,kalo mau kan suatu perubahan dalam gereja.Sekarang sudah moderen jadi tidak perlu rasa terikat dengan yg kuno2.
geadley
thank atas respon yang menggigit
roger, mangun, rusdy, daniel, geadley lian, miyabi. komentar anda semua juga menjadi pemikiran saya. sekali lagi terimakasih
apa hebatnya manusia!!!!!!
sama2
sama2,semoga bermanfaat.
geadley