Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pertumbuhan Iman Kristiani

sandiputra's picture

Pertumbuhan iman orang Kristen mengalami tiga tahap yang di tandai dengan Baptis Air, Baptis Roh Kudus dan Baptis Api (lht. "Karunia Bahasa roh - Baptis Roh Kudus - Baptis Api"). Tetapi bagaimanakah orang Kristen dapat bertumbuh imannya hingga mencapai tahap Baptis Api, dalam hal ini kita dapat belajar dari rasul Petrus, yang ditulisnya dalam surat ke dua (tahun 60-70 M) kepada orang-orang Kristen yang ada di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia (1 Ptr.1:1). Saat surat ini ditulis, rasul Petrus berusia sekitar enam puluh lima tahunan dan ini adalah suratnya yang terakhir sebelum beliau martir, disalib terbalik di Roma pada masa pemerintahan kaisar Nero. 

“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, dan kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan” (2Ptr.1:5-9).

Iman (faith) adalah dasar segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr.11:1). Iman yang paling awal atau paling kecil adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru selamat manusia. Dan percaya bahwa melalui Yesus ada jalan kepada Allah (Yoh.14:6)

Kebajikan (virtue) adalah segala sifat-sifat baik (penyabar, pemurah, peramah, suka menolong dan lain-lain) yang harus dipunyai seorang beriman dalam dirinya, sifat-sifat itu sebenarnya sifat-sifat yang dipunyai Allah.

Pengetahuan (knowledge) adalah segala pengetahuan firman Tuhan yang akan menuntun orang percaya pada hidup yang penuh kebajikan yang dikehendaki Allah. Tanpa pengetahuan firman Tuhan orang akan mudah tersesat oleh pandangannya sendiri, yang sering sangat subyektif; mementingkan keuntungan dan kesenangannya sendiri.

Penguasaan diri (temperance) adalah segala sikap, perbuatan, perkataan dan pikiran yang didasarkan pada pengetahuan akan firman Tuhan , sehingga tidak lepas kontrol dan lupa karena kepentingannya sendiri, tapi lebih mementingkan pertumbuhan imannya.

Ketekunan (patience) adalah penguasaan diri yang sudah mendarah daging sehingga tahan terhadap segala ujian dan kesulitan hidup dengan penuh kesabaran.

Kesalehan (godliness) adalah keadaan dimana seorang beriman dapat bersikap, berbuat, berkata-kata dan berpikir dengan penuh ketulusan, penuh pengertian, penuh pengorbanan, penuh hikmat dan penuh makrifat. Pada posisi iman seperti ini ia tidak dapat tergoda oleh hal-hal duniawi.

Kasih akan saudara-saudara (brotherly kindness) adalah kesalehan yang timbul dari dalam hati yang diberlakukan di dalam hubungannya dengan orang-orang yang dekat dengannya dan orang-orang yang kenal dengannya, misalnya keluarga, saudara, orang tua, istri, anak, karyawan, kolega, teman, dan saudara seiman.

Kasih akan semua orang (brotherly kindness charity) adalah keadaan dimana orang beriman dengan penuh kesalehan dapat bermurah hati kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan (apa agamanya, rasnya, negaranya dan lain-lain). Pada posisi ini pertumbuhan imannya sudah mencapai sempurna, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Ia mengasihi sesamanya seperti mengasihi dirinya sendiri (Mat.22:39).

Dari pelajaran rasul Petrus di atas dapat disimpulkan bahwa seorang percaya imannya bertumbuh seiring dengan pembaharuan karakter manusiawinya. Semakin sempurna iman seseorang maka akan semakin baik dalam bersikap, berbuat dan berpikir. Dan pada tingkat yang sempurna ia bahkan rela memberikan nyawanya untuk orang lain. Pada tingkatan iman seperti ini ia sudah siap untuk menerima Baptis Api yang diberikan Tuhan Yesus.

Yoh.15:13. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk saudara-saudaranya.

1 Yoh.3:16. Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia menyerahkan nyawanya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

Why.12:11. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.


Iman (faith) adalah dasar segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr.11:1). Iman yang paling awal atau paling kecil adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia. Dan percaya bahwa melalui Yesus ada jalan kepada Allah (Yoh.14:6)

Yoh.14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

 Iman berlaku sampai kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua, karena pada saat itu semua firman Tuhan yang dijanjikanNya telah digenapi dan telah menjadi kenyataan. Setelah Tuhan Yesus datang yang kedua maka yang masih ada hanyalah 'kasih' (agape), karena Roh Kudus telah selesai bekerja, semua nubuat, mimpi dan karunia-karunia Roh yang lain telah berlalu (1Kor.13:8-10); oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang hidup di bumi pada waktu itu hanyalah melakukan perbuatan kasih, agar ia bisa diselamatkan dari hukuman kekal.

1Kor.13:8-10. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

Menurut Tuhan Yesus, iman dibedakan menjadi tiga yaitu iman yang paling kecil, iman yang besar, dan iman yang paling besar. Dan dengan iman, seorang yang percaya melakukan perbuatan-perbuatan yang dipenuhi kuasa illahi.

Iman yang paling kecil adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat manusia agar ia bisa memperoleh hidup kekal di dalam Kerajaan Allah. Dan dengan iman yang kecil ini ia bisa melakukan perbuatan besar yang nampak mustahil menurut pemikiran manusia.

Mat.17:14-21. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya kembali kepada orang banyak itu, datanglah seorang mendapatkan Yesus dan menyembah, katanya: "Tuhan, kasihanilah anakku. Ia sakit ayan dan sangat menderita. Ia sering jatuh ke dalam api dan juga sering ke dalam air. Aku sudah membawanya kepada murid-murid-Mu, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya." Maka kata Yesus: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Dengan keras Yesus menegor dia, lalu keluarlah setan itu dari padanya dan anak itupun sembuh seketika itu juga. Kemudian murid-murid Yesus datang dan ketika mereka sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. (Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa.)"

Iman yang besar adalah iman yang dapat mengetuk hati Tuhan sehingga mengabulkan yang didoakannya. Seorang yang mempunyai iman seperti ini tidak pernah berhenti meminta pertolongan Tuhan walaupun pertolongan tidak segera diberikan kepadanya. Ia tetap percaya kepada Tuhan dan tidak berhenti meminta pertolonganNya sampai doanya itu dikabulkan (Luk.18.1-8).

Mat.15:21-28. Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel." Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Luk.18:1-8. Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Iman yang paling besar adalah iman seperti yang ditunjukkan oleh iman seorang perwira di Kapernaum. Seorang yang mempunyai iman seperti ini tidak akan pernah menggunakan nalar dan logikanya untuk menimbang-nimbang sebelum mendapatkan firman yang datang kepadanya. Ia akan segera bertindak dengan penuh percaya, dan menganggap firman itu sebagai perintah yang diberikan kepadanya, yang mutlak harus dilakukannya tanpa memikirkan segala resiko dan keuntungan yang akan diperolehnya. Ia hanya taat saja untuk melakukannya, tidak pernah menunda-nunda atau menawar firman atau perintah itu.

Mat.8:5-13. Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.

 

Kebajikan (virtue) adalah segala sifat-sifat baik (penyabar, pemurah, peramah, suka menolong dan lain-lain) yang harus dipunyai seorang beriman dalam dirinya, sifat-sifat itu sebenarnya sifat-sifat yang dipunyai Allah.

 Semua sifat-sifat baik itu akan nampak dalam segala tingkah-laku orang beriman ketika mereka berinteraksi dengan orang lain sepanjang hidupnya. Jadi 'kebajikan' adalah segala perbuatan baik yang dilakukan seorang beriman terhadap orang lain. Perbuatannya itu akan dilihat orang yang mengenalnya dan orang yang ada disekitarnya, dengan demikian ia sekaligus juga bersaksi kepada semua orang bahwa ia adalah pengikut (Luk.8:19-21) dan murid Yesus Kristus (Yoh.15:1-8). Dalam hal ini ia sebagai seorang beriman telah memuliakan Tuhan Yesus dengan perbuatannya itu, karena perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya itu menjadi puji-pujian yang berbau harum bagi Tuhan dan menyenangkan hatiNya. 

Luk.8:19-21. Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." 

Yang dianggap ibu dan saudara oleh Yesus Kristus adalah orang yang mau melakukan kebajikan atau perbuatan baik kepada sesamanya manusia; ia adalah orang yang mempunyai hubungan yang dekat secara rohaniah, bukan hubungan secara jasmaniah. Biarpun secara biologis mempunyai hubungan sedarah karena dilahirkan dari ibunya, atau dilahirkan oleh seorang ibu yang sama, Yesus Kristus tidak menganggapnya mempunyai hubungan yang dekat apabila mereka tidak mempunyai hati terhadap sesamanya.

Yoh.15:1-8. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Hubungan guru dan murid juga mempunyai kedekatan yang sama halnya dengan hubungan ibu dan anak; dalam hal hubungan guru dan murid, Yesus menuntut lebih banyak dari pada hubungan ibu dan anak. Dalam hubungan yang terakhir ini seorang murid dituntut menghasilkan buah yang banyak. Buah yang dimaksud adalah buah Roh*, yang merupakan hasil pertumbuhan iman yang sudah dewasa. Tuntutan yang diminta terhadap seorang murid adalah harus rela menyerahkan nyawanya bagi Yesus Kristus.

Luk.14:26-33. "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"


Pengetahuan (knowledge) adalah segala pengetahuan firman Tuhan yang akan menuntun orang percaya pada hidup yang penuh kebajikan yang dikehendaki Allah. Tanpa pengetahuan firman Tuhan orang akan mudah tersesat oleh pandangannya sendiri, yang sering sangat subyektif; yang mementingkan keuntungan dan kesenangannya sendiri.

 Pengetahuan firman Tuhan merupakan pembukaan firman yang dikaruniakan Tuhan Yesus kepada setiap orang beriman secara pribadi, masing-masing menurut pergumulan dan kebutuhan hidupnya saat itu; tetapi pembukaan firman itu tidak bertentangan antara yang diperolehnya lebih terdahulu dengan pembukaan firman yang diperolehnya kemudian, bahkan kemudian membentuk suatu pengajaran yang utuh dan saling mendukung antara pembukaan firman yang satu dengan pembukaan firman yang lain. Dan pembukaan firman yang diperoleh seseorang tidak bertentangan dengan pembukaan firman yang diperoleh orang beriman lainnya. Pembukaan firman yang diperoleh oleh masing-masing orang beriman memiliki nafas yang sama dan selaras antara yang diperoleh satu orang dengan yang lainnya. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing memperoleh pembukaan firman dari Roh yang sama.

Mat.13:10-13. Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.

Pembukaan firman Tuhan yang diperoleh seorang beriman diberikan Tuhan yesus kristus untuk menuntunnya agar dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, sehingga imannya dapat bertumbuh dan menghasilkan buah Roh yang diinginkanNya. Didalam perjalanan hidupnya seorang beriman sering mendapatkan 'pembukaan firman' yang berasal dari dirinya sendiri karena dipengaruhi oleh pikiran, keinginan dan ambisi pribadi yang berasal dari dagingnya; sehingga pembukaan firman yang diperolehnya tidak sesuai lagi dengan pengajaran Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal ini ia telah disesatkan oleh Iblis melalui nalar dan logikanya, dengan banyak argumen yang kelihatan masuk akal dan benar. Karena kasus seperti ini maka banyak orang memperoleh pembukaan firman yang beraneka ragam dan sering kali bertentangan satu dengan yang lainnya; baik yang diperoleh oleh seorang yang sama atau oleh orang yang berlainan. Dan tidak jarang kemudian timbul perdebatan sengit yang berujung pada saling menghujat diantara mereka, karena menganggap 'pembukaan firman' yang diperoleh orang lain sesat sedangkan 'pembukaan firman' yang diperolehnya yang benar.

Kasus seperti diatas sebenarnya tidak perlu terjadi apabila seorang beriman mempunyai batasan yang jelas tentang pengajaran Tuhan Yesus kristus* dan tahu cara menguji pembukaan firman itu benar dari Tuhan atau dari pikirannya sendiri. Pengajaran Tuhan Yesus adalah pengajaran tentang kerohanian, yaitu tentang bagaimana hidup menurut Roh agar imannya bertumbuh dan menghasilkan buah Roh yang sesuai dengan pengajaranNya. Semua 'pembukaan firman' yang tidak sejalan dengan pengajaran Tuhan Yesus Kristus mengenai kerohanian adalah bukan dari Tuhan, tapi dari pikiran orang itu sendiri.

Banyak hamba Tuhan yang mengajar atas nama Roh Kudus tetapi yang diajarkannya bukan mengenai hal-hal rohani, tetapi lebih pada hal-hal duniawi, jelas dapat dipastikan bahwa pengajaran itu bukan berasal dari Roh Kudus. Banyak firman Tuhan digunakan untuk melegalisir keinginan dan pikirannya sendiri sehingga jemaat tidak tahu lagi membedakan yang mana pengajaran Tuhan Yesus Kristus yang benar dan sesuai dengan Injil. Banyak jemaat yang memilih pengajaran yang mengajarkan hal-hal duniawi dari pada yang rohani, karena pada dasarnya jemaat yang demikian adalah orang-orang duniawi, yang sebenarnya tidak pernah menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus dan tidak pernah dikenalNya (Mat.7:21-23).

Mat.7:21-23. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

*lihat: Garis Besar Pengajaran Tuhan Yesus Kristus


Penguasaan diri (temperance) adalah segala sikap, perbuatan, perkataan dan pikiran yang didasarkan pada pengetahuan akan firman Tuhan , sehingga tidak lepas kontrol dan lupa karena kepentingannya sendiri, tapi lebih mementingkan pertumbuhan imannya.

Contoh penguasaan diri yang paling nyata adalah pencobaan oleh Iblis terhadap Yesus Kristus ketika Ia berpuasa di padang gurun empat puluh hari lamanya. Dalam kesempatan itu Yesus dicobai tiga hal, mengenai keinginan dagingnya atau nafsunya untuk menguji penguasaan diriNya, yaitu mengenai nafsu biologis, nafsu berkuasa, dan nafsu mendapatkan penghormatan dari manusia.

Mat.4:1-11. Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Ketiga pencobaan itu dapat disimpulkan menjadi penguasaan diri terhadap tiga hal mulai dari yang bersifat sangat kasar sampai kepada yang paling halus, yaitu:
1. Penguasaan diri terhadap nafsu makan-minum dan seksual.
2. Penguasaan diri terhadap keinginan untuk berkuasa.
3. Penguasaan diri terhadap keinginan untuk dihormati.

1. Penguasaan diri terhadap nafsu makan-minum dan seksual.

Kebanyakan orang jatuh oleh karena dicobai dalam hal makan-minum dan seksual, tidak terkecuali dengan orang beriman. Sudah banyak cerita tentang orang Kristen yang jatuh kedalam dosa karena tidak dapat menguasai diri dari godaan makanan, minuman dan seksual. Bahkan cerita yang cukup menghebohkan adalah jatuhnya seorang hamba Tuhan yang sudah dianggap senior dan terhormat karena kalah oleh godaan makanan. Mereka jatuh kedalam perangkap kenikmatan makan karena tidak kuat menguasai dirinya dari godaan makanan enak, sehingga ia memuaskan diri dengan makan makanan kesukaannya, yang mengakibatkan kematian baginya karena gangguan metabolisme dalam tubuhnya. Mereka banyak yang mati disebabkan oleh kanker dan stroke.

Banyak hamba Tuhan yang terjatuh oleh godaan makanan karena ada satu pendapat yang dianut oleh sebagian orang beriman dalam kalangan hamba Tuhan, bahwa sebagai hamba Tuhan atau pendeta mereka tidak merasa leluasa untuk melampiaskan kesenangan mereka, karena (tentunya) akan mendapat celaan dari jemaat. Dan mereka merasa kesenangan yang dapat mereka lakukan 'hanya' menikmati dan melampiaskan pada makan makanan enak saja. Mereka dapat makan sepuasnya di rumah atau di kamar mereka tanpa diketahui oleh jemaatnya dan terbebas dari segala celaan.
Selain makanan enak, mereka ada juga yang kecanduan 'makan' obat ekstase, sehingga mati akibat over dosis.

Mereka yang tidak kuasa menguasai dirinya dari minuman keras atau alkohol juga dapat menyebabkan kematian bagi dirinya baik secara langsung, yang menyebabkan fungsi syarafnya melemah atau organ tubuhnya rusak terbakar, dalam hal ini yang sering terkena adalah organ jantung dan paru-parunya; maupun menyebabkan kematian secara tidak langsung karena mengalami kecelakaan yang disebabkan ia sedang dalam keadaan mabuk, bisa karena terjatuh dari ketinggian atau karena mengalami kecelakaan lalulintas. Dan yang terakhir adalah tidak kuasa menguasai diri dari godaan seksual. Biasanya orang beriman terjatuh kedalam godaan seksual diawali dengan ketidak mampuannya menguasai diri dari godaan makan dan minum.

Secara rohani sebenarnya orang Kristen yang sedang mengalami pertumbuhan imannya itu akan mengalami kemajuan yang sangat pesat ketika mereka dapat melewati ujian yang pertama ini. Mereka yang mampu lolos dari ujian pertama ini akan dipakai Tuhan untuk pelayanan dengan penuh kuasa, karena mereka akan diperlengkapi Tuhan dengan berbagai 'karunia kuasa Roh Kudus', sehingga ia dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri, bahkan Ia menjanjikan pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada itu untuk dilakukannya demi kemuliaan Allah.

Yoh.14:12-14. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya."

Bilamana orang beriman sudah dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan itu, bukan berarti ia sudah selesai bertumbuh imannya tetapi masih akan terus bertumbuh hingga mencapai iman yang dewasa; ia masih harus melewati lagi ujian yang ke dua dan ketiga untuk dapat mencapai iman yang sempurna. Dalam hal ini perjalanan imannya akan menjadi lebih mudah untuk dapat mencapai sempurna, karena setiap saat, setiap hari, sepanjang sisa hidupnya ia disertai Tuhan dan ia menyaksikan kuasa Tuhan didemonstrasikan didepan matanya. Ia tidak dapat lagi jatuh karena godaan iblis, tetapi ia hanya bisa jatuh oleh karena kemauannya sendiri, ia dengan sadar berbuat dosa seperti dosa yang dilakukan malaikat Luciver.

Ibr.10:26-27. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.

2. Penguasaan diri terhadap keinginan untuk berkuasa.

Sudah menjadi tabiat manusia yang mempunyai kekuatan akan mulai ingin berkuasa, baik berkuasa atas wilayah maupun berkuasa terhadap orang lain. Ia akan merasa tidak ada lagi yang dapat membatasinya dan bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri, ia akan menganggap semua yang dikatakannya adalah hukum bagi orang yang dikuasainya dan bertindak layaknya seorang raja. Bagi seorang beriman yang benar-benar taat kepada Tuhan, ia tidak akan begitu bodoh untuk melakukan hal diatas, karena ia mengetahui kehendak dan rencana Tuhan terhadap hidupnya dari 'semua pembukaan firman' yang selama ini diperolehnya.

Tetapi bagi orang beriman yang tidak mampu menguasai diri dari godaan yang pertama, maka ia akan jatuh juga pada ujian yang ke dua dan ke tiga, karena ia telah ditaklukan oleh Iblis dan tidak mampu lagi melakukan perlawanan. Ia akan terperosok ke dalam dosa yang lebih dalam lagi, sehingga ia tidak tidak mungkin dapat bangkit lagi dan akan menjadi penghuni neraka dan harus menjalani siksaan bersama-sama dengan Iblis dan setan. Inilah hukuman yang terberat di dalam neraka.

Mat.8:10-12. Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

3. Penguasaan diri terhadap keinginan untuk dihormati.

Inilah ujian yang paling halus yang akan dihadapi oleh seorang beriman yang telah mencapai iman yang hampir sempurna. Adalah tidak masuk akal bilamana seorang yang sudah mencapai iman pada tingkat seperti ini sampai jatuh oleh ujian terakhir yang dihadapinya. Kesadaran hati dan pikirannya sudah tidak mungkin dapat dipisahkan dari Tuhan Yesus, karena semua isi hati dan pemikirannya sudah selaras dengan hati dan pikiran Tuhan. Yang dilakukannya adalah juga yang dikehendaki Tuhan, yang dipikirkannya adalah juga yang dipikirkan Tuhan. Jadi sesungguhnya ia pada keadaan ini benar-benar sudah menyatu dengan Tuhan, dimana Tuhan ada di dalam dia dan dia ada di dalam Tuhan. Tidak ubahnya ia seperti Tuhan Yesus sendiri yang hidup di dunia dalam rupa dan tubuh yang lain, yaitu dalam rupa dan tubuh orang beriman itu.

Yoh.14:18-21. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."


Ketekunan (patience) adalah penguasaan diri yang sudah mendarah daging sehingga tahan terhadap segala ujian dan kesulitan hidup dengan penuh kesabaran.

Ketekunan yang dituntut kepada seorang beriman ada tiga hal, yaitu: bertekun dalam doa, bertekun dalam merenungkan firman Tuhan, dan bertekun dalam menjalani pencobaan. Ketiga hal itu harus dilakukan orang Kristen sejak ia bertobat hingga ia bertemu muka dengan muka dihadapan Tuhan Yesus Kristus di dalam Kerajaan Sorga. Karena dengan bertekun dalam tiga hal itu seorang Kristen akan bertumbuh hingga mencapai iman yang sempurna.

1. Bertekun dalam doa.

Seorang beriman diibaratkan oleh rasul Paulus seumpama cabang pohon zaitun liar yang di tempelkan (okulasi) pada pohon zaitun sejati dan cabang itu akan hidup dari pohon zaitun sejati. Demikian pula dengan seorang Kristen imannya akan hidup apabila ia mendapatkan penghiburan, pengajaran, perintah, teguran, dan nasihat dari Tuhan melalui doa, seperti ranting pohon anggur yang hidup, bertumbuh dan berbuah karena diberi makanan oleh pokok pohon anggur. Karena dengan doa imannya akan hidup, bertumbuh hingga dewasa dan menghasilkan buah Roh.

Rm.11:24. Sebab jika kamu telah dipotong sebagai cabang dari pohon zaitun liar, dan bertentangan dengan keadaanmu itu kamu telah dicangkokkan pada pohon zaitun sejati, terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri.

Yoh.15:1-8. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

Melalui doa seorang beriman akan mendapatkan penghiburan Tuhan ketika ia sedang mengalami kesedihan, beban yang berat, dan tekanan dalam hidupnya; akan mendapat perintah untuk melakukan suatu hal yang diinginkan Tuhan kepadanya; akan mendapat teguran apabila ia melakukan kesalahan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan perintahNya; dan Tuhan akan memberi nasihat kepadanya agar ia melakukan semuanya tepat seperti yang diperintahkanNya.*

*lihat topik dengan judul: BERDOA

2. Bertekun dalam merenungkan firman Tuhan.

Mazmur Daud menggambarkan firman Tuhan sebagai pelita yang dipasang pada kaki seorang yang hendak berjalan keluar rumah pada malam hari yang gelap. Ia akan dapat melihat jalan yang akan dilaluinya karena adanya pelita itu, walaupun pada jarak yang lebih jauh ia hanya dapat melihat kegelapan malam saja.

Mzm.119:105. Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.

Ketika seorang beriman mau melangkahkan kakinya menuruti firman yang diperolehnya maka ia akan dimampukan oleh Roh Kudus dan akan mendapatkan firman yang baru. Demikian akan berlangsung terus-menerus dan berulang dengan firman yang baru lagi bila ia mau segera meresponnya, sehingga ia semakin bertumbuh imannya dan semakin mengerti kehendak Tuhan terhadapnya.

Mzm.1:1-3. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

3. Bertekun dalam menjalani pencobaan.

Yesus Kristus berpesan kepada murid-muridNya untuk senantiasa berjaga-jaga dalam doa agar tidak sampai jatuh kedalam berbagai-macam pencobaan yang dialami dalam hidupnya, dimana dengan berbagai tipu daya Iblis senantiasa berupaya untuk menjauhkan manusia dari Tuhan, agar ia tidak selamat.

Mat.2:36-46. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa. Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."

Dalam hal ini seorang beriman dilatih agar menjadi kuat dan memiliki kasih (agape) seperti yang diajarkan dan dikehendaki Tuhan Yesus kepada murid-muridNya. Seorang Kristen akan menjadi semakin tajam rasa perikemanusiaannya apabila ia melatih dirinya di dalam pergaulannya dengan orang-orang disekelilingnya, dengan orang di dalam keluarganya, dengan orang-orang yang ada di dalam lingkungan sekolahnya, dengan orang-orang di lingkungan bermainnya, dengan orang-orang di lingkungan kerjanya. Karena dengan rajin melakukan latihan iman ia akan menjadi manusia utuh sebagaimana ia diciptakan segambar dengan Allah.

Ams.27:17. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Kej.1:27. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 


Kesalehan (godliness) adalah keadaan dimana seorang beriman dapat bersikap, berbuat, berkata-kata dan berpikir dengan penuh ketulusan, penuh pengertian, penuh pengorbanan, penuh hikmat dan penuh makrifat. Pada posisi iman seperti ini ia tidak dapat tergoda oleh hal-hal duniawi.

Kesalehan sering dikaitkan dengan perilaku seseorang yang taat menjalani imannya, oleh karena itu seorang yang hidupnya sangat duniawi tidak akan disebut sebagai seorang yang saleh. Adalah sebuah ironi bila seorang hamba Tuhan tidak dapat menunjukan kesalehan dalam hidupnya. Selain itu seorang Kristen harus menunjukan kesalehannya bukan hanya di dalam ibadah gereja saja, melainkan juga harus memiliki kesalehan di dalam hatinya. Kedua hal itu merupakan dua muka dari sekeping uang logam atau dua muka selembar uang kertas, dimana keduanya harus ada; tanpa sisi yang lain maka uang itu akan dikatakan uang palsu dan tidak diakui nilai tukarnya. Demikian pula dengan kesalehan yang hanya menampilkan salah satu kesalehan saja, maka akan dinilai sebagai suatu kesalehan yang palsu, hanya sekedar pura-pura saja, yang merupakan perbuatan munafik.

Kesalehan di dalam ibadah gereja adalah perilaku yang mencerminkan kesungguhan hatinya dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia rajin mengikuti ibadah; ia rajin berdoa; ia rajin membaca firman Tuhan (baca: Injil atau Alkitab); ia rajin berpuasa; dan ia juga rajin membantu pendeta di dalam pelaksanaan ibadah. Contoh orang yang menunjukan kesalehannya di dalam ibadah adalah Simeon dan Hana (Luk. 2:25-39).

Luk.2:25-39. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.

Sedangkan kesalehan di dalam hatinya adalah kesucian diri yang hanya diketahui dirinya sendiri dan oleh Tuhan yang menilai hati manusia (Luk.16:15). Seorang yang mempunyai kesalehan dalam hatinya senantiasa akan berkata-kata sesuai dengan kata hatinya; ia akan mengatakan segala sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya, tidak berbohong, atau menyembunyikan maksud-maksud terselubung dalam perkataannya untuk memperdaya orang lain atau untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri (Mat.12:34-37). Oleh karena itu ia dikatakan sebagai seorang yang benar dan saleh, seperti halnya dengan Simeon, Hana, Nuh, Asa, Zakaria, Elizabet, dan Yusuf .

Luk.16:15. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Mat.12:34-37. Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."

Kej.7:1. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Nuh: "Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini.

Taw.14:2-6. Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata TUHAN, Allahnya. Ia menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, memecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala. Ia memerintahkan orang Yehuda supaya mereka mencari TUHAN, Allah nenek moyang mereka, dan mematuhi hukum dan perintah. Ia menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan pedupaan-pedupaan dari segala kota di Yehuda. Dan kerajaanpun aman di bawah pemerintahannya. Karena negeri itu aman dan tidak ada yang memeranginya di tahun-tahun itu, ia dapat membangun kota-kota benteng di Yehuda; TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya.

Luk.1:5-6. Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat.

Luk.23:50-53. Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.


Kasih akan saudara-saudara (brotherly kindness) adalah kesalehan yang timbul dari dalam hati yang diberlakukan di dalam hubungannya dengan orang-orang yang dekat dengannya dan orang-orang yang kenal dengannya, misalnya keluarga, saudara, orang tua, istri, anak, karyawan, kolega, teman, dan saudara seiman.

Kasih akan saudara-saudara (filea) adalah tiga kali jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus Kristus kepadanya (Yoh.21:15-19). Tetapi pada saat rasul Petrus menulis nasihatnya kepada jemaat, ia sudah berusia lanjut dan sudah mengalami pertumbuhan iman hingga mencapai dewasa; sehingga ketika ia teringat pertanyaan Yesus Kristus kepadanya waktu itu (setelah 20-30 tahun lamanya), ia ingin semua jemaat juga bisa mengalami pertumbuhan iman seperti dirinya. Dari pengalaman imannya sendiri itulah rasul Petrus dapat mengambil pelajaran bagaimana seharusnya seorang Kristen harus bertumbuh imannya. Jadi adalah benar bahwa seorang Kristen akan memperoleh pengenalan yang lebih kaya akan Tuhan dan firman Tuhan bilamana ia mau melakukan firman yang telah diperolehnya; tetapi sebaliknya bila tidak melakukannya semua yang ada padanya (pembukaan firman yang diperolehnya) akan diambilNya kembali (Mat.13:10-17). Seorang Kristen yang mendapat pembukaan firman Tuhan dan melakukannya, oleh Yesus Kristus disebut sebagai orang yang bijaksana (Mat.7:24-27).

Yoh.21:15-19. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (agape) Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (filia) Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi (filia) Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (filia) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Mat.13:10-17. Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Mat.7:24-27. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Kasih akan semua orang (brotherly kindness charity) adalah keadaan dimana orang beriman dengan penuh kesalehan dapat bermurah hati kepada semua orang, tanpa membeda-bedakan (berdasarkan agamanya, rasnya, negaranya dan lain-lain). Pada posisi ini pertumbuhan imannya sudah mencapai sempurna, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Ia mengasihi sesamanya seperti mengasihi dirinya sendiri (Mat.22:34-39).

Mat.22:34-39. Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah (agape) sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Kasih akan semua orang (agape) adalah kasih yang dituntut Yesus Kristus kepada Petrus (Yoh.21:15-19). Dia menuntut demikian kepada Petrus, karena memang demikianlah yang harus dipenuhi oleh seorang murid Yesus Kristus, seperti yang telah diungkapkannya didalam pengajaranNya, bahwa seorang yang menjadi muridNya haruslah mau meninggalkan semua miliknya dan mengikut Tuhan Yesus Kristus.

Mat.16:24-28. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."

Mat.19:16-22. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Luk.14:25-35. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

Kasih akan semua orang (agape) adalah kasih yang paling sempurna, dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah mencapai pertumbuhan iman yang sempurna atau iman yang mendekati sempurna. Karena untuk dapat melakukannya seseorang harus bisa melepaskan semua ikatan yang bersifat duniawi, mau hidup menderita bagi Tuhan, dan rela hidup hanya mengandalkan iman kepada Tuhan. Tidak kuatir akan makan dan minum; tidak juga berpikir tentang pakaian atau tempat tinggal; karena ia dengan iman telah menyerahkan hidupnya bagi Tuhan, dan ia percaya bahwa Tuhan yang akan memeliharanya dan akan memenuhi semua yang dibutuhkannya itu. Semua hal yang dituntut Tuhan Yesus itu hanya dapat dipenuhi oleh seorang yang mau menyerahkan hidupnya seutuhnya bagi Tuhan.*

Mat.6:25-34. "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."

*Baca topik berjudul : Peta Perjalanan Iman Kristiani; Pemuridan .

 

 

 

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46

widdiy's picture

@sandiputra, apa bedanya??

Sandiputra said : Pertumbuhan iman orang Kristen mengalami tiga tahap yang di tandai dengan Baptis Air, Baptis Roh Kudus dan Baptis Api.

My question : Apa bedanya Baptis Roh Kudus dan Baptis Api???

sandiputra's picture

@widddiy: sdh saya tulis...

Jawaban pertanyaan kamu ada dalam tulisan saya yang lain, lihat: "Karunia Bahasa roh - Baptis Roh Kudus - Baptis Api"...dan "Peta Perjalanan Iman Kristiani" yang akan saya UL...GBU

__________________

Hal Kerajaan Allah seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Mat.13:45-46