Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pohon Kelapa
Bagi sebagian orang, pohon kelapa mungkin tidak begitu berarti. Kecuali buahnya yang sudah tua, yang dapat digunakan sebagai bahan pelengkap masakan atau buahnya yang masih muda, yang dapat diminum airnya yang manis dan daging yang lezat.
Namun tidak demikian dengan sebuah daerah yang terletak di hulu sungai kelay, daerah Berau, di sebuah kampung yang dikeliligi gunung-gunung tinggi, daerah asalku.
Pohon yang satu ini, sangat berguna pada acara-acara khusus yang diadakan di kampung. Baik ketika ada acara penguburan orang meninggal, acara menikah, acara pesta panen atau acara menugal padi.
Pohon kelapa berwarna coklat dengan daunnya mengurai ini, menyembunyikan menu istimewa pada ujung batangnya.
Tekstur yang lembut, rasa yang agak manis, aroma khas dan warnanya putih bersih, membuat menu ini sangat pantas dijadikan sebagai sajian menu istimewa, yang hanya dapat dinikmati pada acara tertentu, melebihi daging ayam kampung, yang juga hanya dinikmati pada saat tertentu, tetapi dapat dihidangkan untuk berbagai jenis acara, di kampungku.
***
Ketika bunyi tawek (gong besar) berkumandang di seluruh penjuru kampung, orang-orang di kampung sudah mengerti, bila dari sumber suara tawek dipukul sedang ada kedukaan.
Dan sebelum berkunjung ke rumah duka, biasanya akan terdengar bisik-bisik tetangga untuk bertanya, siapa yang sedang sakit dari suara arah tawek terdengar, atau siapa yang sedang sekarat.
Setelah berita nama orang yang meninggal mulai tersebar, barulah satu-persatu penduduk kampung berangkat ke rumah duka.
Demikianlah tawek, dijadikan sebagai sarana untuk memanggil orang-orang berkumpul atau sebagai sarana informasi bila ada orang meninggal atau bila ada orang hilang. Tawek tidak dapat dibunyikan sembarangan, karena hanya digunakan untuk menyampaikan dua informasi tersebut.
Bila bunyi tawek berbunyi beraturan sebanyak 3 kali pukulan, maka itu berarti informasi orang meninggal, sedang bila berbunyi tak beraturan dan terus menerus, itu berarti ada orang hilang.
***
Setelah orang-orang berkumpul, beberapa waktu kemudian, maka akan terdengar, bunyi mesin gergaji kayu, menebang sebuah batang pohon kelapa, untuk diambil umbutnya. Umbut inilah yang digunakan sebagai menu utama, untuk santapan bagi orang-orang yang melayat atau membantu proses penguburan.
Pada setiap acara penguburan biasanya 2 atau 3 pohon kelapa yang ditebang, atau tergantung siapa yang meninggal, bila seorang tua-tua di kampung, maka bisa lebih banyak pohon yang ditebang, untuk menjamu tamu-tamu dari kampung sebelah yang juga turut hadir.
Untuk acara seperti ini, biasanya tua-tua kampung tersebut memang sudah menyiapkan pohon kelapa jauh-jauh hari, sebelum ia meninggal. Ia akan menanam beberapa pohon kelapa untuk persediaan acara penguburannya, atau bila pohon kelapa yang ia tanam masih belum cukup tua untuk diambil umbutnya, keluarga akan meminjam pohon kelapa milik tetangga untuk kemudian digantikan bila ada keluarga yang meninggal.
***
Cara memasaknya pun cukup mudah dan sedikit unik. Bila tidak mengetahui cara ini, dipastikan umbut kelapa akan sangat lama melunak.
Umbut kelapa yang sudah siap di dalam panci besar, direbus dengan air tanpa pemberian garam hingga umbut kelapa melunak. Setelah melunak barulah menambahkan bahan-bahan pelengkap seperti garam, daging babi atau ayam, bila perlu beras secukupnya bila ingin membuatnya menjadi bubur. Bumbu yang diperlukan hanya beberapa ruas jahe dan beberapa batang serai. Selanjutnya tinggal menunggu daging campuran matang, maka menu umbut kelapa siap dihidangkan untuk orang-orang banyak.
Pemberian garam sebelum umbut kelapa melunak, membuat proses pelunakan sangat lama.
Demikian pula untuk acara pernikahan, pesta panen dan menugal, menu ini akan kembali disajikan dengan cara memasak yang sama.
***
Bila berbicara soal pohon kelapa, aku selalu ingat beberapa waktu lalu, ketika emosiku terpancing oleh seorang nenek cerewet, tetanggaku.
Waktu itu, aku sedang berlibur di kampung, ketika menemani mama sibuk-sibuk di dapur. Sambil mengobrol kami mengerjakan beberapa pekerjaan dapur, sampai akhirnya kami sampai pada obrolan tentang pohon kelapa, peninggalan almarhum nenekku.
Mama bertanya kepadaku, apakah aku mengetahui berapa jumlah batang pohon kelapa yang pernah ditanam oleh almarhum nenekku di belakang rumah.
Tentu saja aku mengiyakan pertanyaan itu, tanpa mengerti maksud pertanyaan mama.
Waktu itu, setelah selesai menanam beberapa biji kelapa bertunas dan memagarinya dengan kayu-kayu panjang, yang ditajak di tanah, nenek memintaku menyaksikan apa saja yang baru selesai ia kerjakan. Ia menunjukkan setiap buah kelapa bertunas itu kepadaku, supaya kelak aku mengetahuinya, untuk menjadi saksi kepemilikan pohon karena nenek yang menanamnya.
Jelas sekali, waktu itu ada 4 pohon kelapa berjejer ditanam di belakang rumah. Dan jumlah itulah yang aku katakan kepada mama.
Mama langsung ngotot, “bukannya 2 pohon?” tanya mama.
“4 pohon ma, dan pohon itu ditanam berjejer di belakang rumah kita” jawabku pula ngotot, “memang kenapa?” aku balik bertanya.
“Berarti nenek sebelah itu, hanya mengaku-aku saja” kata mama.
“memangnya dia ngaku apa?” tanyaku penasaran.
“ya, dia ngaku, kalau dari 2 pohon kelapa yang berjejer di belakang itu, dia yang menanamnya” mama menjawab pertanyaanku.
Langsung saja emosiku naik, “enak saja” kataku, “orang aku yang menyaksikan waktu nenek selesai menanamnya” kataku lagi.
Aku tidak terima dengan pengakuan itu, karena aku pikir pohon kelapa itu adalah peninggalan almarhum nenekku.
“Nanti, aku yang bilang sama nenek itu, biar dia tahu, kalau waktu itu aku yang menjadi saksinya” kataku lagi dengan nada emosi.
Mama diam saja mendengarkan aku bergumam seperti itu. Entah apa maksudnya, karena setelah itu tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Aku pun tak lagi ingin berbicara lagi, kami sibuk dengan pikiran dan pekerjaan masing-masing.
***
Tidak hanya sekali ini, nenek itu membuatku geram. Beberapa kali, pernah aku mendapati ia membuang daun-daun pohon dan bungkus makanan ke halaman rumahku. Padahal aku baru saja selesai membersihkan halaman rumah.
Aku hanya diam karena sudah biasa dengan kejadian itu, aku tak ingin menyahutnya, karena bila menyahutnya maka seperti biasa, ia akan mati-matian membela diri dengan berbagai alasan di kepalanya, yang tak lagi berambut hitam itu.
Ia sepertinya sangat senang melihatku membersihkan halaman rumah dua kali. Nampak dari senyumnya yang merekah, dari balik jendela rumahnya, ketika melihatku membersihkan sampah yang tadi ia buang ke halamanku.
Tapi kali ini, aku tidak mau kalah. Aku tak akan membiarkannya merebut pohon kelapa peninggalan almarhum nenekku.
“Tunggu kau di rumahmu” aku bicara dalam hati dengan emosi, membayangkan aku mendatangi rumahnya, dan membuatnya kali ini tak dapat berkutik.
***
* Umbut : batang muda yang berada dalam batang, dekat pucuk pohon.
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
- ely's blog
- Login to post comments
- 6810 reads
@3m1
Ely...jangan mau diambil orang....nanti saya mau mampir...buat nyicip kelapanya...dijaga ya ? he...he...he
GBU
GBU
mengingatkan bie pada
hehe, cerita si pohon kelapa mengingatkan bie pada pohon durian yang juga hasil warisan. tapi bie tidak tahu berapa jumlah pohon yang sudah ditanam, dan berapa bagian masing - masing yang diterima oleh anak - anak si penanam itu.
kakek nobie gemar bercocok tanam, dari pohon karet, sawit hingga durian. dari sekian banyak pohon yang ada kenapa pohon durian yang dijadikan sengketa. kenapa ndak sawit saja ?
ayah nobie adalah anak paling kecil, tradisi keluarga maka harta warisan mutlak jatuh ke tangan ayah nobie. namun smua itu teori belaka. karena kenyataanya pohon durian pun dijadikan bahan sengketa alias perebutan hak milik oleh handai taulan yang lainnya.
berhubung keluarga bie tidak tau jalan cerita penanaman pohon - pohon itu, maka keluarga bie merelakan pohon - pohon itu dikuasai oleh mereka. cuman kalo bie lagi singgah ke sana maka bie akan dengan setia menunggu hingga durian - durian itu jatuh atau bie memasang telinga yang tajam agar setiap ada suara durian jatuh bie bisa ambil. hehe... ini ndak termasuk mencuri kan ?
kan mereka menguasai pohonnya, tidak dengan buahnya ^^
maaf.. bie kurang pintar
@om Hiskia, @Bie,
@om Hiskia,
hehehe....
@Bie,
Kalo nunggu duren jatuh ati2 ya...
Pake helm biar gak kena buahnya yang jatuh, hehehe...
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1
Biarin sajalah, mbak, namanya juga orangtua. Kami sekarang sedang ngontrak, karena rumah kami sedang diperbaiki atapnya. Nah, di depan kontrakan kami, tinggallah seorang kakek yang paling senior di kawasan itu. Kebetulan di halaman rumah kami ada pohon sirsak yang besar, dan si kakek itu mengklaim dialah yang menanamnya, jadi kami yang ngontrak pun kalau mau ambil buahnya jadi serba salah juga, mirip dengan nenek dalam kisah anda di atas, ha..ha..
Shalom!
(...shema'an qoli, adonai...)
Kontrak Pohon Sirsak
Kalo ngontak rumah, biasanya semua yang ada di halaman (sekeliling halaman rumah), ikutan juga terkontrak.
Nah kalo pohon sirsaknya masih masuk halaman rumah, berarti anda masih berhak atas buah sirsak itu, (seperti itu yang saya ketahui...),
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1.. bolehkah kopdar dg suguhan umbut?
Dear elly..
kalau joli main ke kempung Elly.. bisa nggak minta di suguh umbut..? kepingin banget ngerasaiinya.. kayak-nya ngidam nich Ell... emang belum pernah makan umbut apalgi yang dibumbui jahe.. kayaknya enak..
Kalau kenthos.. isi dari biji tunas kelapa sih pernah makan dan uenak pula..
Elly boleh nggak joli minta di masakin 2 buah umbut kelapa bila ke sana.. ? kalau boleh mau ajak ACC juga ah..
@Joli, boleh...
Halo cik Joli,
Boleh cik,
Asal datang pada waktu yang tepat, hehehehe.....
(Umbut rasanya agak manis-manis dan empuk, mungkin seperti kentang kalo direbus),
Ya... ACC dibawa aja, bisa jadi bodyguard untuk cik selama di sana (kalo takut maksudnya, hehehehe....)
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@3m1.. terima kasih banyak..
Thanks berat Elly.. terima kasih buanyak..
Bila kita belum sempat kopdar di sana.. dan nenek keburu "pulang" meninggalkan kampung halaman.. maukah Elly memberikan umbut bagian Joli and ACC kepada nenek untuk bekal oleh-oleh ke dunia sana?
nenek yang mana?
Cik Joli, nenek yang mana??
Si nenek cerewet atau neneknya ely??
Klo nenek ely sudah berpulang,
Klo nenek cerewet, ely masih usahakan... hehehe
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...