Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Penanganan Autisme
Sehubungan dengan anak-anak yang berada dalam kondisi autis, banyak orang yang menanyakan bagaimana menangani anak-anak ini. Untuk menjawabnya, saya mengajukan 3 langkah yang bisa dilakukan.
Yang pertama, adalah perbaikan nutrisi. Dengan perbaikan nutrisi, saya bukan hanya berbicara tentang diet GFCF, sekalipun itu adalah salah satu yang bisa dilakukan. Sebelumnya, pada umumnya orang salah mengartikan kata diet. Kalau mendengar kata diet, maka pikiran kita biasanya langsung tertuju pada cara untuk menguruskan badan. Diet adalah larangan makan. Bukan itu sebenarnya. Diet justru adalah apa yang harus kita makan. Contoh, diet GFCF artinya makanan anak-anak ini harus yang gluten free dan casein free. Jadi kalau kita melakukan diet rendah lemak, maka makanan kita adalah makanan yang mengandung sedikit lemak.
Di dalam perbaikan nutrisi, selain mengubah makanan dan cara makan, yang perlu diperhatikan adalah kesehatan pencernaan itu sendiri. Hampir bisa dipastikan bahwa anak yang autis memiliki pencernaan yang kurang baik. Artinya, makanan yang mereka makan tidak bisa dicerna dengan baik. Selain itu, para penghuni di dalam pencernaan mereka juga tidak seimbang. Banyak di antara mereka yang mengalami apa yang disebut sebagai "gut dysbiosis", dimana bakteri pathogen (bakteri merugikan) di dalam pencernaan lebih banyak daripada probiotik (bakteri menguntungkan). Untuk informasinya, di dalam pencernaan kita ini terdapat lebih dari 500.000 jenis mikrobiotik.
Mari kita mengambil contoh gluten dan casein. Mengapa anak autis dilarang makan gandum? Karena gandum akan dicerna menjadi gluteomorphin. Kalau diserap sebagai gluteomorphin dan masuk ke otak, maka substansi ini akan bersikap seperti morphin. Kalau di dalam pencernaan mereka terdapat lebih banyak probiotik, maka probiotik ini akan mengurai gluteomorphin tersebut menjadi asam amino yang menjadi nutrisi bagi tubuh. Sedangkan kalau bakteri pathogennya yang lebih banyak, maka hasil olahan bakteri ini akan menjadi gas beracun yang mau tidak mau diserap juga oleh tubuh. Oleh karena itu, sering sekali anak-anak yang autis juga mengalami masalah lain, seperti alergi, eczema (eksim), dll.
Hal yang sama terjadi dengan casein yang merupakan produk dairy dan turunannya. Hanya saja casein dicerna menjadi casomorphin.
Maaf betul, ini saya harus pergi, nanti saya sambung lagi ya.
Autis bukan penyakit, bukan cacat mental, bukan gila, bukan label. Stop using the word autism for jokes. Emphaty, my friend, emphaty.
- 741's blog
- Login to post comments
- 4878 reads
Penanganan Autisme
Maaf, saya tadi harus segera pergi, mau antar mertua. Jadi, yah, begitulah . . . apa yang bisa lebih urgent dari itu?
Bicara tentang mahluk-mahluk kecil di dalam pencernaan kita, sesungguhnya kita tidak akan bisa hidup tanpa mereka. Justru dari merekalah kita mendapatkan nutrisi yang baik. Dengan catatan, yang sedang "berkuasa" adalah probiotik.
Probiotik ini memiliki peran yang sangat vital bagi pencernaan kita. Apa yang kita makan, akan diurai oleh mereka dan menjadi nutrisi bagi tubuh kita (seperti dalam kasus gluten dan casein). Hasil dari pencernaan probiotik di dalam pencernaan kita akan menyuplai kebutuhan kita akan vitamin dan nutrisi lain. Apa yang tidak bisa diurai oleh probiotik tersebut, akan dipegang erat2 oleh mereka. Kotoran kita (you know, yang kita tabung setiap pagi di WC), lebih dari 90%-nya terdiri atas bakteri. Sewaktu probiotik tersebut ikut terbuang, racun dan logam berat yang mereka "pegang erat2" tersebut keluar bersama dengan mereka.
Saya yakin Anda sedikit banyak mengetahui bahwa salah satu terdakwa dalam kasus autisme adalah merkuri (nanti saya akan tulis lebih lanjut tentang logam berat ini bersama dengan temannya, timbal). Sehubungan dengan probiotik, berikut adalah tulisan yang saya kutip dari Dr. Natasha Campbell-McBride:
One recent study I’ve seen looked at two groups of animals, one treated with antibiotics, another served as a control. They were given organic mercury in their food and water, huge amounts of mercury. In animals not treated by antibiotics, who had healthy, robust gut flora, only one percent of that mercury managed to get into the body from the digestive tract. In animals treated by antibiotics which wiped out the beneficial flora in these animals, about 95 percent of the mercury got into their bodies and their blood stream and bones and muscles and everywhere else.
Jadi ada 2 kelompok hewan percobaan. Kelompok yang pertama diberi antibiotik, dan kelompok kedua tidak. Dengan demikian, probiotik pada kelompok pertama musnah karena antibiotik, sedangkan kelompok kedua memiliki pencernaan yang berisi probiotik yang sehat dan gemuk (maaf, ini terjemahan saya sendiri). Kemudian kedua kelompok hewan ini diberi merkuri organik dalam jumlah besar. Pada kelompok hewan yang pertama, yaitu yang diberi antibiotik, sebanyak 95% dari merkuri itu diserap oleh tubuh. Bandingkan dengan kelompok kedua, dimana merkuri yang diserap tubuh hanya 1%.
Ini terjadi, karena probiotik tersebut menempel pada merkuri sehingga merkuri tersebut menjadi tidak bisa diserap oleh tubuh dan dibuang.
Ini sedikit yang bisa saya sampaikan tentang probiotik. Saya akan melanjutkan dalam thread yang lain tentang bakteri pathogen dan antibiotik. Moga2 bermanfaat. Comments?
Autis bukan penyakit, bukan cacat mental, bukan gila, bukan label. Stop using the word autism for jokes. Emphaty, my friend, emphaty.