Pentingkah perlengkapan senjata rohani? Apa perbedaan antara kita menggunakannya dan tidak? Apakah itu cukup kuat menolong kita berjuang melawan dosa? Apakah harus menggunakan semuanya? Apa tidak cukup kalau kita menggunakan sebagian dan tidak menggunakan yang lain? Apa untungnya kita menggunakan perlengkapan ini?

Sialaaaaaan.... bangsaaaaaaat.....

Si Budi (nama samaran) berang sambil melemparkan baju2 yg menumpuk banyak yg telah rapi dilipat oleh bibi si pembantu.

Kutipan dari blog si babi pink:
x: tak nyangka
x: pink pig lo ada filosofi
x: duh, gw harus cari filosofi dog gw juga ah

Deta: gw juga punya filosofi lho (Nimbrung karena SKSD = sok kenal sok dekat)

Listrik seharusnya hidup jam lima sore, tetapi seperempat jam setelah itu baru menyala. Listrik juga seharusnya mati jam enam pagi, tetapi seperempat jam sebelumnya sudah mati. Lalu bila sudah hidup tiga hari berturut-turut, ada pemadaman satu malam. Tidak ada batas waktu kapan pemadaman bergilir ini selesai. Aku merasa, sebulan lagi di sini, dengan keadaan tetap seperti ini, aku pasti berkarat.

Kamar ayah sudah kosong dan bersih. Waktu kami pergi, ada yang membakar semua barang yang berhubungan dengan kematiannya: kasur, meja jenazah, sisa-sisa bahan bunga rampai. Tidak ada barang lain di kamar selain sebuah meja kecil dan lima bungkus pengharum ruangan untuk menutupi bau formalin.

Terang adalah kondisi dimana manusia bisa melihat, sedangkan gelap adalah kondisi manusia tidak bisa melihat. Bagi orang buta tidak ada yang namanya terang. Bagi Allah tidak ada yang gelap, karena Dia hakekatnya adalah Terang itu sendiri. Di alam semesta Allah menciptakan gelap dengan memisahkan terang dari gelap, yaitu dengan membuat manusia buta terhadap Terang Allah. Supaya alam semesta tidak gelap (dalam arti sebenarnya), Allah menciptakan benda-benda penerang yaitu matahari dan bintang. Blog ini adalah ringkasan diskusi saya dengan saudara Docil dalam blog pertama saya, baca SINI.

Kover buku bisa dilihat di sini.

Judul Buku: Pacaran Asyik dan Cerdas
Penulis: Arie Saptaji
Penerbit: Gloria Graffa
Tebal: 142 halaman
Cetakan pertama, Maret 2009

Bentuk janin itu tampak di layar monitor. Jelas sekali. Gambar itu bergerak dari kaki sampai ke kepala yang menghadap mulut rahim. Terasa jantung saya berdegup makin cepat karena tegang. Di bagian kepala pena pendeteksi berputar agak lama. Dan, ya Tuhan . . . .

Sebuah kumpulan….seluas samudra dan jagat raya.

KEPENUHAN ROH KUDUS

Sidik Nugroho*)

Judul Buku: Mendongkel Yesus dari Takhta-Nya
Penulis: Darrell L. Bock dan Daniel B. Wallace
Penerjemah: Helda Siahaan
Penerbit: Gramedia
Tebal: 285 halaman
Cetakan pertama, 2009

Saat terbangun, aku kembali sibuk dengan pikiran sendiri, tentang penguburan ayah nanti. Apakah ibu, kakak dan adik-adikku akan menangis. Aku sering melihat, kalau ada kematian, paling tidak tiga kali kerabat menangis. Saat melihat jenazah untuk pertama kali, saat penutupan peti mati, dan saat penimbunannya.

Di dalam kitab Kejadian ada dua kisah penciptaan. Yang pertama adalah kisah Penciptaan LANGIT dan BUMI oleh Allah sedangkan yang kedua adalah kisah penciptaan BUMI dan LANGIT oleh TUHAN Allah. Dari generasi ke generasi para Teolog berusaha untuk memahami kebenarannya, namun karena belum waktunya maka tak seorang pun yang memahaminya dengan benar.  Kita patut bersyukur kepada TUHAN Allah karena dalam generasi ini Dia berkenan membukakannya. Inilah kisahnya.

Beberapa hari setelah gempa bumi mengguncang Jawa Tengah [27 Mei 2006] beredar SMS di kalangan orang Kristen. Kira-kira bunyinya begini: “Benteng Yeriko telah runtuh. Ini saatnya kita mengabarkan keselamatan di lokasi bencana.” SMS ini bukan rumor, karena setelah itu saya menyaksikan aksi-aksi sekelompok orang Kristen yang menyebalkan dan justru mengganggu pekerjaan kemanusiaan. Bagaimana tidak, mereka diam-diam menyelipkan lembar-lembar traktat pada paket-paket bantuan yang akan disalurkan kepada korban gempa bumi. Kami sempat menemukan lembaran-lembaran seperti ini di lokasi bencana. Tindakan seperti ini ternyata melanggar prinsip “nonproletisi.”

Saya yakin banyak orang yang belum memahami kata “nonproletisi”. 

Bagiku kata “Gereja Anglikan” sebenarnya terasa masih asing, walaupun sudah pernah mendengarnya sewaktu di Indonesia, bahkan rasanya seperti sebuah sekte kuno Kristen tertentu. Tetapi pengalaman beribadah di gereja RCCG seminggu sebelumnya, membuatku tertarik untuk mencoba beribadah di gereja Anglikan ini. Alasan lain, karen

Hidup adalah pergumulan

Hidup  dapat menjadi berkat

Hidup adalah untuk memberi dan mendengarkan orang lain

Hidup untuk membuat orang lain tidak terluka

Hidup untuk mewarnai sekitar dengan kasih

Hidup jangan terlalu mementingkan diri sendiri dengar jeritan orang lain

Hidup saling mengasihi

Hidup jangan menjadi batu sandungan

Dua minggu yg lalu saat saya melayani di penjara, saya mengatakan "biasanya kalo kita sedang diuji datangnya masalah tidak satu persatu tapi langsung semua...............

Dalam hampa IA kasihi aku

Dalam hening IA kenali aku

Dalam harap IA kuatkan aku