Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

TRAGEDI PENGANTIN BARU

Tante Paku's picture

 

     EDAN ! Sedemikian sayangnyakah papah mamah hingga tak ada kesempatan bagiku untuk menentukan sendiri calon istriku. Lewat telepon aku disuruhnya segera balik ke Solo untuk melangsungkan pernikahan. Segala alasan tak diterimanya, segala kepenasaranku akan calon istriku itu tak dijawabnya, to the point bicaranya dan aku tak kuasa untuk membantahnya, aku teramat sayang untuk menyakiti mereka.

     Dalam pesawat berbagai bayangan cewek silih berganti menyelinap di benakku. Jangan-jangan pilihan papah mamah seperti si Maryam yang gendut kayak buntelan kentut itu? Atau seperti Isabella yang dijuluki  KUTILANG DARA (KUrus TInggi LANGsing DAda RAta) itu,? Atau seperti Hiskia yang manis tapi judes atau...atau...ah kayak apa dia itu tampangnya? Yang pasti, beranikah aku menolaknya kalo nanti calon yang dijodohkan denganku itu ternyata tidak seperti yang kuharapkan?

     Aih, ternyata pilihan ortuku HEBRING juga. Namanya MARSYA AMELLIA binti DUILEH. Katanya baru saja lulus SMU dan cantik juga menurut kriteria umum dan khusus. Kontan aku jelas tidak akan menolaknya. Persetan dengan Maria, Elizabeth atau Yulia yang sering kuajak kencan itu. Marsya Amellia benar-benar cerminan putri Solo yang anggun dan penuh pesona.

     Hari pernikahan pun berlangsung di gedung paling megah di kotaku. Puluhan bahkan ribuan tamu undangan memuji kami sebagai pasangan yang serasi. Kami bagai tokoh fantasi yang mereka kenal, seperti Rama dan Sinta, seperti Kamajaya dan Kamaratih, seperti Sampek dan Engtay dan entah seperti apalagi sesuai pemahaman mereka tentang pasangan yang ideal.

     Perasaanku tentu saja berbunga-bunga, meski kami menikah tanpa sebelumnya mengenal secara baik, toh cinta bisa di awali perlahan-lahan, pikirku. Yang pasti, latar belakang pernikahan ini sebagai jalinan persahabatn kedua ortu kami makin erat.

     Ketika pesta usai, ternyata malam pertama kami tidak seperti yang kubayangkan atau dibayangkan oleh mereka tentang malam pertama yang aduhai itu. Suasana berlangsung dingin-dinginan, meski dari balik jendela kulihat sinar rembulan menyorot dengan tajam tanpa sekelebat awan menghalanginya.

     Marsya Amellia nampak acuh tak acuh. Sapaanku seperti tak didengar. Seolah-olah di kamar ini tak ada siapa-siapa selain dirinya sendiri. Ia malahan termenung di tepi jendela, memandang rembulan yang diam tanpa sapa.

     Ah, barangkali seperti inilah tingkah cewek yang belum berpengalaman, hanya menunggu aksi sebelum dia bereaksi. Bolehlah kalau begitu, aku akan melakukan aksi.

     Pelan-pelan kusentuh pundaknya, lembut, walau tanganku sedikit gemetar, maklum deg-degan. Tapi reaksinya sungguh meleset dari apa yang kubayangkan. Lenganku dikipaskan dengan keras. Bahkan Marsya memandangku dengan melotot. Bah, ada apa pula ini? Ataukah caraku itu keliru sehingga mengagetkan?

     Marsya beranjak dan pindah duduk di depan kaca rias. Ah mungkin dia ingin melihat tingkahku lewat cermin saat akan melakukan aksi, atau mungkin biar dia tidak kaget seperti tadi. Bolehlah, aku melakukan aksi lagi, tapi kali ini aku akan mencium pipinya yang ranum kemerahan  itu dulu.

     "Plak !"

     Sebuah tamparan keras malah mendarat di pipiku ketika bibirku berhasil mencium pipi kirinya. Kali ini aku benar-benar tidak mengerti, kuelus pipiku yang kena tampar tadi, sial bener nih.

     "Sebenarnya ada apa dengan kamu Sya?!" tanyaku dengan kesal.

     Eh, dia diam saja. Masih menunduk dan cemberut. Bahkan kulihat ada butiran air mengambang di matanya dan siap menetes luruh.

     "Ka,kalau aku melakukan kesalahan padamu, kumohon kamu memaafkan aku Sya. Aku sungguh tak mengerti sikapmu ini," aku bertanya lagi.

     Dia masih tetap diam. Masih menunduk. Airmatanya sudah mengalir. Kemudian dia berjalan menuju ranjang, berbaring dan mendekap guling erat-erat bahkan berselimut rapat-rapat. Tapi masa bodohlah, aku sudah lelah juga, teganganku yang sudah menaik kini meredup lagi.

     Pelan-pelan kurebahkan tubuhku disampingnya. Tetapi dia memohon dengan terisak agar aku keluar saja dan tidur di kursi tamu.

     "Baiklah, untuk sementara kau tidurlah di kamar ini sendirian aku akan tidur di kursi tamu saja, " jawabku bersikap bijaksana. Aku tak ingin ribut-ribut, karena rumah ini satu halaman dengan rumah orangtuanya, tidak baik kalau dia tiba-tiba pergi dan pindah ke rumah orangtuanya, tentu akan timbul masalah baru, sedang masalah ini saja belum aku mengerti.

     Kuhisap nafas dalam-dalam. Kubayangkan peristiwa barusan itu dan berusaha untuk mencari jawabnya. Yah, apa mungkin dia kikuk memasuki dunia yang tidak ia bayangkan sama sekali? Lulus SMU terus kuliah, tapi ternyata malah dinikahkan. Dinikahkan dengan seseorang yang belum dia kenal sama sekali.

     Ada ungkapan cewe itu sering bertingkah malu-malu kucing, jinak-jinak merpati, tapi Marsya tadi tidak seperti ungkapan itu, melainkan seperti macan yang diganggu kumisnya! Atau.....ah mungkin dia cape setelah seharian melaksanakan resepsi pernikahan itu. Saya juga sebenarnya cape, tapi bukankah cape itu akan semakin lengkap kalo sudah saling kontak?

     Tiba-tiba aku bangkit, kulangkahkan kaki menuju kamar tidur. Kuintip lewat lobang kunci, suasana begitu tenang. Aku ingin tau apa yang dilakukan Marsya sepeninggalku. Siapa tau dia melakukan perbuatan nekat, loncat lewat jendela dan kabur, kan berabe tuh. Bisa-bisa aku dituduh suami yang tidak becus mengurus istri. Untunglah hal itu tidak terjadi, kulihat Marsya tidur dengan airmata yang masih mengalir, ada apa sebenarnya?

     Ternyata kelakuan Marsya itu tidak terjadi malam pertama saja. Hari-hari berikutnya dia masih bersikap begitu-begitu juga. Kecurigaanku semakin bertambah, ini tentu ada yang tak beres. Selain itu aku sudah mulai tersinggung, kesabaranku mulai menipis, aku mulai kesal.

     Bayangin, di depan keluarga-keluarga kami dia bisa bersikap manja di depanku, senyumnya selalu mengambang, bicaranya banyak dan ceria. Dia melakukan peran dengan begitu baiknya, mau tidak mau aku jadi ikutan bersandiwara. Jelas mereka mengira hidup kami bahagia-ria.

     Tapi saat mereka pada pulang, kembali kebisuan melanda kami. Kembali aku bertanya dengan pertanyaan yang sama.

     "Sya, kapan kita bersandiwara seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan kita? Kamu berterus terang sajalah, sebenarnya ada apa dengan kamu? Marsya diam saja, seolah tidak ada yang mengajaknya bicara, terus asyik bermain game lewat HP-nya.

     "Sampai kapan kau akan bertahan dengan kebisuanmu Sya? Kebisuanmu bukan jalan keluar yang baik. Apa dengan aksi membisumu itu segala persoalan akan selesai dengan sendirinya?"

     Marsya tetap membisu, hanya jemarinya lincah bermain-main.

     "Baiklah, mungkin kamu tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Mungkin ada pria lain yang kamu cintai sepenuh hati. Kamu sebetulnya tidak mencintai aku, kamu menikah denganku hanya karena menuruti kehendak orangtuamu saja, benarkan?"

     Marsya mengangguk pelan. Sudah berhenti bermain game. Isaknya mulai terdengar. Entah apa yang kurasakan dalam dada ini. Hati serasa diiris-iris, pelan dan menyakitkan. Ternyata Marsya mencintai pria lain. Siapa pria beruntung itu, sungguh tolol aku ini tidak bisa memberikan cinta yang kuat kepada gadis cantik yang membuai rasaku, aku salut dengan lelaki yang begitu hebat menanamkan perasaan cinta di hati Marsya ini.

     "Baiklah, besok pagi aku akan berkemas untuk balik ke Jakarta menyelesaikan kuliahku yang tinggal skripsi itu. Kita mainkan sandiwara ini seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Bila saatnya tiba, kita umumkan perceraian kita dengan sebaik-baiknya. "

     San tanpa banyak kata-kata, kukemasi barang-barang yang kuperlukan. Dan aku tak perduli dengan Marsya yang nampak memandangku tanpa kedip. Aku sudah mulai muak melihatnya. Buat apa punya istri cantik kalau tidak membuatku bahagia? Bukankah istri yang baik adalah anugerah? Tapi istriku ini malah membuat ANUKU gerah, bah !!

     "Mas......" tiba-tiba kudengar suara pelan dari mulut istriku. Siapa yang dipanggil mas kalau bukan aku. Bukankah di kamar ini yang ada cuma aku dan dia. Ataukah dia sedang menelpon kekasihnya? Aku pura-pura tak mendengarnya, masih sibuk berkemas.

     "Mas Dev," panggilnya lagi. Dev? Itu panggilanku, atau nama pacarnya sama dengan namaku?

     "Mas Dev jadi berangkat ke Jakarta?" Oh, bertanya kepadakukah dia?

    "Kamu bertanya kepadaku? Ah kusangka kamu menelpon pacarmu itu. Ya, bukankah itu yang kau inginkan, makin cepat aku pergi bukankah makin baik, makin bebaslah kau dari siksaan batinmu, kan?"

     Eh, nangis lagi. Dasar cengeng! Cewek tuh apa memang gitu ya? Sedih nangis, senang nangis, bahagia nangis, semua kok dilampiaskan dengan tangis. Misteri airmata wanita yang kadang sulit diurai. Tapi kali ini tangisnya kumaknai sebagai tangis bahagia karena berhasil lepas dari suami yang tidak dicintainya.

    "Maaas....!" katanya keras sambil memelukku dari belakang dengan erat.

     "Ada apa?!" tanyaku gugup.

     "Maukah mas membatalkan pergi ke Jakarta?"

     "Memangnya kenapa?" tanyak semakin heran. Gila, apakah istriku ini mengidap penyakit gila ya? Kok bisa tertawa menangis dengan indahnya di depanku maupun di depan para saudara-saudara kami.

     "Apakah mas Dev benar-benar mencintaiku?"

     Pertanyaan TOLOL, batinku.

     "Kalo aku tidak mencintaimu, tentu aku tidak mau dijodohkan denganmu. Kau kira aku cowok yang gampang dijodohkan begitu saja tanpa menilai calonku itu? Pertama kali aku bertemu kamu, kuberi point 9 untuk kamu bahkan kutambahi ples! Tetapi ternyata penilaianku keliru. Kamu mau menikah denganku tanpa cinta setetespun. Rupanya cintamu sudah kau pahatkan dengan pria lain. Aku mengalah bukannya kalah memperebutkan cintamu. Harga diriku lebih tinggi daripada nilai cintamu.'

     "Semula aku tidak bisa melupakan pacarku itu mas. Keputusan orangtuaku pun datang mendadak. Ketika pacarku kuberitahu agar cepat-cepat melamarku, ternyata tak melakukannya. Aku tetap setia menantinya, aku akan berusaha tetap utuh meski sudah menikah demi dia. Tetapi......tetapi dia bukan lelaki jantan yang nekat membela kekasihnya. Dia seorang pengecut yang membohongi kesetiaanku!"

       "Dan kamu ternyata tidak mencintaiku bukan?"

    "Tidak mas. Pertama kali aku bertemu denganmu, sudah ada getar cinta dihatiku. Tapi kesetiaanku padanya belum bisa pupus, aku berusaha mati-matian menghapusnya tetapi wajahnya selalu terbayang. Tapi kelembutanmu, kesabaranmu, pelan-pelan membuat cintaku bertunas makin hari makin mekar. Tapi aku merasa senang melakukan sandiwara ini, aku sering tersenyum sendiri melihat salah tingkahmu, Aku sering juga mengintipmu ketika kamu tidur di sofa. Kamu benar-benar lelaki yang tepat yang diberikan Tuhan untukku. Kini cintaku hanya untukmu, mas."

     "Apakah ini sandiwara juga?" tanyaku serius. Tapi dia malah tertawa sambil mencubitku, memelukku, menciumku, menciumku, menciumku bertubi-tubi, hingga kami terjatuh di ranjang.

 

                                                                   *****

 

Semoga  Bermanfaat  Walau  Tak  Sependapat

 

    

    

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

KEN's picture

Tante Paku: Cerita Ini Mungkin Mirip Ttg Mantan Saya

Inikah perasaan wanita? Koq bisa yah?

Saya tidak tahu ada berapa laki2 yg seperti saya, karna saya sebagai laki2 tidak bisa melakukan hal itu, seperti yg telah dilakukan oleh si Marsya itu.

Kecuali, dengan keputusan bersama untuk lanjut atau putus karna berbagai alasan yg harus dibicarakan dan segera diambil keputusan dan kejadian yg di luar dugaan yg saya anggap tidak jodoh.

Persetan untuk membahagiakan orang tua dalam "hal" ini.

Tante Paku's picture

Persetan mari nyanyi, Ken.

Hidup memang kadang "persetan" dengan keinginan kita, oleh sebab itu mari kita nyanyi saja Acapella : "Dont wori bi hepi"

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

KEN's picture

Tante Paku: Maaf, Kalau Begitu Saya Berani Katakan

Saya orang suci menurut ukuran sesama manusia, tapi tidak untuk Tuhan.

Pertanyaannya: lalu di mana sikap kebenaran dan keadilannya sebagai orang yang telah dibenarkan di dalam masalah di atas?

Karna orang benar, wajib hidup benar dan konsisten, yg tidak hidup konsisten dan teratur adalah orang2 bagian luar di dalam Kerajaan Allah.

Tante Paku's picture

Ken, maksud anda?

Mereka hanya bisa menerima kebenaran dan keadilan untuk menyelesaikan tanpa menunggu dibenarkan oleh yang tidak mengalaminya.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

KEN's picture

Tante Paku: Kebenaran Yang Menyiksa Diri, Bukan Kebenaran Sejati

Menikah tanpa cinta, mungkinkah?

Bila ada jawabannya "tidak mungkin" ataupun "mungkin", lalu menikah karna apa? (Pertanyaan besar dengan jawaban yang luas!)

 

Meneruskan perjalanan pernikahan dengan sikap sang laki2 yang mungkin bisa dilakukan oleh mantan si Marsya, bukan hanya suaminya Marsya sekarang, kalo mau sombong, saya juga bisa!

Tapi, saya tetap akan menolak Marsya, karna apa? Karna saya tidak tenang menikah dengan terpaksa, ala Siti Nurbaya, dan hanya untuk membahagiakan orang tua kolot.

Ini tidak adil.

 

Kebenaran yang menyiksa diri dan orang lain, bukan kebenaran sejati!

 

 

Tante Paku's picture

Ken, kesalahan mencinta.

Sering kesalahan banyak orang dalam mencintai adalah memulainya dengan pengertian yang baik kemudian meneruskannya dengan pengertian yang salah.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat

KEN's picture

Tante Paku: Benar!

Menikah wajib pake cinta, bila tidak, maka hidup itu kosong melompong bak anjing ompong!

Menikah pake uang hehehe.... kutip kalimat Kidung Agung: Kamu adalah mahkluk hina!

efesus's picture

Tulisan Tante Paku selalu kreatif dan menyenangkan

Salam Tante Paku...

Trus berkarya...Tulisan Tante selalu kreatif...

Gbu

Tante Paku's picture

Efesus, salam kreatif.

Terima kasih atas atensimu. Ada ayat Efesus yang menarik untuk kita renungkan. "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. (Efesus 4:29).

Selamat bergabung di Pasar Klewer Sabda SPace ini, semoga betah dan senang selalu.

__________________

Semoga Bermanfaat Walau Tidak Sependapat