Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Belajar dari Rumput yang Bergoyang

Purnawan Kristanto's picture

12930352852097494773

Pertama kali aku sampai di wilayah yang diterjang awan panas Merapi, atmosfer mendadak berubah seperti menonton televisi era 1970-an. Hanya ada dua warna yang dominan yaitu hitam dan putih dengan berbagai gradasi. Kayu-kayu pohon menghitam karena hangus terbakar. Seluruh permukaan yang ada di atas tanah berwarna abu-abu karena tertutup abu vulkanik.

Akan tetapi seminggu kemudian, setelah hujan turun suasananya mulai berubah. Mulai terlihat warna hijau dari rumput, pisang dan talas yang mulai tertunas setelah dibelai air hujan. Ketiga pohon ini terbukti mampu cepat pulih dibandingkan dengan tumbuhan yang lain. Tumbuhan jenis ini cenderung dipandang sebelah mata. Bahkan kadangkala tidak dipandang sama sekali sehingga tanaman ini sering terinjak dan tergilas oleh makhluk hidup atau benda bergerak yang lebih besar.

Photobucket

Melihat ini kejadian ini tiba-tiba aku teringat kata-kata bijak tentang kekhawatiran. Rumput adalah tanaman yang berumur sangat pendek. Hari ini bertunas, esok berbunga, lusa mati. Begitu singkat hidup rumput. Meski begitu, Tuhan masih sempat mendandani tanaman dengan daun dan bunga yang menakjubkan.

Jika Tuhan memakai perhitungan ekonomis, mestinya tak perlu repot-repot mendesain rumput dengan keindahan. Toh hidupanya sangat singkat, bahkan teramat singkat jika lebih dulu disenggut sapi sebelum sempat berbunga. Akan tetapi Tuhan tetap memberi perhatian khusus kepada rumput. Jika Tuhan sedemikian mempedulikan rumput yang hari ini berbunga mekar dan besok layu, bukankah pasti Ia akan mempedulikan aku sebagai manusia? Bukankah aku ini lebih berharga daripada rumput, talas dan pisang?

Photobucket

Pelajaran kedua, rumput, talas dan pisang lebih cepat bertunas kembali setelah sama-sama tersapu awan panas. Sementara itu pohon yang berkayu keras seperti sengon, mahoni, kelapa dan nangka masih terlihat meranggas. Entah kapan mereka akan bersemi kembali, atau bahkan tidak akan bersemi kembali.

Di sini aku belajar bahwa pihak yang kecil dan lemah seringkali justru lebih cepat mengalami pemulihan daripada pihak yang besar dan kuat. Kebangkitan ekonomi Indonesia setelah terpuruk pada akhir dekade 1990-an justru dipelolpori oleh pengusaha-pengusaha kecil dan menengah ke bawah. Perahu yang kecil lebih lincah melakukan manuver dibandingkan dengan kapal besar.

Meskipun kadang merasa tak berdaya dan tidak menjadi apa-apa di dunia ini, ternyata tidak semua memandangku sebelah mata. Penciptaku selalu memberikan perhatian istimewa. Kalau aku terpuruk, aku tahu bisa cepat pulih karena Dia memberikan kekuatan untuk menopangku.

 

12930345251081890327

__________________

------------

Communicating good news in good ways

joli's picture

sesuai kodrat-nya

Wawan : Pelajaran kedua, rumput, talas dan pisang lebih cepat bertunas kembali setelah sama-sama tersapu awan panas. Sementara itu pohon yang berkayu keras seperti sengon, mahoni, kelapa dan nangka masih terlihat meranggas. Entah kapan mereka akan bersemi kembali, atau bahkan tidak akan bersemi kembali.

Di sini aku belajar bahwa pihak yang kecil dan lemah seringkali justru lebih cepat mengalami pemulihan daripada pihak yang besar dan kuat.

 

Bagus banget Wan..

Yang paling kuheran adalah tanah masih tetep menumbuhkan tanaman. Padahal dia diam aja, hanya menjalankan kodrat-nya. Apakah demikian pula dengan kita ya? hanya dengan diam menjalankan kodrat-nya semua akan berjalan dengan sendiri-nya? bila saatnya tumbuh akan tumbuh, bila saatnya berbuah akan berbuah..

Seandainya tidak ada campur tangan manusia sekali-pun bukankah tanaman akan tumbuh sendiri? binatang yg selamat akan kembali? manusia akan mendekat lagi dengan cara hidup yang menyesuaikan alam.. ?

 

Purnawan Kristanto's picture

Spiritualitas Tanah

Kita seharusnya memang harus lebih memberikan rasa hormat kepada tanah. Bangsa Jawa mempersonifikasikan tanah sebagai Dewi Sri sebagai wujud dari penghormatan dan ketergantungan petani agraris kepada tanah. Beda dengan orang modern. Tanah diperlakukan sebagai aset yang mati, beku dan bisa diperlakukan apa saja. Akibatnya, tanah dikeruk, digerus, digali, diracun, dicemari dengan seenaknya sendiri.

Meski begitu, tanah tetap setia dengan panggilannya. Ketika benih jatuh ke pangkuannya, tanah dengan lapang hati menyediakan makanan dan air supaya benih itu bertumbuh sempurna.

Upaya yang dilakukan oleh romo Kirjito di lereng Merapi patut diteladani. Beliau menggali kembali spiritualitas tentang air dan memaknainya secara teologis. Bagi warga Merapi, air itu hampir setara dengan emas karena sangat langka. Itu sebabnya, gereja Katolik mengembangkan sisi spiritualitas yang mengajak warga lebih menghormati anugerah Allah berupa air. Ini juga dalam rangka konservasi air.

Ada baiknya kalau kita juga mengembangkan spiritualitas yang berkaitan dengan tanah dan elemen-elemen alam yang lain.

__________________

------------

Communicating good news in good ways