Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Where We Are... : 1. 24 June 2010
Welcome to my journal, which aku menghilang for almost two week,
24 Juni. Sore. Airport.
Sesuatu yang baik, biasanya datang tanpa pernah aku bayangkan, um… aku bayangkan. Dia datang, and there! ... And there is no way to turn back.
Ada kesibukkan. Atau, kami, aku yang berusaha menyibukkan diri. Kegelisahan itu ada, tepat di sana. Tepat di tempat yang selalu kuhindari. Dari apa? Entahlah, biasanya orang menyebutnya, takut.
Dan hari itu (yang menjadi hari ini) tetap akan tiba. Bagaimanapun. Ini yang kami harapkan, aku harapkan, sejak setahun yang lalu. Dan entah kenapa, begitu saja, sudah sampai pada hari ini.
Harapan aka Hope. Big word, huh? :)
Tanggung jawab.
Itu menyertai kami.
Ah, ada juga yang teramat indah. Doa. Berdiri, melipat tangan, dan menunduk sedalam-dalamnya. Aku merasakan perasaan berdebar yang sangat hebat, dalam hati, biasa orang menyebutnya, takut. Aku mengakuinya, dan berharap melewatinya.
Takut pada saat pesawat boarding? Atau landing? Sore itu…, tidak aku rasakan, seperti yang sudah kuduga.
Tidak ada pelukkan saat dibandara. Hanya ada air mata. Aku tidak mau menoleh. Tidak sekarang.
Insiden Tiket.
Mari kita kembali ke “kesinisan-minmerry”
Petugas check in, tidak membiarkan aku berangkat dengan satu tiket one way.===> Medan – Kuala Lumpur
Sesuatu yang dengan awalan “pokoknya…” menghentikanku untuk berdebat. Dia bahkan bertanya, apakah diriku hamil!!!
Aku berusaha berpikir dengan keras, (hingga menimbulkan rasa penasaran yang cukup tak terbendung untuk menulis email ke Maskapainya), menanyakan apakah check in itu ada keharusan untuk mendata apakah customernya hamil atau tidak.
Aku ingat, aku memakai coat kuning yang sangat manis, tidak ada kesan perut buncit, as I know for sure.
So…. KASAR! I bet the check in officer, which is SHE, is single.
Insiden sepatu hilang.
Usually, di airport manapun, yang paling merepotkan adalah scanner. Ngantri dan musti ngangkat-ngangkat. Meski masalah ini ga pernah lagi begitu mengangguku sejak tidak lagi single traveler. Cihuii… Back to topic, a guy yang berjalan di depan kami, tanpa sadar begitu saja mengambil satu pack sepatu setelah di scan. Which is our shoes. So, after kita pass the body scanner, dan nyariin sepatunya kog ga ada. (The shoes goes firtst) Then saw that ada satu anak cowo yang menenteng sepatu kita dengan santainya. Ga sadar sama sekali.
Apa boleh buat, langsung labrak-nicely dan minta balek lah sepatunya. Can u imagine his face? Hahaha. Aku sampe bingung, then ask the baggage scanner officer, ‘Pak beneran di dalam dah kosong? Dia menunjuk ke layar dan mengangguk. I hate him. He took away our soda.
Go to Pasar Malam – Seremban, Malaysia.
Pasar Malam - A lot of people. Dengan Cu Wen. Our closest friend. He is studying at Malaysia Theologia School. And his family. Ramai. Sangat ramai. Pertama aku tertarik dengan bak pao-nya, tertarik dengan dim sum-nya. But after I bought it home, I regret. Ga enak. (-.-||)
I felt so much wanted to go home. Want.
Ada sesuatu yang berbeda.
We stayed at Malaysia for couple of days. Beberapa hari di Malaysia, sebelum berangkat ke Singapore.
Tomorrow, we gonna pick up our friend, also join us (for holiday). One of Ixthus’s member.
Everywhere I go all the places that I’ve been Every smile is a new horizon on a land I’ve never seen There are people around the world - different faces different names But there's one true emotion that reminds me we're the same... Let's talk about love
To be cont.
- minmerry's blog
- Login to post comments
- 3726 reads
icon smileynya buat ceritanya
icon smileynya buat ceritanya kek di komik-komik.. lucu! hehehe...
-Faith is trusting God, though you see impossibility-
Copy dan Paste
Hahaha. Kalo cuma baca jornal orang lain, takutnya bisa membosankan. Karena tracknya juga di kota, bukan di gunung atau di track yang keras. So, pake smiley supaya bisa show gimana feeling dan ekspresi Min saat melalui perjalanan ini, dan supaya ga bosan. Haha. Kira kira begitulah maksud Min.
Grace boleh pake, if want to. Tuh ada tab smiley. Click disini za. Then copy, dan paste.
Nice day, Grace
@Min,
Kasihan sekali kok banyak insiden ya? Ha ha ha
Saya punya pengalaman dari Penang ke KL , kami berangkat berempat. Karena penjemput agak gebleg kami terlambat sampai di bandara 15 menit sebelum boarding. Alhasil penumpang boleh pergi tapi bagasi tidak boleh dibawa sama sekali. Terpaksa saya sendiri yang tinggal dengan bagasi yang ada. Beli tiket lagi lumayan mahal 200 an Ringgit, tapi bagasinya overload dan mesti bayar hampir 400 Ringgit.
Saya menunggu di bandara hampir 4 jam, sendirian dengan duit sisa yag buat beli air pun tidak cukup. Tentengan saya pun lumayan berat, 2 koper sekitar 10 kg.
Sesampai di KL badan ini sekan habis diinjak injak gajah dan persendian rasanya mau lepas ha ha ha ha
Menunggu hampir 2 jam, baru terbang lagi ke Jakarta.
Nasib sengsara di negeri orang.
Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?
White Flag. SOS?
Sesampai di KL badan ini sekan habis diinjak injak gajah dan persendian rasanya mau lepas ha ha ha ha
Hahaha. Mengibarkan bendera putih SOS juga kah? Hahaha.
KH, di bandara always muncul cerita cerita. Aneh, mengesalkan, dll. The Terminal, film dari Spielberg yang sekali lagi membuat Min terpesona. Haha. The Terminal, menggambarkan dengan baik sekali.
Min pernah overload di bandara, dengan penerbangan ekonomis. So menurut dia, harus di charge. Which i know.. Ogah banget kalo di charge dengan ongkos chargenya lebih mahal dari seluruh belanjaan Min leh. So, no no banget. So, Min minta balek kopernya, Min buka (yang ngantri silahkan liat) trus pindahin sebagian barang ke tas. Petugasnya kesel? Whateve lah.
Ah, Penerbangan ekonomis memang kadang ga praktis, dan kadang yang bikin susah, petugasnya. Companynya berjuang abis abisan, diujung-ujungnya dirusak. Karena mo yang ekonomis, kadang ya cuek za.
Min ke counter piala dunia dulu ah... ;D
Nice day, KH.
Pregnant...?
Min, are you pregnant..??
noni hope so :)
@Noni
Belonnn....
Later, later. Hehe