Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Ngajar di Sahabat Anak
Sore itu, entah lagi mau atau emang diperlukan, gw ngajar di posnya Sahabat Anak, Pejompongan. Anak siapa ga tau. Mereka mau dateng, ngumpul belajar. Jumlahnya 23 anak, range usia dari 5 sampai 9 tahun.
Anak tetap anak, mereka dalam belajar pun tetap bermain. Intinya mereka selalu bermain. Permainanpun ku persembahkan. Kita bermain dengan konsonan dan vocal. (Anak-anak itu masih belum bisa tulis loh) permainannya begini: Aku perkenalkan mereka kelompok vocal (A, I, U, E, O) ku biarkam mereka menyebut jari jempolnya dengan A, Jari telunjuk dangan I, Jari tengah dengan U, Jari manis dengan E, dan jari kelingking dengan O. Lalu group konsonan kutuliskan di papan tulis. Permainan ini sangat menyenangkan bagi mereka. Mereka sebut benda atau apa saja yang mereka mau sebut, kemudian bersama-sama kita menuliskannya. Semua bahu membahu mencari konsonan atau vocal dalam menulisnya sehingga bisa terbaca seperti benda yang diucapkan.
Ramai sekali anak-anak itu. Mereka mempunyai suara tinggi setenggi suara Mariah Carry!
Kosa kata mereka lebih cenderung pada apa yang dekat dengan mereka. Mobil, Taxi, Rumah, Gitar, Pisau.... sangat sederhana. Yang membuatku aneh, mereka tidak menyebut kata sifat, abstrak. Hanya satu anak yang menyebut tim sepak bola unggulannya. Yah,... mereka adalah anak-anak sederhana.
Aku memikirkan mereka. Mereka tidak akan mampu bersaing melawan dunia.
Tuhan memberi aku waktu yang indah bersama mereka. Itu untukku, dan untuk mereka.... guru gratis yang mengajak bermain mempergunakan huruf..... (Aku berharap bukan hanya sebagai pembunuh waktu ketika bermain.)
Aku mengajar mereka berhitung. Menghitung dengan cerita. Sangat memprihatinkan, mereka tidak mengerti dimana matematikanya, hingga aku menjawantahkannya dalam bentuk pola tambah berderet, baru mereka dapat mengerjakan dengan mudah hitungan tersebut. Dengan hanya memperggunakan angka baru mereka mengerti. Tetapi mengapa mereka butuh waktu lama untuk berfikir matematik dalam bentuk cerita?
Sesungguhnya, berhitung dalam bentuk cerita, menghadirkan imajinasi, kekuatan akal, dan kerja (drive) untuk menyelesaikan masalah. Ini kurang diajarkan dalam pendidikan formal. (sayang sekali)
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
- erick's blog
- 5118 reads
Sahabat Anak
Mau tau jwbnya?
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
tes tes
Pertanyaannya salah
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Adik saya bertanya tentang cowok jujur
Suatu hari adik saya bertanya, bagaimana caranya menilai cocok jujur? Setelah memikirkannya beberapa hari aku baru menjawab pertanyaannya. Saat itu aku bilang, guru sekolah minggu dan guru anak-anak kecil paling gampang dinilai kejujurannya di samping itu juga dinilai karakter dirinya. Lalu adikku bertanya bagaimana menilainya? Lihatlah cara mereka mengajar dan cara mereka berinteraksi dengan anak-anak.
Beberapa saat kemudian adikku kembali padaku dan mengatakan ilmuku gak jalan sama sekali. Dia sudah melihat namun tetap gak bisa melihatnya. Saat itu aku tertawa ngakak dan berkata, "Bertanyalah kepada anak-anak didiknya! Mereka tahu guru yang jujur, guru yang berwibawa, guru yang cari perhatian dll, dll!"
Nah, erick, dari cerita kamu saya menilai kamu guru luar biasa!
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak
Tapi aku bkn guru.....
Bung Hai,
Saya bukan guru. Ga pantes untuk dinilai sebagai guru luar biasa.
Itu tips baru mencari cowok jujur, atau guru jujur sih?
Satu tips yang pernah ku dapat, "Seseorang yang bisa dekat dengan anak-anak, akan mudah berinteraksi dengan mereka yang dewasa".
Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)
Pengajar juga?
"I can do all things through Christ who strengthen me"
Bagaimana?
gimana kalo kita ngehadapi anak yang amat sangattttt bandel....
@#$^&%$$##