Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Allah

Baron Arthur's picture

Di mana Allah ketika saya menikmati? (2)

Dikutip sebagian dari buku Mari Menikmati!

1. Mengejar kenikmatan sementara.
Cara pandang yang pertama ini adalah yang umum dan dimiliki oleh setiap manusia sejak manusia jatuh dalam dosa. Kejatuhan manusia di dalam dosa membuat segala kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan menjadi jauh dari manusia. Manusia mengalami penderitaan, kesulitan, kerja menjadi beban dan kadang-kadang dianggap sebagai kutuk. Hubungan antara pria dan wanita, suami-isteri, orang tua dan anak menjadi rusak.  Begitu juga hubungan antar sesama manusia menjadi rusak dan sulit. Terjadi perbedaan bahasa, ras, suku dan kepentingan. Perang, bencana alam dan berbagai musibah tidak pernah berhenti. Begitu juga sakit-penyakit tidak pernah berhenti di dalam hidup manusia. Keinginan manusia ingin lepas dari semuanya dan mendapatkan hidup bahagia yang bisa dinikmati. Hidup hanya sekali, mengapa harus diisi dengan penderitaan dan kesulitan?

Baron Arthur's picture

Di mana Allah ketika saya menikmati? (1)

Dikutip sebagian dari buku Mari Menikmati!

Meskipun setiap manusia menginginkan kepuasan, kebahagiaan dan kenikmatan, tetapi tidak berarti bahwa setiap manusia memiliki cara pandang yang sama tentang kenikmatan dan bagaimana mendapatkannya.
Cara pandang yang dimiliki oleh manusia dipengaruhi oleh budaya, keluarga, lingkungan, iman dan tentu saja teologinya. Misalnya, dibeberapa daerah di Indonesia ada pendapat yang melihat profesi sebagai dokter atau pegawai negeri adalah profesi yang paling sukses, membahagiakan dan penuh dengan kenikmatan. Itu sebabnya mereka berlomba-lomba menjadikan anaknya dokter atau pegawai negeri. Di tempat yang lain, profesi pengusaha justru lebih penting.

Saya mencoba mengklasifikasikannya ke dalam lima cara pandang yang besar bagaimana manusia melihat kenikmatan. Meskipun sulit untuk mengklasifikasikan setiap orang pada satu cara pandang, karena manusia sering tidak konsisten dan dualistis. Di dalam satu kasus ia mungkin memiliki satu cara pandang, tetapi dalam beberapa kasus yang lain, cara pandangnyapun berbeda. Meskipun demikian saya ingin menunjukkan pembagian secara umum.

Baron Arthur's picture

Allah adalah Pribadi Yang paling Menikmati

Dikutip dari buku Mari Menikmati!

 

Dalam hidup ini manusia biasanya hanya ingin melihat segala hal yang baik terjadi dalam hidupnya. Manusia biasanya menganggap dirinya tidak layak mengalami segala kesulitan, masalah, penyakit, bahaya, bencana alam dan segala hal yang negatif. Manusia menganggap dirinya bisa mendapatkan segala yang baik dalam hidupnya. Manusia jarang memikirkan bagaimana keinginan dan perasaan Allah dalam segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Apakah Allah menikmati di dalam segala hal yang terjadi? Apakah Allah tidak berhak melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginanNya dan kenikmatanNya? Bukankah Ia yang merencanakan, mencipta, memelihara dan menyempurnakan semuanya untuk diriNya sendiri?!

Berbagai pandangan terhadap Allah bisa kita lihat di dalam berbagai macam agama dan kepercayaan. Allah bisa digambarkan dengan berbagai macam karakter yang menonjolkan kepada satu sisi. Kalau bukan Allah yang pengasih dan pemurah, maka Allah adalah Allah yang kejam, pemarah, gampang tersinggung, sering menyatakan murkaNya dan akan tenang kalau manusia memberikan persembahan atau korban. Hampir tidak ada yang menggambarkan Allah sebagai Allah yang menikmati, kecuali di dalam karakter dewa-dewi Yunani yang dianggap bersenang-senang dengan kenikmatan (sementara).

Kalau menyelidiki Alkitab, kita akan menemukan bahwa dalam beberapa bagian menggambarkan bahwa Allah adalah Allah yang menikmati.