Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Tribute: Darlin' Darlene (1)

John Adisubrata's picture

THE DARLENE ZSCHECH STORY

Oleh: John Adisubrata  

A HUMBLE BEGINNING 

“Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; …” (Galatia 1:15-16)

Paskah 2005 yang lalu gereja kami, Garden City Christian Church di kota Brisbane, Australia, merayakan tahun Jubilee. Hari jadi ke-50 itu diperingati tepat pada hari Paskah dengan mengundang Ps Darlene Zschech dari Hillsong Church di Sydney, sebagai seorang tamu pembicara di sana.

Kira-kira tiga bulan sebelumnya, untuk pertama kalinya saya mengetahui, bahwa Darlene, yang menurut akte kelahirannya bernama Darlene Steinhart, ternyata lahir dan dibesarkan di kota Brisbane. Sedari kecil ia sudah menjadi anggota jemaat gereja kami, melayani pada masa remajanya, bahkan lahir baru di sana.

Saya yang pada waktu itu ikut terlibat di bidang paduan suara gereja, mendapat kesempatan bersama tim pemusik yang lain untuk mengikuti seminar singkat pada suatu malam di hari Rabu, di mana Darlene memberikan penyajian kursus musik kilat kepada kami.

Kesan yang saya dapatkan ketika bertemu muka dengan dia secara pribadi, sama sekali tidak mengubah persepsi saya mengenai dirinya. Kesan yang menyejukkan hati kala mendengarkan keindahan suaranya serta syair-syair lagu yang menguatkan iman melalui musik CD, atau melihat dia dan tim Gereja Hillsong memuji dan menyembah Tuhan melalui layar televisi, tidak berubah sama sekali.

Bahkan sejujurnya saja, saya menjadi semakin menghormati hamba Tuhan ini!

Meskipun status dirinya yang amat tinggi di kalangan masyarakat kristiani di seluruh dunia sebagai salah seorang tokoh terpenting di bidang musik Praise and Worship masakini, sikapnya tetap ramah, lemah lembut, penuh perhatian, dan perkataan-perkataannya selalu melukiskan kerendahan hatinya.

Selain itu tampak nyata sekali melalui tingkah lakunya, bahwa ia mengasihi Tuhan Yesus Kristus dengan segenap hati dan hidupnya.

Melihat paras, sikap dan gerak-geriknya sore hari itu, kami bisa merasakan, bahwa Ia tidak hanya menggubah atau mengalunkan syair-syair lagu yang berdasarkan ayat-ayat firman Tuhan saja, tetapi Ia juga melakukannya.

Memperhatikan keseimbangan hidupnya sekarang, sukar sekali untuk mempercayai, bahwa Darlene sebenarnya berasal dari sebuah rumah tangga yang berantakan! Kedua orang tuanya yang menurunkan bakat-bakat artistik luar biasa di bidang musik kepadanya, bercerai pada saat ia masih berusia 13 tahun.

Saya merasa terkesan dan kagum sekali melihat kekokohan pribadinya yang penuh kelembutan seseorang yang memiliki kasih Kristus yang berlimpah-limpah. Saya yakin, hanya iman di dalam Tuhan Yesus saja yang memungkinkan hal seperti itu bisa terjadi di dalam kehidupannya!

Hampir tidak pernah ia menyebut, apalagi memperbincangkan ibunya di depan umum. Di dalam setiap wawancara yang ditayangkan melalui televisi, ia selalu hanya menceriterakan tentang ayahnya saja, serta pengaruh-pengaruh kehidupan rohani yang diwariskan olehnya.

Ayah Darlene, Desmond Steinhart, seorang pengikut Kristus yang sudah lahir baru, memperkenalkan Tuhan kepadanya semenjak ia masih kecil dengan rajin membawanya pergi ke gereja setiap hari Minggu. Ia melewati masa kanak-kanak dan masa remajanya di Sekolah Minggu dan di Youth Group gereja kami.

Selain ia mempunyai bakat-bakat kesenian musik lahiriah, ia juga digembleng selama delapan tahun di bidang seni suara, dan sembilan tahun di bidang tari-tarian oleh pengajar-pengajar yang termahir di Australia pada masa itu. Selain orang tuanya harus membayar biaya ekstra setiap minggu yang cukup mahal, ia juga harus mengorbankan banyak sekali waktu-waktu luangnya, di mana ia sebenarnya bisa melaluinya, bermain dan bersenang-senang bersama anak-anak lain yang sebaya umurnya dengan dia.

Tetapi ... jika ia merenungkan semuanya kembali, ia bersyukur kepada Tuhan, bahwa pengorbanan-pengorbanan yang harus ia berikan selama bertahun-tahun ternyata tidak sia-sia belaka. Tuhan sendiri yang sudah mengatur segala-galanya sebagai persiapan pelaksanaan pelayanan yang sekarang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.

Pada saat ia masih berumur 10 tahun, Darlene sudah mempunyai penghasilan sambilan yang tetap. Ia menyanyi dan menari, bahkan dipercayai untuk mengasuh sebuah acara anak-anak: Happy Go Round di televisi lokal kota Brisbane.

Begitu juga ketika ia mulai menginjak usia remaja, ia mendapat banyak sekali pengalaman-pengalaman yang berguna melalui keterlibatannya dengan beberapa Gospel Bands setempat, di mana ia menjadi penyanyi utama mereka.

Kendatipun ia sudah menjadi seorang Kristen yang rajin mendampingi ayahnya pergi ke gereja selama bertahun-tahun, bahkan ikut melayani di sana, sesuatu hal yang menakjubkan baru terjadi pada dirinya, ketika Darlene berumur 15 tahun. Pada suatu malam Jum’at ketika ia mengikuti acara ibadah kaum muda di Garden City Christian Church, ia bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus secara pribadi.

Ia menggambarkan pengalaman kelahiran-barunya di malam bersejarah itu sebagai: Suatu pertemuan pribadi dengan Penciptanya di mana ia menyadari untuk pertama kalinya kebenaran dan kemurnian kasih Tuhan yang tiada batasnya.

Ia sadar, bahwa kekosongan hidupnya selama itu hanya bisa dipenuhi dan dipuaskan oleh kehadiran Tuhan di dalam hatinya. Ironis sekali, nama gadisnya: Steinhart, sebuah nama keluarga yang berasal dari Jerman, mempunyai arti: Keras Seperti Batu.

Tetapi malam itu kekerasan hati Darlene diluluhkan oleh kesadarannya akan kasih Kristus yang luar biasa, yang bisa mengubah sikap hidupnya secara spontan untuk selama-lamanya. Semenjak saat itu ia mengambil keputusan yang tetap untuk selalu mengikuti langkah-langkah-Nya. 

Selain sekolah dan aktif terlibat di dalam kegiatan-kegiatan para muda-mudi gereja kami, pada tahun 80-an Darlene juga bekerja sebagai pencipta lagu-lagu ‘jingles’ yang dikumandangkan dan ditayangkan melalui radio dan televisi di seluruh Australia. Lagu-lagu ciptaannya, bahkan kadang-kadang juga suaranya, bisa didengar pada masa itu melalui commercials untuk perusahaan-perusahaan internasional seperti: McDonalds, KFC, Special K, Diet Coke dan lain sebagainya.

Perjalanan hidupnya yang menakjubkan ini mulai terarah secara pasti, sebagai salah satu dari persiapan-persiapan pelayanannya yang bertaraf antarbangsa di ladang Tuhan, ketika Darlene bertemu dengan calon suaminya, Mark Zschech, seorang pemuda yang berasal dari keluarga missionaries di Queensland, Australia. Pertemuan mereka di sebuah Youth Conference yang diadakan pertengahan tahun 80-an merupakan awal-mula berseminya benih-benih cinta yang tumbuh dengan subur di dalam hati mereka berdua.

Sebagai seorang pria yang juga memiliki bakat-bakat artistik, Mark merupakan pasangan yang amat setimpal bagi Darlene. Berdua mereka saling melengkapi, … dipilih dan dipersiapkan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang sangat berarti bagi perkembangan gereja Tuhan di akhir zaman. Menjelang akhir dasawarsa yang ke-80 mereka menikah dan diberkati di Garden City Christian Church.

Semenjak saat itu Mark dan Darlene Zschech bermukim di kota Ipswich, sebuah kota kecil yang terletak kurang-lebih 60 km di sebelah barat kota Brisbane. Tetapi sekitar tahun 1990 mereka berdua memutuskan untuk pindah ke kota Sydney, ketika mereka mendapat tawaran untuk bergabung dengan tim musik sebuah gereja Pantekosta KECIL di kota metropolitan tersebut, yang baru saja dirintis oleh sepasang suami isteri yang berasal dari New Zealand. 

Tak pernah terduga, bahwa keputusan mereka yang ‘berani’ pada saat itu adalah suatu langkah iman yang akan mengawali segala penggenapan rancangan-rancangan Tuhan bagi kehidupan mereka sekeluarga.

Di kota itu mereka berdua menjadi terlibat di dalam tim pembinaan suatu proyek Kristen tahunan, yang ternyata dengan berlalunya waktu, sudah berubah dan berkembang menjadi suatu acara pertemuan pengikut-pengikut Kristus dari seluruh penjuru bumi yang terbesar di Australia, bahkan … di dunia.

Selain itu, acara konferensi yang diadakan setiap tahun di awal bulan Juli tersebut juga berhasil menjadi landasan peluncuran lagu-lagu orisinil praise and worship ciptaan Darlene Zschech dan timnya, yang sudah mempengaruhi dan mengubah jalannya sejarah musik kristiani dunia!

Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” (Keluaran 19:6)

(Bersambung)

Tribute: DARLIN’ DARLENE (2)

THE DARLENE ZSCHECH STORY 

SHOUT TO THE LORD

Josua's picture

masih jauh...

saya masih jauh untuk menjadi seperti Darlene...

terkadang susah untuk menjadi lembut

di dunia yang penuh kekerasan...

anggap saja saya Petrus...

yang hanya punya sarung pedang 

hehehe...

keep writing in GOD!

 

BIG GOD BLESS YOU!!!

garamdunia's picture

Kisah Hidup - Darlene Zschech

Terus terang baru kali ini saya membaca sejarah kehidupan Darlene. Terima kasih untuk membagikan ceritanya, tentunya sangat menguatkan untuk mengetahui kuasa Tuhan bekerja di setiap orang percaya
dennis santoso a.k.a nis's picture

setuju ama jos soal "lembut"

setuju ama om jos,

sulit banget buat jadi lembut, apalagi kalo lagi ngadepin bus kopaja dan para pengguna motor di jalan2 jakarta raya ini, pengennya sih gue pake hummer dan tabrak2in mereka semua ...

susah banget masalah lembut2an ini :)

hai hai's picture

pengendara motor? no

pengendara motor? no toleransi.

Selain nggak tau diri, mereka juga nggak takut mati. Namun, karena kebebalan mereka, apakah mereka layak mati?

Kopaja dan bus kota, no toleansi

namun sebelum menghajar mereka

cobalah untuk nyetir mobil tanpa AC di jakarta

di siang bolong

he he he

itu sedikit trik hai nggak bunuh orang

di jakarta ini

salam

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Bin Nun's picture

pengendara motor yang baik? yes

saya pengendara motor loh... hahaha... tapi saya selalu mematuhi peraturan lalu lintas dan jarang ngebut atau ugal-ugalan mungkin karena faktor usia sepertinya

kami memang tidak takut mati karena kami hanya sendirian di jalan raya tidak ada teman seperti di angkot atau keluarga dalam mobil pribadi...

terkadang kalau ada yang menyalip... saya selalu bilang... mungkin dia punya alasan yang bahkan dia sendiri tidak bisa menjelaskannya...

doa saya tiap pagi adalah... sampaikan saya Tuhan di tempat ini kembali dengan selamat biarkan beribu-ribu Malaikat-Malaikat-Mu menjagai aku dari depan, samping dan belakang... dll...

so, mari berkendara dengan safety ride bagi pemilik motor... bensin mahal, pertamax sudah naik... jadi jangan digeber-geber... sehari nanti gak cukup lho Rp. 10 ribu. 

GBU!