Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sekilas dari Keabadian (7)

John Adisubrata's picture

Kesaksian Ian McCormack

Oleh: John Adisubrata 

MELEWATI JALAN PINTAS 

“Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian.” (Amsal 4:7) 

Saya mengerti maksud Simon! Perjalanan menuju ke daratan pantai Tamarin Bay akan menjadi bertambah lama, jika kami harus melewati rute yang sebenarnya, yaitu mendayung perahu kami di atas permukaan air lagoon Riviere Noir yang dibentuk dan dikelilingi oleh batu-batu karang yang terjal.

Baru setelah mencapai muaranya, kami bisa meluncur kembali ke pantai tujuan, bebas dari hambatan batu-batu karang yang tajam dan berbahaya, karena perahu kami sudah berada di atas permukaan laut Samudera India lagi.

Oleh karena itu Simon menganjurkan, agar Paul saja yang mengantarkan saya pergi ke pantai dengan memotong jalan untuk menghemat waktu. Dari belakang mereka berdua berenang mendorong perahu kami sambil berusaha untuk menemukan jalur tercepat di antara batu-batu karang yang timbul di atas permukaan air laut, dan juga yang tersembunyi beberapa sentimeter di bawahnya.

Dengan sekuat tenaga Paul mendayung perahu kami seorang diri dibantu oleh dorongan Simon dan temannya yang seolah-olah mengangkat dan meluncurkan perahu kami di atas permukaan air laut. Kadang-kadang saya bisa mendengar, bahkan merasakan benturan-benturan tubuh perahu kami dengan batu-batu karang tajam yang ada di bawahnya.

Perahu merupakan posesi yang paling berharga bagi penduduk lokal Tamarin Bay yang pada umumnya tidak memiliki harta benda apa-apa. Mereka harus mempunyainya, karena itulah salah satu alat terpenting bagi pencaharian nafkah hidup mereka sehari-hari.

Melihat Simon sudah tidak memperdulikan keadaan perahunya, yang pasti menjadi rusak oleh benturan-benturan batu-batu karang tersebut, menunjukkan keprihatinannya akan masalah yang sedang saya hadapi pada saat itu. Karena ia ingin sekali melihat saya secepatnya diopname di rumah sakit! (1)

Setelah melewati seluruh daerah-daerah yang mereka ketahui terlampau terjal untuk dilalui oleh perahu kami, mereka berhenti mendorongnya dan membiarkan kami berdua meluncur sendiri menjauhi mereka. Kendatipun masih terdapat banyak sekali batu-batu karang tajam yang ada di bawah permukaannya, ketinggian mereka sudah tidak mengganggu perjalanan perahu kami lagi.

Tak lama kemudian kami memasuki daerah air laut Samudera India, bebas dari hambatan-hambatan mereka.

Pengaruh jahat racun ubur-ubur laut tersebut terus menjalar mengikuti arus peredaran darah di dalam tubuh saya. Saya bisa merasakan, bagaimana ia mulai mengganggu daya kerja paru-paru saya yang sebelah kanan, diikuti oleh rasa sakit yang timbul pada organ-organ lain yang ada di bawahnya. Bahkan paha dan kaki kanan saya juga mulai menjadi lemas, seolah-olah saya sudah tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikannya lagi.

Sebagai seorang yang pernah mempelajari anatomi tubuh manusia, saya mengerti fungsi-fungsi peredaran darah yang ada di dalamnya. Saya tahu, jika racun itu menjalar masuk ke pembuluh-pembuluh darah di kaki kiri saya, lalu naik ke atas, menyerang organ-organ penting lainnya, seperti ginjal, hati, jantung, dan akhirnya … otak saya, tentu ajal saya sudah tidak dapat dihindari lagi!

Paul dan saya mengalami banyak kesulitan di dalam berkomunikasi, karena ia tidak menguasai bahasa Inggris atau bahasa Perancis. Sedangkan saya, … bahasa lokal Creole yang saya ketahui tidak cukup untuk bisa dimengerti olehnya.

Ketika kami mencapai daratan pantai Tamarin Bay, ia memberi isyarat kepada saya untuk segera melangkah keluar dari dalam perahunya. Tetapi meskipun saya berusaha beberapa kali untuk bangkit berdiri, saya tetap tidak berdaya untuk melakukannya, dan jatuh tersungkur lagi di hadapannya.

Menyadari hal itu, Paul berusaha untuk menolong memapah saya keluar dari dalam perahu kami. Menggunakan lengan tangan kiri, saya memeluk lehernya dari belakang sambil meraih erat-erat tangan kanan saya yang sudah hampir lumpuh sama sekali. Sedangkan kaki kiri saya pergunakan sebagai penyanggah tubuh saya sendiri untuk mengurangi beban Paul.

Saya melangkah mengikutinya sambil menyeret kaki kanan saya yang sudah tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Seakan-akan dipapah olehnya, terseret-seret di dalam air laut setinggi lutut, kami berjalan setengah berlari di atas batu-batu karang terjal menuju arah daratan pantai.

Setelah melangkah di atas pasir, lalu daerah-daerah yang berumput tebal, kemudian melewati semak-semak rimbun yang bertumbuhan liar di sana, akhirnya kami berhasil mencapai jalan raya terdekat yang ada di pesisir pantai Tamarin Bay.

Paul berusaha menolong, agar saya duduk di atas aspal tepi jalan raya tersebut, yang biasanya selalu dipenuhi oleh keriuhan lalu lintas, terutama pada saat pagi atau sore hari-hari kerja di pertengahan minggu.

Beberapa saat lamanya Paul menatap wajah saya dengan sinar muka penuh kekuatiran, karena ia menyadari kesehatan tubuh saya yang sudah menjadi semakin memburuk. Tetapi tiba-tiba saja saya melihat sikap dan air mukanya menjadi berubah sekali. Ia tampak bingung! Wajahnya memancarkan sinar kepanikan! Berkali-kali ia menatap ke arah lagoon di mana Simon dan temannya masih tertinggal!

Saya bisa segera membaca pikirannya. Tentu ia merasa kuatir sekali, mereka berdua mengalami hal yang sama seperti saya. Sebagai seorang anak muda yang baru berumur dua belas tahun, ia tidak menyadari, bahwa keadaan mereka benar-benar tidak perlu dikuatirkan. Karena mereka mengenakan pakaian-pakaian selam yang lengkap, yang membungkus dan melindungi seluruh bagian tubuh-tubuh mereka.

Pada saat ia memberi isyarat kepada saya, bahwa ia berhasrat untuk pergi ke Reviere Noir lagi, … kali ini saya yang menjadi panik sekali!

Saya berteriak memanggilnya, ketika melihat ia beranjak pergi meninggalkan saya: “Hei Paul, jangan pergi dulu, … jangan tinggalkan aku seorang diri di tempat ini! Antarkanlah aku ke rumah sakit terlebih dahulu.”

Teriakan itu tidak berhasil menghentikan langkah-langkah kakinya, tetapi malah membuat ia berlari lebih cepat lagi!

Berusaha memohon bantuannya, saya berteriak sekali lagi: “Tolonglah aku, Paul! Panggilkan ‘Gendarme’ (Polisi) terlebih dahulu, sebelum engkau pergi meninggalkan aku!”

Tetapi akhirnya saya harus menerima kenyataan yang sebenarnya! Paul tidak mau berhenti berlari! Bahkan dalam waktu sekejab saja ia sudah menghilang di tengah-tengah kegelapan malam, meninggalkan saya terduduk seorang diri, … termangu-mangu di tepi jalan raya pantai Tamarin Bay. (2)

(Nantikan dan ikutilah perkembangan kesaksian bersambung ini)  

SEKILAS DARI KEABADIAN (8)

Kesaksian Ian McCormack

TERHAMPAR SEORANG DIRI

billyjoe's picture

special thanks

special thanks, justru itu saya tunggu tulisan nya disini, maklum bhs inggris saya 'belepotan' sampai jatuh dari bibir. saya tunggu deh dengan sabaaaar. "cintaku pada Tuhan melalui sabda"
Pengunjung's picture

Jam tayang

Bang John, bersama Billyjoe saya sabar menunggu kelanjutan kesaksian ini. Dan saya juga setuju kalo bisa jam tayangnya dipercepat. Thanks.
John Adisubrata's picture

Maaf Agak Terlambat!

Dear friend,

Baru saja 'Sekilas dari Keabadian' bagian kedelapan saya kirimkan. Maaf agak terlambat.

Terima kasih atas kesabaran dan kesediaan Anda untuk membaca artikel bersambung ini, bahkan ... untuk menunggu perkembangannya.

Saya berjanji akan posting sebisa-bisanya, tergantung fasilitas computer yang selalu 'digagahi' oleh anak saya.

Tetapi terus terang saja, seperti yang sudah saya jelaskan kepada BillieJoe sebelumnya, saya juga tidak mau Anda dan rekan-rekan seiman yang lain menjadi jemu dengan diri saya atau tulisan-tulisan saya, karena saya terlampau banyak atau terlampau sering mengirim artikel-artikel!

Terima kasih atas perhatian Anda. Tuhan memberkati selalu.

Syalom,

John Adisubrata