Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BERAPA BANYAK PACAR YESUS?

Purnomo's picture

Pacar? Mana ada? Kalau istri, ada, kata mereka yang yakin Yesus hanyalah seorang manusia. Dialah Maria Magdalena yang disebut “murid yang dikasihi-Nya” dalam Yohanes 13:23. Mana mungkin lelaki “leaning on Jesus’ bosom” (KJV) kecuali ia gay? Jika ia bukan istri-Nya, mana mungkin dia nekad pagi-pagi buta pergi bergegas ke kubur Yesus? (20:1). Pacar? Apa mereka perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus?

                                                          – o –
Seorang masuk ke sebuah toko kain. Perempuan pemilik toko ini sangat ramah. Dan makin ramah ketika tahu pembelinya adalah orang Kristen. “Puji Tuhan! Ternyata kita ini saudara seiman,” katanya. Diskon 10% pun diberikan. Tetapi pembeli ini harus lebih lama berada di tokonya mendengar perempuan itu bersaksi betapa baiknya Tuhan Yesus kepadanya. Di meja kerjanya tergeletak sebuah Alkitab dan sebuah buku renungan harian.
 
Selesai membayar, si pembeli membalikkan badan dan berjalan keluar. Tetapi langkahnya terhenti karena matanya melihat di atas pintu keluar melambai-lambai sehelai kertas kuning dengan aksara kanji. Ia menoleh ke pemilik toko. Perempuan itu dengan tangkas berkomentar sebelum ia sempat bertanya, “Orang dagang itu harus berjaga-jaga, Pak. Enggak dapat dari sini, apa salahnya berharap dapat dari yang lain?”
 
Anda boleh terbahak, Anda boleh murka. Tetapi Anda tidak boleh memarahi perempuan ini. Pendapatnya benar, menurut pemikirannya sendiri tentu. Bukankah setiap orang boleh berpendapat sesuka hatinya selama tidak merugikan orang lain?
o –
Tetapi, apakah perempuan pemilik toko kain ini adalah mempelai perempuan seperti yang disebut dalam Yesaya 62:5 “Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu”? Pasti tidak. Ia baru memacari Tuhan Yesus. Dan seperti umumnya dalam berpacaran, kita boleh punya pacar lebih dari satu orang, bukan?
 
Bagi mereka yang saat ini sudah hidup berkeluarga, pasti masih ingat betapa beratnya memilih satu dari beberapa pacarnya untuk diajak masuk ke tahap “going steady” dan selanjutnya menjadi pasangan hidupnya untuk selama-lamanya. Keputusan ini harus diambil dalam waktu yang relatif singkat. Kelamaan berpikir, sang pilihan telah pergi dengan orang lain. Tetapi mengapa ada orang senang berlama-lama tinggal pada tahap pacaran? Pasti ada enaknya, bukan?
 
Kalau kita mau main game on-line kita ajak Albert yang jago game. Kalau kita mau window shopping, susah bila jalan dengan Albert yang paling tidak suka diajak jalan pelan-pelan mengelilingi seluruh lantai mol tujuh kali. Aha, jangan bingung. Masih ada Roni yang kerja di perusahaan periklanan dan matanya berbinar-binar bila melihat warna-warni gaun perempuan. Tetapi 2 pacar ini tidak bisa diajak mendaki gunung karena badannya kerempeng. Di pucuk gunung bisa hilang diterbangkan angin. Kita telepon Hari yang punya sanggar fitness sekaligus klub pendaki gunung.
 
Jika kita diminta memilih 1 di antara 3 orang ini untuk going steady, pasti tidak gampang karena ada kesenangan-kesenangan kita yang harus dikesampingkan.
 
Tadi tentang hobi. Sekarang tentang kopdar. Maaf Opa dan Oma, kopi darat di ruang tamu itu jatah ortu. Buat kita setidaknya di café. Kalau pacar hanya seorang, pasti ia langsung jatuh pailit jika dalam 1 minggu kita ajak 3 kali ke resto. Bukankah dengan mempunyai 3 atau 5 pacar beban biaya ini tidak terasa karena merata terdistribusi? Pacaran tak lagi berat di ongkos, bukan? Selain itu, bila malam ini yang satu tidak bisa keluar rumah karena sedang pilek parah, yang lain bisa segera dikontak untuk menggantikannya.
 
Konsep inilah yang dipegang oleh perempuan pemilik toko kain tadi. Dia baru menerima Tuhan Yesus sebagai pacar agar dia bisa ditraktir oleh pacar lainnya bila Yesus berhalangan menraktirnya. Dia percaya kepada Yesus? Pasti! Tetapi dia belum bisa mempercayakan dirinya 100% kepada Tuhan Yesus. Seorang istri mempercayakan seluruh nafkah hidupya hanya dari suaminya. Bukan dari lelaki lain, walau sebagian saja.
                                                  – o –
Pada suatu hari besar Tionghoa, ia diajak teman-temannya ke kelenteng Tuban. Karena ia pernah mendengar pendetanya mengatakan semua makanan itu halal, ia ikut menyantap makanan bekas sembahyang. Beberapa hari kemudian ia sakit. Perutnya membesar dan keras. Bengkaknya sampai ke kaki. Ia menginap di rumah sakit 2 malam dan kemudian dirawat di rumah karena dokter tidak tahu penyebabnya. Ini cerita istrinya.
 
Istrinya berpendapat makanan di kelenteng itu yang menjadi penyebabnya. Setelah saya meyakinkannya apa yang diyakini suaminya itu benar, ia mengajukan kemungkinan kedua. Santet. Suaminya kena santet yang dikirim oleh seorang familinya. Buktinya? Suatu malam lampu neon TL di ruang tamu meledak. Karena itu mereka sekeluarga setiap malam mengadakan altar keluarga dan tidur di lantai untuk menghindari serangan santet berikutnya. Dua tindakan dari 2 kepercayaan yang berbeda.
 
Sementara perempuan itu berceloteh, saya melihat suaminya sudah tertidur di kursi di seberang saya. Perutnya sudah tidak sebesar dulu lagi. “Perutnya mulai mengempis setelah minum abu bakaran kertas jimat dari kelenteng,” istrinya menjelaskan tanpa saya tanya. Nah, berarti ada 3 kepercayaan dalam hidup perempuan ini. “Saya orang Kristen, saya tidak mau masuk kelenteng. Itu dosa. Tetangga saya ingin menolong suami saya. Kan tidak baik menolak kebaikan orang. Jadi dia yang masuk ke dalam kelenteng. Saya menunggu di luar.” Orang Kristen memang cerdik menyiasati Tuhannya.
 
Sudah memanggil pendeta gereja Ibu?” tanya saya. Keluarga ini tidak segereja dengan saya. “Belum. Saya segan merepotkan gereja. Kami ‘kan orang miskin,” jawabnya. Saya berpamitan. “Bapak tidak berdoa dulu?” tanyanya heran.
 
Berdoa? Untuk siapa? Untuk sang istri atau sang suami? Dan kepada “pacar”nya yang mana?
                                    —o—
Saya pernah mengunjungi gereja kecil di pedalaman Sungai Musi yang jauhnya 2½ jam berspeed-boat dari Palembang. Seorang jemaatnya orang Bali menceritakan penderitaannya ketika menerima Yesus. Hampir setiap malam ia melihat bola api melayang terbang mengelilingi rumahnya dan ada suara bertanya, “Mengapa kamu pergi meninggalkan aku?” Ia ketakutan, namun tetap bertahan. Ia tidak tahu kapan bola api itu akan meluncur menerobos dinding rumah dan menghantam tubuhnya. Sudah bulat tekadnya untuk mati demi Junjungannya yang baru. Ketika bola api itu tak muncul lagi, ia merasakan suatu perubahan dalam dirinya. Ia makin yakin akan kuasa penyertaan Tuhan Yesus.
 
Seorang istri pasti memercayakan keselamatan tubuh dan jiwanya dalam perlindungan suaminya. Tidak kepada orang lain. Kecuali, ia sudah tidak lagi memercayai suaminya.
                —o—
Dibandingkan agama-agama lain, agama Kristen adalah agama yang paling gampang,” begitulah yang sering saya dengar dari teman-teman yang bukan Kristen. Mengapa? “Karena, begitu seseorang percaya kepada Isa Almasih, saat itu pulalah tiket ke sorga sudah berada di kantong mereka.”
 
Seperti juga orang-orang Kristen lainnya, saya mengamini bahwa sorga yang disediakan oleh Yesus adalah karunia yang diberikan kepada saya tanpa harus melakukan kegiatan-kegiatan yang menyengsarakan badan. Tetapi agama Kristen adalah agama paling gampang? O o, nanti dulu.
 
Dalam kosa kata bahasa Inggris kita mengenal kata “to hear” (tanpa sengaja mendengar) di samping “to listen to” (sungguh-sungguh mendengarkan), kata “to see” (kebetulan melihat) di samping “to look at” (sengaja melihat), begitu juga dengan kata “percaya” yang kita kenal dengan “to believe”.
 
Ketika badai krismon melanda negeri ini, perusahaan tempat saya bekerja memberi tambahan tugas kepada para manajernya untuk memotivasi bawahannya “to trust the company”. Mengapa tidak “to believe the company”? Apakah “trust” dipilih karena “believe” berbau agama? Tidak! Ada perbedaan yang signifikan antara 2 kata itu seperti perbedaan arti “to see” dengan “to look”.
 
Saya sudah bekerja di perusahaan ini lebih dari 15 tahun. Setiap teman pasti tahu saya “believe” perusahaan ini memberi gaji dan fasilitas – pada masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang – yang cukup sehingga saya bisa bertahan lama di dalamnya. Tetapi apa yang sebaiknya saya lakukan bila perusahaan dalam menyembuhkan lukanya akibat terbanting-banting krismon akan menghapus kenaikan gaji selama 2 tahun mendatang; tidak menaikkan uang makan untuk waktu yang sama; meningkatkan kinerja dalam bentuk menaikkan jumlah produksi sekaligus menaikkan target penjualan; menambah panjangnya daftar jobdes; menjual seluruh bangunan kantor pemasaran di daerah-daerah dan sebagai gantinya mengontrak kantor di pinggir kota; tidak lagi memperbolehkan para manajer membawa mobil dinas pulang ke rumah agar belanja BBM bisa dihemat?
 
Saya “believe” gaji tidak naikpun saya tidak akan berkekurangan karena di perusahaan ini gaji terkecilnya saja hampir 1½ kali UMR. Tetapi setelah krismon banyak tawaran datang dari perusahaan-perusahaan lain dengan gaji dan fasilitas yang lebih baik. Perusahaan-perusahaan ini dalam mempersingkat “waktu penyembuhan”nya melalui biro jasa yang biasa dikenal dengan julukan “head hunter”, merekrut manajer-manajer yang sudah jadi. Seorang rekan saya yang pernah disekolahkan oleh perusahaan selama 1 tahun di Amerika, pindah ke perusahaan lain. “Tak usah sungkan jika mau pindah,” katanya kepada saya. “Antara kita dengan perusahaan tidak ada hutang-piutang. Setiap akhir bulan ketika kita terima gaji, semuanya impas. Aku disekolahkan juga untuk kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan diri sendiri.”
 
Ketika head hunter membujuk saya pindah kerja, saya menolak walaupun disediakan uang transfer sebagai ganti uang pesangon yang hangus karena saya keluar atas kemauan sendiri. Saya tidak saja “believe” kepada perusahaan ini tetapi juga “trust”. Trust lebih berarti “mempercayakan diri kepada”. Biar gaji lebih rendah dari tarip pasar, biar banyaknya pekerjaan membuat saya tidur 4 atau 5 jam sehari, saya mempercayakan diri saya kepada perusahaan ini. Jika Anda mengatakan saya penakut, bodoh bahkan tolol, saya memakluminya. Karena begitulah yang dikatakan oleh rekan-rekan saya yang sudah pindah pekerjaan.
o –
Agama Kristen adalah agama yang paling gampang, bahkan agama murahan, bila orang berpikir “just to believe Jesus” sudah cukup untuk mendapatkan sorga. Dalam perjalanan rohani, setiap orang percaya akan mengerti bahwa “to believe” saja tidak cukup.
 
Ketika seorang Kristen menderita sakit, ia “believe” Tuhan Yesus bisa menyembuhkannya. Tetapi bagaimana bila sampai 1 tahun sakitnya tidak hilang sementara beberapa orang kenalannya datang memberitahu di kotanya ada seorang dukun yang dengan biaya murah dan waktu singkat telah berhasil menyembuhkan penyakit mereka? Apakah ia berani “to trust/entrust”, mempercayakan hidup matinya termasuk penderitaannya kepada Tuhan Yesus? Di sinilah “trust Jesus” diterjemahkan dalam satu kata saja, beriman. Di titik inilah setiap orang tahu agama Kristen bukan agama gampang terlebih lagi murahan. Ketika seseorang mempercayakan hidup matinya kepada Tuhan Yesus, ia tidak mempertanyakan keadilan Tuhan sampai hari kematiannya atau pada puncak penderitaannya. Ia seperti seorang istri setia yang tidak mempertanyakan mengapa sampai ajal menjelang ia tidak pernah menikmati kemewahan hidup. Ia sudah merasa cukup dan berbahagia melihat kehadiran suaminya di sampingnya dari hari ke hari sepanjang hidupnya.
 
Ketika hidup seorang Kristen porak-poranda; masa depan tidak jelas bahkan memprediksinya saja ia tidak mampu; ia tidak tahu pasti apakah bisa menyelesaikan kuliahnya; ia tidak tahu apakah bisa mendapatkan pekerjaan yang layak; ia tidak tahu apakah kelak bisa mendapatkan pasangan hidup yang serasi, apakah “to belive” saja sudah cukup guna menghambat keinginannya atau bujukan orang lain untuk pergi kepada orang pandai agar ia bisa mengintip masa depan?
 
Apakah orang Kristen tidak boleh – sekali saja seumur hidup – menanyakan masa depannya kepada orang pandai? Tidak boleh, bila Anda berstatus pengantin perempuan milik Mempelai Mahaagung. Jika status Anda masih pacar Yesus, saya pikir oke-oke saja. Satu saja yang perlu diwaspadai, yaitu biaya yang harus Anda bayar itu diberi label apa oleh orang pandai itu. Jika ia menyebutnya uang lelah, uang honor, biaya konsultasi atau fee, tidak ada masalah. Tetapi setahu saya mereka lebih suka menyebutnya uang mahar. Mahar adalah uang atau barang yang wajib diberikan oleh seseorang kepada mempelainya ketika dilangsungkan akad nikah. Sekarang ini orang lebih suka menyebutnya mas kawin. Bila uang mahar ini Anda serahkan, berarti Anda tidak bisa lagi menjadi pacar Yesus karena Anda sudah sah menjadi mempelai tuhan orang pandai itu. Jika tuhannya saja tidak mau Anda jadikan pacar, terlebih lagi Tuhan Yesus.
 
Jadi, berapa orangkah pacar Tuhan Yesus? Saya tidak tahu jumlahnya. Tetapi saya tahu pasti kita bisa mengurangi jumlahnya paling tidak 1 orang, yaitu diri kita sendiri. Marilah kita mempercayai-Nya sekaligus mempercayakan diri sepenuhnya kepada-Nya sehingga kita bisa mendengar jelas sapaan-Nya,
 
Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia yang menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung.” (Kidung Agung 2:16)
 
  •                                                        - the end –

 

sahabat's picture

@purnomo

 

Salam kenal Purnomo,

 

Tulisan anda yang ini bagus sekali! Saya memuji anda.

 

Anda berkata:

 

‘Ketika seseorang mempercayakan hidup matinya kepada Tuhan Yesus, ia tidak mempertanyakan keadilan Tuhan sampai hari kematiannya atau pada puncak penderitaannya. Ia seperti seorang istri setia yang tidak mempertanyakan mengapa sampai ajal menjelang ia tidak pernah menikmati kemewahan hidup. Ia sudah merasa cukup dan berbahagia melihat kehadiran suaminya di sampingnya dari hari ke hari sepanjang hidupnya.’

 

Ungkapan ini hebat sekali. Inilah yang dikatakan cinta tanpa syarat

 

 

Tuhan memberkatimu dan seisi keluargamu

 

sahabat

__________________

"Aku yakin dengan sepenuhnya bahawa Berita Baik itu kuasa Allah yang menyelamatkan semua orang yang percaya kepada Yesus, mula-mula orang Yahudi, dan juga orang bukan Yahudi" - Roma 1: 16

Purnomo's picture

@Sahabat, thx

 Terima kasih untuk pujian Sahabat.

Kiranya Tuhan memberkati Anda dan seisi rumah Anda juga.

Amin.

youngyoungan's picture

banyak yang ditembak, banyak yang menolak

Satu kata yang ingin saya ucapkan setelah membaca blog Om Purnomo, "WOW!!!"

Saya jadi merasa tertusuk hingga ke dasar hati yang paling dalam (cielah...)

Selama ini memang fakta membuktikan bahwa dalam hidup, kita sering diperhadapkan dengan beberapa pilihan. Bukan hanya masalah pekerjaan, pacar, tapi ada banyak hal lain lagi. Sebagai manusia normal, kita pasti pengen dapetin segala hal yang terbaik buat kita. Ngga puas dengan ini cari yang lain lagi. Lebih lagi ada pilihan yang tampaknya lebih 'menjamin'. Kita dengan mudah percaya  kalo Tuhan itu ada, tapi kalo disuruh untuk memercayakan diri pada  ketuhanan Tuhan ya...ntar dulu. Dengan sejuta alasan pada intinya hanya beberapa orang saja yang want to believe but not trust in Jesus Christ.

Tuhan sebagai Mempelai Laki-laki  "nembak" banyak orang untuk menjadi mempelai wanita-Nya. Tapi sayang banyak calon mempelai yang "menolak" walau ngga secara terang-terangan. Dan untuk menjadi setia dan mencintai tanpa syarat menuntut kedewasaan kita. Semoga semakin banyak orang yang lebih setia lagi kepada Tuhan setelah membaca blog Om Pur :)

Tuhan memberkati Om Pur

Purnomo's picture

@Youngyoungan, kedewasaan iman

 Saya setuju pendapat Anda.

Kedewasaan iman bisa kita miliki melalui pergaulan kita dengan Firman Tuhan dan pengalaman praktek di “lapangan” walaupun kita harus mengucapkan doa yang pernah diucapkan seorang ayah kepada Yesus yang anaknya kerasukan setan.

"Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Markus 9:24).

GBU

rio@poenya's picture

HAL YANG SAMA

buat purnomo

kilas balik memang banyak orang kristen khususnya di Indonesia ini masih berkarekter "pacaran" dengan Tuhan Yesus. Saya banyak berjumpa dengan anak-anak Tuhan dan juga "katanya" pelayan tuhan yang tidak tahan dengan godaan punya "pacar" baru lagi karena Tuhan Yesus sebagai "pacar" pertama sering dianggab tidak adil, tidak mengerti, lambat dan sebagainya hingga pengen punya "pacar" baru yang dalam arti tidak meninggalkan "pacar" pertamanya.

 

‘Ketika seseorang mempercayakan hidup matinya kepada Tuhan Yesus, ia tidak mempertanyakan keadilan Tuhan sampai hari kematiannya atau pada puncak penderitaannya. Ia seperti seorang istri setia yang tidak mempertanyakan mengapa sampai ajal menjelang ia tidak pernah menikmati kemewahan hidup. Ia sudah merasa cukup dan berbahagia melihat kehadiran suaminya di sampingnya dari hari ke hari sepanjang hidupnya.’

ungakapan ini saya aku sangat bermakna yang besar bagi yang mengerti.

love from Jesus

Purnomo's picture

@Rio, bermakna besar

 Semoga alinea terakhir itu menjadi berkat bagi banyak orang.

 

Dan bila ini terjadi, itu semata-mata karya Allah Roh Kudus, bukan karena saya. Saya menulisnya untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman masa lalu saya yang pahit melihat saudara-saudara seiman berkelimpahan berkat sementara saya tidak menerimanya.

 

Tetapi sekarang, seandainya inkarnasi itu ada, saya akan meminta Tuhan tidak memindahkan saya dari jalan hidup yang pernah saya lalui. Saya bersedia menjalaninya kembali. Karena, dalam kepahitan-kepahitan inilah saya bisa merasakan kehadiran Tuhan di samping saya.

iik j's picture

@Purnomo: hidup terus bagi Dia

Istri Ayub berkata, ""Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Ini istri lho, bukan pacar. Jika mengalami hal yang sama, apakah kita juga akan mengatakan hal yang sama dengan istri Ayub itu?

Atau kita akan mengatakan ... Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Tuhan yang menyelamatkan aku. Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku (Habakuk 3:17-19). ...............

Akan teruji suatu saat nanti, apakah kita ini benar-benar mempelainya atau bukan...

 

For to me to live is Christ, and to die is gain.

Purnomo's picture

@Iik, saya merindukan

 iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego pada saat mereka diinjak kekuasaan dunia,

 

Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17,18)

 

seperti yang dimiliki oleh seorang ibu yang kisahnya telah saya tulis di bawah judul. “Biar buta kedua mataku”.

KEN's picture

Salam Kenal Mas Purnomo

Saya paling hobby "melahap" film-film "Made In Hollywood", ketika saya membaca tulisan Anda, saya seperti menyaksikan sebuah film "Made In Hollywood", mungkin agak berlebihan, tapi inilah tanggapan saya atas tulisan Anda, keren, penuh intrik dan bersemangat, singkat, padat berisi dan jelas dan bergonta-ganti suasana dengan cepat, yg gak bikin bosenin.

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

Purnomo's picture

@KEN, Anda benar

Artikel saya ini memang kumpulan keping-keping mozaik kehidupan yang saya satukan. Dengan keping-keping ini maka peralihan “setting cerita” terjadi dalam waktu singkat dengan konsekuensi meninggalkan “frame cerita” sebelumnya dalam posisi mengambang (karena “panjang film” saya batasi) sehingga membuat pembaca penasaran. Mungkin tanpa sadar saya mengadopsi teknik bercerita film Hollywood yang lebih mengutamakan “urutan psikologis”.

 

Teknik bercerita dengan “urutan kronologis” lebih cocok untuk novel, cerita pendek atau paparan ilmiah. Dalam film urutan ini bisa ditemukan di film Bollywood, atau sinetron di tivi kita yang tidak pernah saya tonton, tapi digemari oleh anggota keluarga saya.

 

Terima kasih mau menulis komen di blog saya. Inilah komen pertama Anda di “kios” saya. Welcome back, KEN. Tuhan tak pernah meninggalkan saya, dan juga Anda.

yasmeen's picture

Pak Purnomo

Salam Kasih buat bapak & keluarga.

Saya tidak berusaha memuji anda pak, tapi hati saya bersorak ketika menemukan tulisan baru anda, horeee… Purnomo menulis lagi.  Saya dan suami menyukai tulisan anda, dan biasanya kami jadikan snack akhir pekan.  Selama ini artikel bapak saya copy paste dan simpan, kemudian jadi topik saat santai keluarga kami.  Kadang juga kalau gak sabaran saya langsung email ke suami. 

 

Yang membuat saya semangat adalah respon suami setiap kali saya sodorin print out artikel bapak, mungkin dia menemukan persamaan dan support melalui tulisan bapak yang jujur dan terbuka.  Terus terang selama ini saya jadi filter dan rem karena suami type yang frankly speaking dan cenderung revolusioner.  Kira-kira pekerjaan seperti wawancara yang bapak lakukan dalam artikel “Gereja butuh orang jahat” akan dengan senang hati diterimanya.  Dalam beberapa case kadang saya dilematis apa benar harus begitu caranya?  Anyway tulisan-tulisan bapak memberi perspektif baru buat saya, terima kasih.

 

Sampai saat ini sih tidak ada teman yang tersinggung, cuma terkaget-kaget.  Sungguh kami memiliki rekan-rekan yang  luar biasa dan lapang hatinya.  But i also wonder.., isn’t prevention’s better than cure ?

Btw sekalian minta ijin pak.., artikel  berseri “Derma untuk gereja” untuk diprint dan dibagi ke teman (dengan mencantumkan sumber). Gbu.

 

Purnomo's picture

@yasmeen, be careful

 Berhati-hatilah dalam mengungkapkan kejujuran karena konsekuensinya kita harus menerima gelar kehormatan: provokator (yang perlu dibungkamkan), revolusioner (yang perlu dicuci otak atau di-terminate) atau orang gila (yang lebih baik dicuekin).

Yang perlu diwaspadai adalah keinginan orang lain menunggangi karakter “negatip” kita ini untuk kepentingannya sendiri. Ia memanfaatkan kita untuk menyerang orang lain. Karena itu saya selalu berkali-kali memeriksa akurasi informasi yang saya terima sebelum memanfaatkannya.

Yasmeen wrote:

Sampai saat ini sih tidak ada teman yang tersinggung, cuma terkaget-kaget.  Sungguh kami memiliki rekan-rekan yang  luar biasa dan lapang hatinya.  But i also wonder.., isn’t prevention’s better than cure ?

Suami Yasmeen pasti mempunyai ketrampilan tinggi menyampaikan kritik tanpa membuat luka yang bersangkutan. Mungkin lewat canda, lewat lobi atau membuat analogi atau yang sejenisnya. Yang pasti ia menguasai ketrampilan berkomunikasi. Satu lagi ilmu yang dimilikinya, kerendahan hati. Tidak risih untuk bersama-sama orang lain menertawakan kebodohan atau blunder yang pernah ia sendiri lakukan.

Terima kasih untuk menyebarluaskan artikel persembahan persepuluhan yang saya tulis.

 

Salam.

Anak El-Shadday's picture

pak pur..

pak pur.. sejak postingan ini baru ada 2 komen saya udah baca. saya save and sampe sekarang udah saya baca lebih 5 kali. saya sms ke sodara arithok tentang betapa menusuknya apa yang anda tulis.

ada teman saya yang lagi serong, dia punya banyak TTM (teman tapi mesum), ketika dia menghubungi salah seorang TTMnya pasti ujung-ujungnya adalah masalah urusan bawah perut.

kalo saya malah menanyakan ke diri sendiri: apakah saya menempatkan Yesus sbg "suami" saya ataukah hanya sebagai pacar, atau malah hanya sebagai TTM yang baru saya contact ketika saya lagi butuh???!!

sungguh, jadi orang kristen itu sulit...

 

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Purnomo's picture

@AES, you were my inspiration

Percaya atau tidak, komen Anda di atas menggirangkan saya. “Akhirnya datang juga,” kata sebuah acara tivi.

Nickname Anda menempel di otak saya ketika saya menulis kalimat demi kalimat artikel itu. Blog-blog Anda terbayang kembali. Ketika Anda menulis betapa menjadi pegawai negeri adalah sebuah tradisi dalam keluarga Anda dan Anda ragu apakah bisa mewarisi tradisi ini, hati saya trenyuh. Ketika Anda mengatakan belum tahu nanti jadi apa ketika menyaksikan ketulusan kasih seorang ibu di malam tahun baru, saya bagai melihat diri saya di masa lalu. Ketika Anda bercerita tentang kacamata Anda, saya bagai melihat kembali perjuangan berat seorang blogger wanita di situs Glorianet dalam kelemahan matanya yang parah untuk terus menulis dan sekarang inisial namanya (GS) tertera di halaman-halaman buku Renungan Harian.

Karena itu tidak mengherankan saya bila Anda menulis “betapa menusuknya apa yang anda tulis”. Tidak berlebihan bila saya mengatakan artikel itu memang saya tulis untuk Anda. Tidak dengan belati tetapi dengan empati, karena saya sudah mengalami apa yang saat ini Anda sedang jalani. Rasanya seperti mengendarai sepeda di jalan pegunungan yang berkabut tebal. Sementara kita harus menuntun sepeda karena jarak pandang tak lebih 1 meter di depan, teman-teman melaju cepat karena bermobil dengan lampu kabut. Ada pula yang berkendaraan dengan santai tanpa harus melihat ke depan karena kendaraannya memiliki perlengkapan “auto pilot” karena orang tuanya kaya raya dan menyediakan apa saja yang ia perlukan di masa kini dan masa mendatang.

Walaupun harus merangkak, stay still on the Jesus’ track, man. Believe me, Anda tak akan kecewa ketika kelak mengenang kembali pergumulan Anda saat ini.

 

Salam.

youngyoungan's picture

Kedewasaan Iman

Betul.. roh memang penurut tetapi daging itu lemah...

Hanya dengan kekuatan-Nya saja kita bisa bertahan. Kalau hanya mengandalkan kemampuan diri, mana tahaaaaannn.

Ibarat kucing disuguhi ikan asin, langsung lahap dah... D