Sakit Jiwa.......

Aku keluarkan jantungnya dan aku masukan dalam kotak. Aku akan gonjangkan dengan keras dan aku akan berhenti ketika benda itu sudah hancur berkeping-keping. Atau aku bisa saja menarik rambutnya sampai terjatuh dan kuseret dia. Akan ku tatap kedalam matanya sampai jiwanya kesakitan dan berteriak minta ampun. Aku tidak akan menyentuh dia tapi aku akan mencekik hatinya, jantungnya, ususnya dan semua organ tubuhnya. Maka penipuan itu semua akan terbalaskan...!!!!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Namanya Dewi Sri. kedatangannya ke tempatku untuk sekedar berbincang apa yang dia bayangkan ketika dia marah dan kecewa sudah menjadi selingan hari-hariku. Tubuhnya kurus, sedikit lusuh, Kulitnya yang kecokelatan membuat rupa ayunya semakin tertutupi. 

Saat itu hujan turun cukup lebat, namun masih bisa aku mendengar ketukan dipintu, mungkin karena ketukan itu bukan hanya satu atau dua jari saja tapi satu genggaman penuh jemarinya. Aku melihat sosoknya dengan sorot matanya yang redup. Mata itu terus memandang aku seperti berteriak, "tolong aku.....". Aku persilahkan dia masuk dan aku memberikan dia ahnduk untuk mengeringkan tubuhnya. Saat aku meminta dia untuk berganti pakaian, Sri menggelengkan kepalanya. Kepalanya tertunduk, aku pikir dia menangis tetapi ternyata dia tertawa, tertawa tanpa suara.

"Kenapa Sri?"tanya ku. 

"Saya berhasil mbak."ucapnya lirih

"Berhasil? Berhasil apa Sri?"aku bertanya kembali.

"Saya sudah menyekap dia mbak, dalam kamar. TAdi saya sudah ikat kakinya, tangannya dan mulutnya. Saya maki-maki dia. Dan dia nangis mbak." JAwabnya dengan sedikit senyum.

JAntungku mulai berdegup, aku tidak tahu apakah ucapan nya ini hanya hayalan dia semata seperti biasanya atau bukan. 

"Tapi mbak jangan bilang siapa-siapa ya, pokoknya rahasia. Saya mau biarkan dia disana sampai saya lupa" jelasnya

"KAlo dia kelaparan gimana Sri? Tar dia pingsan. Kamu yang kena masalah loh Sri."

"Gak apa-apa mbak. Wong rencaananya memang seperti itu. Saya jengkel mbak ama perempuan itu. Ternyata selama ini pacar saya mbohongi saya hanya karena perempuan itu. Katanya temen biasa tapi kok dibela-belain keluar uang banyak untuk dia. Saya gak suka itu mbak...Sakit hati."

"Oh, Tuhan.apa-apa an ini. Kenapa dia ada disini. Orang ini sakit."Jeritku dalam hati.

"Sri!! Jangan ngaco kamu Sri. Itu nyawa orang. Kamu juga bodoh bela-belain pacar kamu sampai kaya gini. "

Aku tarik badannya. Aku dorong dengan keras dia keluar. Aku, Sri, kami semua basah diguyur hujan. Aku terus paksa dia menunjukan dimana perempuan itu disekap. Tapi aku melihat wajahnya hanya tersenyum. Menggigil aku, bukan karena dinginnya air hujan namun karena wajah Sri yang begitu tenang dengan sorot mata yang tetap redup namun mencekam. 

Kali ini, bukan waktunya main-main. Aku harus melakukan sesuatu.Aku gonjangkan tubuh Sri dengan keras, aku berteriak dan terus bertanya keberadaan perempuan itu. Sambil tertawa jarinya terangkat dan menunjukan ke arah kepalanya, "disini mbak...."