Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Penginjilan pribadi apa masih harus?

Purnomo's picture
Tidak lagi! Siapa bilang? Tidak ada yang bilang karena bila diucapkan akan membuat orang menuduh kita melawan perintah Tuhan Yesus. Ini akan menjatuhkan pamor kita sebagai pengikut Kristus yang baik. Tapi perilaku kita sehari-harilah yang mewakili mulut kita.
 
Anda ingin ortu Anda menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Apa yang Anda lakukan? Anda menelepon pendeta dan memintanya datang ke rumah. Mengapa harus pendeta yang melakukannya? Ia ahlinya. Memang!
 
Ada teman kirim SMS mau bunuh diri. Apakah Anda bergegas menemuinya? Pasti. Tetapi Anda datang bersama satu peleton aktivis gereja membuat rumahnya mendadak penuh sesak sehingga tetangganya panik mengira ada razia narkoba. Mengapa Anda tidak datang seorang diri? Anda kuatir ketika meyakinkannya cita-cita itu tidak baik, mendadak ia menenggak baigon rasa coklat sehingga ia harus dibawa ke UGD sementara Anda dibawa bapaknya ke kantor polisi dengan tuduhan melakukan pencobaan pembunuhan.
 
Ada kasus-kasus lain yang membuktikan bahwa saat ini banyak orang Kristen yang tidak melakukan penginjilan pribadi (selanjutnya disingkat PP) karena ketidaktahuan mereka, bukan karena tidak mau. Di antaranya adalah:
 
1) Saya tidak ingin membuat orang marah
Pembakaran gereja adalah bukti bahwa penginjilan membuat orang marah. Saya sedih setiap mendengar kabar itu. Tetapi saya lebih sedih ketika sebuah perumahan baru berdiri, orang-orang Kristen berlomba-lomba mendirikan “gereja-gereja” kecil di kawasan itu. Tidak kalah serunya dengan perlombaan orang buka warung. Jangankan orang lain, saya sendiri sering bingung melihatnya. “Mengapa tidak bergabung dengan gereja di perumahan sebelah yang sudah lama ada?” saya bertanya kepada seorang “penginjil” yang berusaha menyelenggarakan persekutuan Minggu. “Ajaran kami berbeda,” jawabnya. Jelaslah bahwa apa yang mereka lakukan berbeda dengan PP. Mereka membawa orang masuk ke dalam sebuah “gereja” sedangkan PP membawa Yesus kepada seseorang.
 
Dengan batasan itu maka tidak dapat dikatakan kita sedang melakukan PP bila membujuk atau mengajak seseorang datang ke gereja tanpa memperkenalkan Yesus terlebih dahulu. “Biar dia mengenal Yesus lewat kotbah pendeta,” mungkin begitulah Anda berkilah. ”Apakah itu salah?” Salah sih tidak. Tetapi yang menginjili teman Anda itu adalah pendeta atau organisasi gereja. Mengapa bukan Anda sendiri? Agar Anda luput dari risikonya?
 
2) Saya tidak cakap melakukannya
Untuk menginjili, seseorang harus mempunyai pengetahuan Alkitab yang lengkap. Betulkah pernyataan itu? Penginjilan abad pertama memberi fakta yang mencengangkan. Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus“ (Kisah 4:13). Mereka berdua orang biasa, bahkan tidak pernah sekolah seperti kita. Dalam PP, kita tidak perlu menjelaskan seluruh isi Alkitab. Perhatikan kalimat terakhir dalam ayat itu,”dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus“ yang dalam Alkitab berbahasa Inggris ditulis “and they recognized that they had been with Jesus" (ESV).
 
That’s it! Yesus yang kita kenal yang perlu kita ceritakan kepada mereka. Semakin erat hubungan kita dengan Yesus, semakin banyak pengalaman rohani kita dalam hidup sehari-hari, semakin banyak pula yang dapat kita ceritakan tentang Dia. Bagaimana caranya?
 
“Saya pernah mengalami masalah yang saat ini kamu alami. Tidak ada jalan keluarnya. Saya hampir stress berat kalau saja tidak ingat apa yang pernah Yesus katakan kepada pengikut-Nya bahwa . . . . . . “ Dengan kalimat ini kita mulai memperkenalkan Yesus yang kita kenal, Yesus yang berkarya dalam hidup kita. Jangan sekali-sekali mengharuskan ia menerima Yesus saat itu juga. Ini akan membuatnya marah. Tetapi ia tidak akan marah bila pada akhir pembicaraan itu kita berkata, “Boleh tidak saya berdoa menurut keyakinan saya, agar kamu mendapat jalan keluarnya?” Jika ia setuju, naikkanlah doa dengan kalimat pembuka “Tuhan Yesus, . . . . . . . . .” Lho, bukankah kita harus berdoa kepada Tuhan Allah, bukan kepada Tuhan Yesus? Jangan merisaukan hal ini. Itu urusan orang pandai. Dengan berdoa kepada Tuhan Yesus, kita ingin mengatakan kepadanya bahwa “Yesus adalah Tuhan.”
 
3) Saya takut orang membenci saya
“Semua orang itu berdosa, bahkan pada saat ia dilahirkan ia sudah membawa dosa nenek moyangnya. Setelah manusia beranjak dewasa, tidak ada 1 hari pun terlewatkan tanpa ia berbuat dosa. Demikan juga kamu!”
 
Penginjil yang hobi mengucapkan pidato semacam ini adalah penginjil yang tak tahu diri, yang lupa akan masa lalunya. Ia lupa ketika dulu Yesus datang menyapanya, Yesus tidak memasang wajah seram seorang hakim, tetapi wajah yang penuh belas kasihan melihat ia terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Matius 9:36).
 
Kasih karunia itu muncul sebelum seorang pendosa sempat membersihkan kotoran jiwanya. Ketika ia baru melangkah mendekati Sang Pencipta, Allah berlari menyambutnya. Sebelum ia mengucapkan penyesalannya, Allah sudah merangkul dan mencium dia walaupun ia masih mengenakan “pakaian” yang najis dan menjijikkan (Lukas 15:20). Barulah kemudian, dalam pelukan kasih karunia itu, ia mengucapkan penyesalannya. Kasih karunia datang bukan sebagai imbalan atas penyesalan seseorang.
 
Dalam PP kita tidak berkotbah, tetapi mendengarkan keluh-kesah. Orang tidak akan membenci kita bila kita tidak menyalahkannya walaupun ia patut dipersalahkan. Jadilah sahabatnya, seperti ketika Yesus berbicara dengan seorang perempuan Samaria di tepi sumur. Tidak ada kalimat dalam Yohanes 4:6-26 yang menyatakan Yesus menyalahkan perempuan itu sehingga perempuan itu bebas membuka diri untuk bercakap-cakap dengan Yesus lebih lama (4:27).
 
4) Saya takut teman-teman menertawakan saya
Mengapa takut ditertawakan? Karena kelakuan kita sehari-hari tidak menunjukkan bahwa kita adalah orang Kristen? Maybe yes, maybe no. Apakah kita tidak berdoa sebelum ulangan; kita dikenal sebagai tabloid gratis terlaris di sekolah; hape kita berisi gambar-gambar begituan; kita sering salah berhitung di kantin sekolah? Jika tidak, mengapa dipikirin?
 
Bisa juga kita ditertawakan karena apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang tidak trendy, sudah ketinggalan jaman, kuno. Buat apa percaya kepada Yesus kalau Dia bukan solusi segala masalah? Buktinya? Walau sudah berdoa berhari-hari tetap saja nilai rapot kita kebakaran; tetap saja kita ngejomblo; tetap saja stroke ayah kita tak sembuh; tetap saja ibu kita jadi tukang cuci keliling.
 
Kita sering melihat ketakutan ini jauh lebih besar daripada kenyataannya. Apakah Anda pernah berpikir apa yang orang ucapkan sering berbeda dengan apa yang mereka pikirkan? Kata seseorang yang mungkin Anda kenal, “Look beyond what you see, man!” Anda akan terheran-heran betapa orang yang menertawakan Anda sebetulnya mengherani, bahkan menghormati apa yang Anda lakukan. Mereka tidak mengerti mengapa Anda pergi ketika orang mengumbar cerita jorok, atau menolak minum minuman keras walaupun gratis. Mereka mengherani Anda yang tetap ke gereja walaupun pendetanya tidak bisa menyembuhkan ayah Anda dari stroke dan merubah profesi ibu Anda sebagai mobile public laundry executive. Keheranan ini bisa mendorong mereka menemui Anda dan bertanya “apa sih rahasianya?”
 
Jadi, jangan malu bila menjadi satu-satunya bintang yang masih bersinar di langit gelap (Filipi 2:14-15). Syukurilah keadaan itu, karena tidak ada bintang yang tampak di langit biru seperti guru TK yang salah mengajar sebuah lagu, “Bintang kecil di langit yang biru.”
 
5) Saya bukan orang Kristen yang baik
Memangnya pendeta Anda adalah orang tanpa dosa? Hampir setiap tokoh Alkitab punya cacat. Musa, pembunuh dan pemarah. Yakub, penipu dan pengecut. Saul, pemilik dendam-tak-sudah. Daud, pezinah dan pembunuh. Salomo, pemilik harem terbesar dalam sejarah Alkitab. Elia, penakut dan meragukan penyertaan Allah. Petrus, pahlawan waktu aman pengkhianat waktu gawat. Paulus, pembantai orang Kristen.
 
Dari 4 penulis Injil, Yohanes pernah saya benci. Ia sombong. Empat kali ia menyebut dirinya “murid yang dikasihi Yesus” (13:23, 19:26, 21:7, 21:20). Jika sebutan ini yang menulis Matius, Markus atau Lukas, boleh-boleh saja. Tetapi apakah bukan sebuah arogansi bila Anda menyebut diri sendiri, “saya, orang yang dikasihi Pendeta gereja ini”?
 
Setelah sekian lama menjadi orang Kristen yang tidak baik (ini bukan basa-basi) baru saya mengerti pernyataan Rasul Sombong itulah kunci jawaban mengapa Allah tidak memasukkan kita-kita ini ke dalam neraka.
 
Saya yakin andai Allah berkenan menghadirkan Yohanes dalam sebuah KKR Internasional di dunia saat ini, ia pasti memulai kotbahnya dengan kalimat “Saya Yohanes, orang yang dikasihi Yesus.” Itulah gelarnya yang paling tinggi di antara gelar-gelar lainnya sebagai rasul, penulis beberapa kitab dalam Perjanjian Baru, rasul yang paling panjang usianya, rasul yang mati wajar tidak karena aniaya, atau pun sebagai penulis Kitab Wahyu yang penuh misteri. Ia pasti dengan teramat bangga dan sukacita meluap-luap menyebut dirinya “orang yang dikasihi Yesus”.
 
Betul, Anda bukan orang Kristen yang baik. Tetapi Anda adalah orang yang dikasihi Yesus. Inilah pernyataan yang harus kita pegang dalam PP, “Saya adalah orang yang dikasihi Yesus, walaupun saya bukan orang baik. Karena itu saya tahu pasti, Yesus juga mengasihi Anda.”
 
6) Tidak ada teman Kristen saya yang melakukannya
Pernah bertanya kepada mereka mengapanya? Mungkin penyebabnya seperti yang saya tulis. Mungkin mereka tidak tahu bagaimana memulai sebuah PP. Carilah buku-buku tentang PP dan diskusikanlah dengan mereka. Berdirilah di depan mereka, jadilah yang pertama melakukan PP. Berilah contoh yang sederhana. Misalnya, ketika Anda mendoakan seorang teman di rumah sakit, doakan pula pasien-pasien sekamarnya tanpa perlu mendatangi mereka. Nah, waktu pulang jangan lupa menyalami mereka. Datanglah kembali esok hari, pasti ada di antara mereka yang tersenyum ramah melihat kedatangan Anda. Just like that? Iyalah. So simple, bukan?
 
7) Saya tidak tahu bagaimana memulainya
Contoh-contoh yang saya tulis di atas bukan my original ideas tetapi dari menanyai orang-orang Kristen, “Bagaimana kamu bisa jadi Kristen?” Lebih banyak dari mereka adalah hasil pekerjaan PP. Dari merekalah saya mendapat cara-cara PP yang amat sederhana tetapi efektip yang membuat mereka menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Tanyailah orang-orang di gereja Anda proses mereka menjadi Kristen. Jangan lupa, pendeta Anda adalah pakarnya. Jadi, bertanyalah kepadanya cara sederhana melakukan PP.
 
8) Saya tidak melihat hasilnya
Buat apa kita terus mengajar Sekolah Minggu bila membuat anak-anak duduk tenang saja tidak bisa? Buat apa kita bertahan jadi pelatih koor bila yang dilatih tidak pernah bisa menyanyi? Buat apa kita melakukan PP sementara pendeta kita saja selama 1 tahun terakhir ini tidak pernah melakukan baptisan?
 
Adalah manusiawi mempunyai keinginan melihat hasil akhir pekerjaan kita. Sayangnya, sebuah kerja pelayanan seperti meletakkan sebuah batu di tengah sungai. Tenggelam ke dasar, hilang dari penglihatan. Kita tidak tahu di kemudian hari ada orang yang meletakkan sebuah batu di atasnya. Dan kejadian itu terus berulang sehingga tumpukan batu itu menjadi pondasi sebuah tiang yang di atasnya dapat dibentangkan sebuah jembatan. Ketika jembatan itu diresmikan penggunaannya, apakah ada yang ingat jembatan itu berawal dari batu yang kita bawa dengan susah payah ke tengah sungai? Jangankan orang lain, kita sendiri juga sudah lupa pernah melakukan pekerjaan yang “sia-sia” itu.
 
“Saya ingin dibaptis. Bagaimana caranya?” tanya lelaki tua itu penuh harap. Saya terpana. Kami bertemu di gereja entah sudah berapa bulan yang lalu. Ia bertanya segala sesuatu tentang pengurusan jenazah karena sebagai orang yang hidup sebatang kara ia tidak ingin kelak jenazahnya terlantar. Saya mengantarnya ke kantor yayasan Kristen yang mengurusi kematian. Walau ia punya rumah sendiri, hidup dari uang pensiun pegawai negeri, pelitnya bukan main. Ia menanggapi setiap pertanyaan dengan kecurigaan tinggi. Pendek kata, ia orang yang menjengkelkan. Pada akhir pembicaraan, saya berkata, “Sekarang semua sudah beres. Oom tidak perlu lagi kuatir bila nanti meninggal. Tetapi ada satu yang kurang, yang harus diurus sendiri karena orang lain tidak bisa membantu. Bagaimana dengan roh atau jiwa Oom? Sudah dipersiapkan tempat tinggalnya? Atau mau dibiarkan gentayangan?”
 
Apa maksudmu? tanyanya dengan nada tinggi. “Apa Oom percaya ada surga buat jiwa Oom? Lewat Tuhan Yesus gratis kok.” Itu urusan saya, bukan urusanmu, jawabnya marah. “Memang itu urusan Oom sendiri. Saya cuma mengingatkan. Siapa tahu Oom kelupaan. Namanya juga orang tua. Hehehe.” Kemudian kami berpisah. Ia tidak pernah saya lihat di gereja. Beberapa kali ia saya telepon, tetapi ia tidak mau bicara, juga tidak mau menerima kunjungan saya. Sekarang, setelah saya melupakannya, ia ada di depan saya dan berkata “saya ingin dibaptis” sehingga saya terpana. Perasaan sih, saya tidak pernah melakukan penginjilan kepada orang yang menjengkelkan ini. (Kisah selengkapnya silakan Anda baca di “Perawan Pendamping Kematian”.)
 
Bisa saja terjadi 12 tahun ke depan selesai kebaktian di sebuah gereja, pendetanya mendatangi Anda dan bertanya, “Kapan Tante pindah ke kota ini? Nah ketahuan, pasti lupa sama saya. Saya pernah jadi murid Sekolah Minggu Tante yang paling nakal sampai Tante bilang begini. ‘Kamu ini kok kotbah terus. Kalau sudah besar, kamu ini pantasnya jadi pendeta. Tapi sekarang di Sekolah Minggu ngomongnya direm dulu ya.’ Perkataan Tante itu nancep banget di hati saya. Sejak itu saya pengen jadi pendeta. Waktu saya diwisuda saya mengirim surat untuk Tante ke gereja kita yang dulu. Sayang, Tante sudah pindah ke kota lain.” Siapa yang mengira teguran Anda diterimanya sebagai nubuatan? Siapa mengira apa yang kita lakukan dengan hati galau, Tuhan ubah menjadi berkat besar bagi orang lain?
 
Saya yakin ketika kita melakukan kerja pelayanan, Tuhan datang dan berdiri di samping kita. Saya yakin ketika kita menyebut nama Yesus dalam sebuah pembicaraan, Yesus mendekat dan ikut berbicara.
 
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58).
 
(the end)
 

 

joli's picture

@Purnomo, tidak tahu bagaimana mengakhirinya..

7) Saya tidak tahu bagaimana memulainya

Purnomo, Saya tahu bagaimana memulainya, namun tidak tahu bagaimana mengakhirinya.. di sini

9) Saya tidak menyukai-nya

Baik atau tidak baik beritakan injil. Kenapa ada orang Kristen yang sakit, dan banyak orang Kristen berserakan dimana-mana? Supaya kabar baik di beritakan dimana-mana dan kepada siapa saja, baik di rumah sakit maupun dimana saja.

Saat ini, ada hal yang membuat Joli terdampar di dunia antah berantah, yang belum pernah di datangi sebelum-nya. Dunia boyo, kata-nya tidak ada yang kebetulan, jadi nikmati dimanapun berada, berteman-lah dengan siapa saja. Mulai belajar menyesuaikan bahasanya, cara ngomong-nya, meski tetap berjaga tuk tidak di gigit-nya.

Setelah beberapa waktu, sudah mulai terbiasa, ada dorongan juga tuk berbicara tentang Gusti, namun kadang kata-kata masih tertelan.. bagaimana mungkin bercerita kepada orang yang saya tidak saya sukai? Benar, saya tidak menyukainya.  Meski mungkin tujuan di damparkan di sini tuk bercerita kabar suka cita.. , piye coba??

 

Purnomo's picture

Joli, pertanyaannya terbalik

Blog rujukan Joli berjudul “Bila mulut kelu untuk bersaksi” saya baca ulang karena seingat saya di situ Joli bercerita walau komunikasi lancar tetapi tidak bisa mengarahkannya kepada pemberitaan Injil. Ternyata isi blog belum berubah dan dengan demikian pernyataan Joli “Saya tahu bagaimana memulainya namun tidak tahu bagaimana mengakhirinya” berarti “Saya tidak tahu bagaimana memulainya”.

Saya tidak mengomentarinya di sini karena komentar-komentar yang mengikuti blog “Bila mulut kelu untuk bersaksi” berkwalitas prima. Bila masih kurang menyemangati bisa belajar dari Kursus Pelayanan Pribadi - Bab 8 Beberapa Pendekatan yang bisa diklik di sini. Jika ingin privat les cari Iik yang trampil memanfaatkan atau memaknai situasi sekeliling kepada pemberitaan Injil.

 

9) Saya tidak menyukai-nya (si prospek). Dari 10 orang yang saya kenal bisa saja saya membenci yang delapan. Lalu, mengapa harus memikirkan yang 8 jika masih ada 2 yang saya senangi? Bukankah excuse seperti ini juga sering kita pergunakan untuk tidak lagi meminjamkan uang kepada teman karena, “Dari 10 orang yang pernah pinjam uang ternyata 9 orang tega tidak mengembalikannya.” Yang berat adalah bila pernyataan “Saya tidak menyukai-nya” di mana kata “nya” mewakili “memberitakan Injil”. Untuk kasus ini saya hanya bisa merujuk kepada artikel yang pernah saya tulis di bawah judul Loyality Levels. Jika kita belum suka memberitakan Injil, tak usah memaksa diri daripada nanti malah bertindak yang aneh-aneh.

 

Salam.
joli's picture

@Purnomo, emang bisa tidak bercerita ??

Purnomo, matur nuwun, untuk link "kursus pelayanan pribadi" nanti akan Joli akan share ama om dan tante temen-temen Joli. Sekarang lagi belajar melakukan penginjilan pribadi bersama mereka. Mempraktekannya..., tetap seperti ketika mulut kelu, yang Joli maksud tahu memulainya, adalah bisa memulai mnceritakan tentang Gusti Yesus, tapi tak tahu mengakhirinya,mengakhiri dengan tantangan terima Kristus sebagai JuruSlamat.

Ya, ternyata kok ya ada blog Purnomo yang kelewatan Joli baca tho? Loyality level termasuk yang terkubur oleh banyaknya blog di SS, jadi terlompati. Makasih mencantumkan-nya lagi..

Yang Joli tidak sukai adalah si prospek, tapi sekarang lagi cari jalan dan cara yang lain.. paling nggak mencoba mendoakan lebih dahulu, lha wong kadang bisa anyel buanget-e..

Purnomo : Yang berat adalah bila pernyataan “Saya tidak menyukai-nya” di mana kata “nya” mewakili “memberitakan Injil”.

Mana bisa sih?? setiap orang yang pernah diampuni dosanya dan di pulihkan oleh kasihNYA, bagaimana mungkin tidak ingin segera memberitakannya? mana bisa dan mana ada orang yang tidak suka mewartakan kabar sukacita yang dialaminya?? bila tidak suka patut ditanyakan apakah orang itu sudah pernah mengalaminya. Lha wong kabar buruk aja, bila kita alami, tetap kepingin kita ceritakan dengan orang yang paling dekat dan yang kita percaya kok, apalagi kabar sukacita..

iik j's picture

@purnomo, Cerita yang tidak pernah berakhir

Saya yakin ketika kita melakukan kerja pelayanan, Tuhan datang dan berdiri di samping kita. Saya yakin ketika kita menyebut nama Yesus dalam sebuah pembicaraan, Yesus mendekat dan ikut berbicara.
 
1) Saya tidak ingin membuat orang marah
 Itu Resiko!!! Tidak ada orang yang 'happy' waktu 'dagingnya diutak atik'  ataupun ditelanjangi oleh orang lain. Tapi itu resiko untuk keselamatannya.. mau gimana lagi?

2) Saya tidak cakap melakukannya
Seorang teman berkata pada saya, "yang Tuhan butuhkan bukan kemampuanmu Ik, tapi KEMAUANmu! Semua orang yang dipilih Tuhan .. dulunya juga bukan siapa-siapa!

3) Saya takut orang membenci saya

Matius: 10: 22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

4) Saya takut teman-teman menertawakan saya

Matius: 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
 

5) Saya bukan orang Kristen yang baik

Apakah definisi baik? Hanya Tuhan juga yang memampukan kita melakukan kehendakNya?

Janjinya di Yehezkiel 36:26-27, Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
 

6) Tidak ada teman Kristen saya yang melakukannya

"Ada kok. Perkenalkan... nama saya IIK J... he he heh e... "

7) Saya tidak tahu bagaimana memulainya

Resepnya: Mulai aja dari yang paling sederhana... kisah hidup anda sendiri. Kalau 'benar-benar' sudah memiliki Yesus Kristus dalam hidup anda.. pasti ANda diubahkan... dan pasti bisa mengatakannya...

8) Saya tidak melihat hasilnya

Ha ha haha ha ha ha... dikirain... !! Dari 10  orang yang saya bagikan Injil.. dari semua kisah yang tertulis di sini ... paling-paling cuma beberapa yang menerima dan akhirnya benar-benar bertahan (paling tidak sampai saat ini).

Hasil emang penting, karena itu 'buah' dari tindakan kita, tapi itu bukan yang utama. KETAATAN itulah yang saya kira paling prioritas.

Duluuuuuuuu sekali 10 tahun yang lalu... seorang anak SMA memberitakan Injil kepada seseorang di kawasan Simpang 5. Ditolak mentah-mentah... dimaki... dan tidak menghasilkan apapun.

6 tahun berlalu... Seseorang itu selalu 'merasa terganggu' dengan perkataan anak itu. Tapi tidak ada jalan keluar. Hingga seseorang yang lain dengan tiba-tiba berkata-kata hal yang sama.

Kali ini dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertobat lahir baru dan diubahkan oleh Yesus Kristus.

2 tahun kemudian.. orang tersebut pergi ke salah satu kepulauan di Maluku Utara.  Melakukan hal yang sama dan sejarah itu berlanjut.

Hasil dari salah satu penginjilan yang dilakukannya adalah seorang perempuan yang kisahnya tertulis di blog saya BADAI ITU LUAR BIASA!!!.

Hari ini... perempuan itu bercerita kepada saya... bahwa dia baru saja memberitakan tentang YESUS KRISTUS yang hidup itu kepada seseorang dari 'kepercayaan' lain di suatu tempat.

CERITA INI TERNYATA TIDAK PERNAH BERAKHIR!!!

Jika semua orang yang menyebut diri "Kristen' melakukannya... hasilnya pasti luar biasa.

Thanks Pak Purnomo karena tulisan anda yang luar biasa..

God Bless

 

passion for Christ, compassion for the lost

Purnomo's picture

Tak akan berhenti walau aku mati

Itu satu kalimat dalam sebuah puisi yang ditulis oleh seorang perempuan mantan penyiar pemancar Kristen yang meninggal karena kanker kelenjar getah bening yang dia minta dibacakan sebelum peti matinya ditutup.

Puisi itu berisi pujian kepada Allah dan kiprahnya membagikan kabar kesukaan kepada orang lain yang tak akan berhenti walau dia mati. Seperti yang dikisahkan oleh Iik, berita itu seperti reaksi kimia berantai yang hanya berhenti setelah alam semesta ini musnah.

Thx telah melengkapi artikel saya.

Salam.

akhung's picture

kenapa ga PI Pribadi no 10 & 11

10. Yang penting saya masuk surga cukup

keselamatan jadi sesuatu yang sekedar untuk personal & egois aja.. jadi lupa tanggungjawab untuk mengerjakan misi Allah

11. Salah paham doktrin

Toh sudah ditetapkan Allah sejak semula. so ga mungkin gagal lah.. ga perlu repot2 menginjili juga kalo Tuhan mau, ya orang pasti selamat...

 

Senang pak pur, ada tulisan yang memberi warna yang berbeda di SS. Menurutku sih isu-isu seperti ini lebih berguna.

Jesus Bless U


Akhung Berithel

Kita tidak bisa selalu memiliki apa yang kita sukai, tapi kita bisa belajar menyukai dan mensyukuri apa yang kita miliki

 

__________________

 

Kita tidak bisa selalu memiliki apa yang kita sukai, tapi kita bisa belajar menyukai dan mensyukuri apa yang kita miliki

Purnomo's picture

Koh Akhung tahu aja

Tambahan point diterima dengan sukacita.

Mohon Koh Akhung berbesar hati mengijinkan saya mengedit no.11 menjadi Salah Memahami Doktrin. Ini yang paling mengganjal gerakan misi di beberapa gereja.  Tuhan sudah menetapkan siapa-siapa saja yang akan diselamatkan-Nya. Jadi, marilah kita menunggu mereka datang daripada repot tenaga dan berat diongkos mendatangi mereka. 'Kan tidak efisien mengadakan KKR berbiaya 10 juta e yang bertobat hanya 1 orang? Sudah hanya 1 orang, miskin lagi sehingga kas diakonia makin cepat menipis. Untungnya, tidak semua gereja dan orang Kristen begitu kok.

Salam.