Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Apakah aku disantet?

iik j's picture

“Apakah aku disantet? Apa semua malapetaka yang menimpaku ini karena ada orang yang membenciku? Apakah  ini karena aku tidak nyekar ke makam almarhum suamiku? Apakah ada kesembuhan untukku? Apakah ada mujizat kesembuhan dari Tuhan? Apa yang harus kulakukan? Aku sudah hampir putus asa!!!”

Demikian penjelasan dari Ita, salah satu ‘teman baru’ ku sabtu malam waktu aku berkunjung ke rumahnya. Penyakit menderanya tanpa henti, thypus, usus buntu, thypus lagi, dan entah apa lagi (saking banyaknya aku sudah lupa apa saja penyakitnya). Sudah berapa dokter didatanginya, sudah berpuluh juta rupiah dikeluarkannya, sudah berkali-kali masuk RS, dan entah apa lagi yang sudah dikorbankannya untuk memperoleh kesembuhan

“Apakah ada yang santet kamu? Aku nggak tahu. Apa semua malapetaka yang menimpamu ini karena ada orang yang membencimu? Aku juga nggak tahu. Aku sama sekali bukan ahli yang begitu-begitu. Aku nggak tahu apa-apa Ita... Apakah  ini karena kamu tidak nyekar ke makam almarhum suamimu? Kalau yang ini jelas bukan! Tapi mari kita lihat saja di Alkitab tentang semua yang kamu alami. Akupun membukakannya di Mazmur 107:17-22 Ada orang-orang menjadi sakit oleh sebab kelakuan mereka yang berdosa, dan disiksa oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka; mereka muak terhadap segala makanan dan mereka sudah sampai pada pintu gerbang maut. Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia. Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur, dan menceritakan pekerjaan-pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai!

"Apakah ada mujizat kesembuhan dari Tuhan? Pasti ada, entah bagaimanapun caranya! Apa yang harus kau lakukan? Datanglah pada Tuhan yang adalah penyembuh! Apapun itu, yang aku tahu akarnya adalah dosa manusia. Dan semua yang terjadi, pasti diijinkanNya, supaya pada akhirnya kita bisa mengenalNya” jawabku

“Aku sudah berusaha sekuat tenaga. Aku sudah .... berteriak kepada Tuhan, aku meminta kesembuhan dariNya, aku...” katanya lagi

“Sebelumnya, aku mau bertanya dulu. Apa yang sebenarnya terjadi, yang kamu alami... jauh sebelum semua ini datang beruntun padamu. Ceritakan saja...”

Ita mulai bercerita kisah panjang hidupnya. Tentang hidupnya dulu, tentang suaminya yang seorang pendoa syafaat salah satu gereja namun meninggal karena lever tepat 2 tahun setelah ia menikah. Dia menyalahkan Tuhan habis-habisan... dia tidak percaya bahwa Tuhan tidak menyembuhkan orang yang telah sedemikian baik melayaniNya, dan memberikan kesempatan hidup kepada orang yang lebih jahat. Dia kemudian hidup sesuai kehendaknya sendiri, mengisi kekosongan hati, mengisi kehampaan jiwanya dengan segala cara yang dia bisa lakukan. Tentang orang-orang yang tidak menyukainya, tentang orang-orang yang dimusuhinya, tentang segala sesuatu... Hingga akhirnya semua penyakit itu datang padanya.

“Tidak ada segala sesuatu yang kebetulan Ita, tidak ada satupun di dunia dengan begitu saja  terjadi tanpa kehendakNya. Aku percaya ada anugerah Tuhan buat kamu. Dan itulah yang harus kamu dengarkan kali ini”

Akhirnya kami berbicara banyak tentang kebenaran Firman Tuhan, dan puji Tuhan dia mulai terbuka banyak hal, dan mengakui kehidupannya. Kami berharap dia mengerti, dan akhirnya suatu saat nanti dengan iman dia bisa kembali kepada Tuhan dengan sungguh sungguh dan juga menerima mujizat kesembuhan. Aku hanya berharap itu yang terjadi padanya... lebih dari semua misteri yang ditanyakannya kepadaku...

                                                                  ***
 

Purnawan Kristanto's picture

 Iik is a good counselor

 Iik is a good counselor

Manusia diberi dua telinga, tapi hanya satu mulut, supaya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Sayangnya, di dunia maya ini kebalikannya:

Manusia diberi sepuluh jari dan hanya dua mata. Akibatnya, mereka lebih banyak 'berbicara' (mengetik), daripada 'mendengar' (membaca)....he..he..he

----------------------------------------

 

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

iik j's picture

@Purnawan:tak pandai bicara

 Iik is a good counselor...

jadi malu saya...

Saya sebenarnya tak pandai bicara dan "berbicara"...

Saya hanya jalan saja... dan belajar taat...

 

 

For to me to live is Christ, and to die is gain.

Purnawan Kristanto's picture

Rela Mendengar

Konselor yang baik tidak harus pandai berbicara, tapi perlu mengasah ketrampilan untuk MENDENGAR. Sudah banyak orang yang fasih berbicara di dunia ini. Yang masih langka adalah orang yang RELA untuk mendengarkan.

 

..................................

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

iik j's picture

@Purnawan, tidak sembarang menembak

iya pak, betul! Kadang orang sampai bingung melihat saya bisa tahan mendengar orang bercerita, menangis, berkeluh kesah tentang hidup mereka selama berjam-jam...

Padahal itu semua supaya saya bisa mengerti benar masalah mereka, dan terbuka celah Injil (terserah orang bilang saya loading lambat... atau apa)

Itu supaya saya tidak sembarang menembakkan senjata tanpa tahu siapa musuh saya sebenarnya.

Lebih baik sedikit bersabar tetapi tepat sasaran, daripada 'sembrono' dan melakukan banyak kesalahan.  Mungkin gitu ya...

For to me to live is Christ, and to die is gain.

Samuel Franklyn's picture

Ita adalah sang pemberontak

Ita adalah sang pemberontak. Anda tahu kan bagaimana cara penjaga pantai menolong orang pemberontak? Orang macam ini harus minum air dahulu dan hampir tenggelam baru ditolong. Kelihatannya memang kejam tapi tanpa kehancuran hati dan pertobatan yang sungguh Tuhan tidak mau menolong.

iik j's picture

@SF: Hukuman untuk pemberontak?

Iya SF, saya pernah dengar hal itu..  dan kayaknya memang kejam, tapi kalau bukan itu yang dilakukan, maka dia sendiri akan 'membunuh' kita.

tanpa kehancuran hati dan pertobatan yang sungguh Tuhan tidak mau menolong.

Tuhan yang mengeraskan, Tuhan yang melembutkan hati ya..

For to me to live is Christ, and to die is gain.

Samuel Franklyn's picture

Tidak semua penyakit hukuman

Tidak semua penyakit adalah hukuman Tuhan. Tapi perilaku Ita yang menyalahkan Tuhan dan menyalahkan orang lain bukanlah perilaku orang yang bertobat. Coba renungkan baik-baik kalimat pertama Ita ke kamu: "Apakah aku disantet?". Dari kalimat ini saja saya bisa menarik beberapa kesimpulan:

  1. Ita menyalahkan orang lain
  2. Ita percaya bahwa perlindungan Tuhan kalah dengan ilmu mistik
  3. Ita percaya akan ilmu mistik

Tiga dosa ini saja sudah amat berat hukumannya. Untuk bisa ditolong Tuhan perlu bertobat. Untuk bertobat perlu menyadari dosa sendiri dan merubah pemikiran sendiri.

Ajak Ita merubah pemikirannya sampai dia bisa berkata dengan jujur: "Semua yang saya alami ini memang pantas saya terima. Saya akui saya bersalah sama Tuhan. Kalau Tuhan hukum saya sampai mati pun saya memang pantas menerimanya." Pada saat Ita bisa berkata seperti ini dengan jujur maka sekalipun Ita mati dalam penderitaan akan tetapi dia sudah berdamai dengan Tuhan.

iik j's picture

@SF, merampas dari api?

Tapi perilaku Ita yang menyalahkan Tuhan dan menyalahkan orang lain bukanlah perilaku orang yang bertobat.

Yup! betul banget brother..

Sampai dengan Ita yang sekarang dan baru saja. setiap kali saya menemui orang sakit non Kristen, bahkan Kristen, pertanyaan2 itu pula yang kerap saya jumpai.

Menuntunnya sampai Ita merubah pemikirannya sampai dia bisa berkata dengan jujur: "Semua yang saya alami ini memang pantas saya terima. Saya akui saya bersalah sama Tuhan. Kalau Tuhan hukum saya sampai mati pun saya memang pantas menerimanya."

bukan hal yang mudah. tapi itu konsekwensi dari setiap orang yang memberitakan Injil... saya jadi teringat ayat ini;

Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa. Yudas 1:22-23

Betul seperti itu kan?
 

For to me to live is Christ, and to die is gain.

agamaitucandu's picture

@iik blogspotnya kok kosong?

*padahal udah siap nyatet* 

__________________

.

iik j's picture

@AIC, bisa kok..

bisa kok...

For to me to live is Christ, and to die is gain.

agamaitucandu's picture

@iik: ga bisa pake opera

*ntar lapor ke si ahmad, templatenya ga support Opera*

__________________

.

iik j's picture

@AIC, ahmad? tukang siomay?

oooooo... gitu..? ga tahu aku soal begituan. tanya gih sana sama ahmadmu. ahmad yang disini tukang siomay.

For to me to live is Christ, and to die is gain.

agamaitucandu's picture

ahmad nabi yang akan datang

Itu lho si ahmad isnaini yg suka bikin template blog, salah satu karyanya itu yang Anda pake di blogspot.  Mungkin dia ngobyek nyomay juga  nyam-nyam

*nguyah keripik-syetan*

__________________

.

iik j's picture

@AIC, no komen

terserah lah .. no komen..

For to me to live is Christ, and to die is gain.

ebed_adonai's picture

@ iik j

Mbak Iik, anda menulis:

"..Tidak ada segala sesuatu yang kebetulan Ita, tidak ada satupun di dunia dengan begitu saja  terjadi tanpa kehendakNya. Aku percaya ada anugerah Tuhan buat kamu. Dan itulah yang harus kamu dengarkan kali ini.."

Mbak Iik, tanpa bermaksud merendahkan nasehat anda kepada teman anda tersebut, saya kira jauh di lubuk hatinya, sebagai seorang Kristen (dia Kristen bukan? Cmiiw), dia pasti sadar akan kalimat anda tersebut.......Hanya saja, dengan segala beban yang tengah dialaminya,...dia jadi sedikit lupa dengan itu,...dan perlu untuk diingatkan seorang sahabat yang baik, seperti anda.... 

Masalahnya, bukan intensitas dari berbagai malapetaka yang menimpa seseorang, yang menyebabkan seseorang menjadi seperti teman anda tersebut, tetapi lamanya ia menjalani penderitaan tersebut. Dalam dunia yang nyata, tidak semuanya berjalan seperti Mat 7:7. Lalu, kalau sudah begitu, apakah hal tersebut lantas menjadi "tanggungan" orang-orang yang menderita seperti teman anda tersebut, seperti apakah ia kurang berdoa, kurang puasa, kurang mendengar, kurang memahami maksud Tuhan, dll? Lalu di manakah Bapa yang murah hati, yang memberikan hujan dan matahari kepada orang-orang baik dan jahat? Apakah Dia senang membuat orang yang sudah hancur remuk menjadi semakin terpuruk dalam kejatuhannya (kamu itu,..banyak dosa,...begini...begitu...dll), atau apa Dia senang membuat syarat dalam memberikan pemulihan bagi seseorang yang betul-betul menderita kesakitan (kamu itu,... cari maksud Tuhan dulu,...gereja dulu, bikin ini dulu, itu dulu, dll, ntar baru kamu sembuh, ingat ya...)? Apakah kalau menyalahkan Tuhan (dalam keterbatasan kita sebagai manusia, di tengah-tengah segala kesesakan yang tidak kita mengerti), seperti yang dilakukan teman anda itu kepada Tuhan itu melulu berarti dosa besar? Saya tidak mengingkari kebenaran firman Allah dalam Mzm 107:17-22. Saya juga tidak menganggap rendah makna pertobatan. Namun apakah setiap orang yang mengalami hal-hal yang mengerikan seperti teman anda itu, melulu karena tingkah-laku mereka seperti yang terdapat dalam Mzm 107:17-22?

Mbak Iik, saya pribadi mengalami situasi yang hampir mirip dengan teman anda tersebut, yang tidak usah saya jelaskan di sini. Saya juga sudah melewati masa-masa seperti teman anda itu, hingga akhirnya saya bosan mempertanyakan apakah saya salah ini, saya salah itu, dll. Saya tetap percaya pada Tuhan. Namun jujur, saya juga tidak tahu (sampai saat ini) apa maksudNya Ia mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi pada saya, walau saya sadar, bahwa itu memang untuk kebaikan saya. Dan satu hal yang pasti, dengan tidak bermaksud sombong, saya berhenti bersikap seperti teman anda tersebut, dengan terus-menerus memojokkan diri sendiri. Bahkan di dalam segala kesusahan saya sekarang ini, saya justru bisa mengembangkan hobi lama saya, fotografi, dan malah menemukan hobi baru di SS ini. Soal kapan Tuhan memanggil saya, dan kapan Ia menjawab keluh-kesah saya, biarlah itu urusanNya sendiri. Yang penting, selama Tuhan belum mengambil nafas ini, saya ingin terus hidup dan berkarya, seperti orang-orang lain juga...

Dan sebagai orang yang turut merasakan penderitaan seperti yang teman mbak Iik alami, hanya satu hal sederhana, yang selama ini ingin saya dengar untuk diucapkan kepadaku, ditengah-tengah segala kepahitan ini: "...Semoga kamu tabah dan kuat di dalam Tuhan menjalani semuanya ini...." Sederhana bukan mbak Iik? Namun semua yang datang kepada saya bersikap layaknya teman-teman Ayub saja........

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

ebed_adonai's picture

@iik j: koreksi atas salah tulis saya

Mbak Iik, anda menulis:

"..Tidak ada segala sesuatu yang kebetulan Ita, tidak ada satupun di dunia dengan begitu saja  terjadi tanpa kehendakNya. Aku percaya ada anugerah Tuhan buat kamu. Dan itulah yang harus kamu dengarkan kali ini.."

Mbak Iik, tanpa bermaksud merendahkan nasehat anda kepada teman anda tersebut, saya kira jauh di lubuk hatinya, sebagai seorang Kristen (dia Kristen bukan? Cmiiw), dia pasti sadar akan kalimat anda tersebut.......Hanya saja, dengan segala beban yang tengah dialaminya,...dia jadi sedikit lupa dengan itu,...dan perlu untuk diingatkan seorang sahabat yang baik, seperti anda.... 

Masalahnya, bukan intensitas dari berbagai malapetaka yang menimpa seseorang, yang menyebabkan seseorang menjadi seperti teman anda tersebut, tetapi lamanya ia menjalani penderitaan tersebut. Dalam dunia yang nyata, tidak semuanya berjalan seperti Mat 7:7. Lalu, kalau sudah begitu, apakah hal tersebut lantas menjadi "tanggungan" orang-orang yang menderita seperti teman anda tersebut, seperti apakah ia kurang berdoa, kurang puasa, kurang mendengar, kurang memahami maksud Tuhan, dll? Lalu di manakah Bapa yang murah hati, yang memberikan hujan dan matahari kepada orang-orang baik dan jahat? Apakah Dia senang membuat orang yang sudah hancur remuk menjadi semakin terpuruk dalam kejatuhannya (kamu itu,..banyak dosa,...begini...begitu...dll), atau apa Dia senang membuat syarat dalam memberikan pemulihan bagi seseorang yang betul-betul menderita kesakitan (kamu itu,... cari maksud Tuhan dulu,...gereja dulu, bikin ini dulu, itu dulu, dll, ntar baru kamu sembuh, ingat ya...)? Apakah kalau menyalahkan Tuhan (dalam keterbatasan kita sebagai manusia, di tengah-tengah segala kesesakan yang tidak kita mengerti), seperti yang dilakukan teman anda itu kepada Tuhan itu melulu berarti dosa besar? Saya tidak mengingkari kebenaran firman Allah dalam Mzm 107:17-22. Saya juga tidak menganggap rendah makna pertobatan. Namun apakah setiap orang yang mengalami hal-hal yang mengerikan seperti teman anda itu, melulu karena tingkah-laku mereka seperti yang terdapat dalam Mzm 107:17-22?

Mbak Iik, saya pribadi mengalami situasi yang hampir mirip dengan teman anda tersebut, yang tidak usah saya jelaskan di sini. Saya juga sudah melewati masa-masa seperti teman anda itu, hingga akhirnya saya bosan mempertanyakan apakah saya salah ini, saya salah itu, dll. Saya tetap percaya pada Tuhan. Namun jujur, saya juga tidak tahu (sampai saat ini) apa maksudNya Ia mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi pada saya, dan sampai kapankah hal itu berlangsung, walau saya sadar, bahwa itu memang untuk kebaikan saya. Dan satu hal yang pasti, dengan tidak bermaksud sombong, saya berhenti bersikap seperti teman anda tersebut, yang terus-menerus memojokkan dirinya sendiri. Kita terima sajalah segala kesusahan yang terjadi sambil terus maju, terimalah ketidaktahuan kita akan rencana Tuhan, dan berhentilah merasa menganggap ini semua melulu terjadi karena dosa-dosa kita (tolong Bapak dan Ibu di bidang konseling memperhatikan hal ini). Dengan mengembangkan sikap positif seperti itu, bahkan di dalam segala kesusahan saya sekarang ini, saya justru bisa mengembangkan hobi lama saya, fotografi, dan malah menemukan hobi baru di SS ini. Soal kapan Tuhan memanggil saya, dan kapan Ia menjawab segala keluh-kesah saya, biarlah itu urusanNya sendiri. Yang penting, selama Tuhan belum mengambil nafas ini, saya ingin terus hidup dan berkarya, seperti orang-orang lain juga...

Dan sebagai orang yang turut merasakan penderitaan seperti yang teman mbak Iik alami, hanya satu hal sederhana, yang selama ini ingin saya dengar untuk diucapkan kepadaku, ditengah-tengah segala kepahitan ini: "...Semoga kamu tabah dan kuat di dalam Tuhan menjalani semuanya ini...." Sederhana bukan mbak Iik? Namun semua yang datang kepada saya bersikap layaknya teman-teman Ayub saja........

Shalom!

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

iik j's picture

@Ebed,

Wah.... komentarnya banyak ya.. he he he.. jadi grogi..

Pertama, dia bukan Kristen, hanya sempat menjadi kristen karena ikut suaminya yang sudah meninggal itu, setelah itu dia kembali lagi kepada kehidupannya

Kedua. Mendengarkannya, entah apapun ceritanya. Lha sambil berdoa juga nihhh... hi hi ... saya bukan ahli ilmu kebatinan yang bisa langsung tahu masalah orang... jadi bertanya aja sama Tuhan yang mempunyai segala jawaban

Ketiga. Mengingatkan.. ya itu juga yang harus saya lakukan padanya, bahwa diatas segala penderitaan yang terjadi padanya ada Tuhan dan anugerahnya.

Keempat. Saya tidak bisa sekedar menghibur dengan perkataan "...Semoga kamu tabah dan kuat di dalam Tuhan menjalani semuanya ini....". Karena semua orang pasti juga telah memberikan jawaban yang sama, bahkan para psikolog bisa mempunyai jawaban lebih bagus dari itu, dan saya bukan psikolog. Tetapi lebih dari itu semua orang harus mengerti mengapa semua terjadi/akar/solusi atau apa... dan membawanya ke Tuhan.. iya kan?

Ebed, tanpa bermaksud apapun, untuk pernyataan anda seperti orang-orang yang menderita seperti teman anda tersebut, seperti apakah ia kurang berdoa, kurang puasa, kurang mendengar, kurang memahami maksud Tuhan, dll? Lalu di manakah Bapa yang murah hati, yang memberikan hujan dan matahari kepada orang-orang baik dan jahat? Apakah Dia senang membuat orang yang sudah hancur remuk menjadi semakin terpuruk dalam kejatuhannya (kamu itu,..banyak dosa,...begini...begitu...dll),

Saya tak bisa menghakiminya, karena saya bukan hakim

Saya hanya punya jawabannya juga di Alkitab diantaranya Yesaya 59:1-2, Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu dan mungkin juga banyak lagi ayat di Alkitab, tentang akar dosa manusia dan terpisahnya hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Ebed, setiap orang unik, kasus yang dimilikinya pun berbeda. Mungkin beberapa orang bisa sakit yang sama, tetapi mungkin akarnya yang berbeda. Itulah makanya kita perlu bergantung bener sama Tuhan yang empunya jawaban. Semua pasti terbuka kok..., semua pasti ada jawabannya, dan itulah yang saya katakan sebagai “jalan yang tidak mudah” bagi seseorang untuk menuntun orang lain mengakui dosanya (jika itu dari dosa), menuntunnya kepada pertobatan, berserah kepada Tuhan, atau yang lainnya. Semua teori bisa dipaparkan oleh banyak orang tentang suatu kasus, tetapi waktu menghadapi fakta dilapangan menemui orang2 yang berbeda-beda seperti ini maka semuanya akan teruji 

Ebed, jika anda menemui orang yang mengatakan : (kamu itu,... cari maksud Tuhan dulu,...gereja dulu, bikin ini dulu, itu dulu, dll, ntar baru kamu sembuh, ingat ya...). Menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. Karena bukan ‘bentuk’ yang harus terlebih dahulu dilakukan (gereja dulu, bikin ini dulu, itu dulu, dll). Tetapi kembalinya hubungan manusia dengan Tuhan, dan kita juga tidak tahu kapan jawaban doa kita itu terjadi. Jadi, bagaimana mungkin saya bisa menjamin setelah mereka lakukan ini itu dia bisa sembuh...

Terakhir. Elihu teman Ayub, menyadarkan Ayub tentang keberadaan Ayub di hadapan Tuhan, nggak semua menghakiminya lho.

Ebed, saya hanya berusaha menuntun dia kepada Tuhan. Jika dia sendiri yang menemukan Tuhan dalam kehidupannya, maka disitulah terletak kekuatan dan imannya. Dan satu hal lain adalah seperti yang anda juga katakan... menularkan hal-hal positif dan semangat!!! Ini nggak mudah lho... karena kita juga harus semangat terlebih dahulu, karena bagaimana kita bisa memberikan semangat kepada orang lain jika kita sendiri tidak semangat? Selanjutnya? Terserah dia dan Tuhan...

Terakhir lagi: He he he... thanks ya.. ayo semangat Ebed!!!

 

For to me to live is Christ, and to die is gain.