Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

WANITA DENGAN TUJUH SUAMI

anakpatirsa's picture

Orang Saduki mencobai Yesus dengan pertanyaan "Bila hari kebangkitan itu tiba, siapa yang akan menjadi suami si wanita dengan tujuh suami yang semuanya meninggal tanpa penerus nama keluarga?" Sama sekali tidak pernah terpikir dari mana ide pertanyaan tersebut mereka dapatkan. Setelah membaca cerita Tobit, tiba-tiba terpikir mungkinkah mereka mendapatkan ide pertanyaan ini dari sebuah cerita yang kelihatannya gabungan dari beberapa legenda? Referensi yang ada sebagian berkata: Memang ada kemungkinan pertanyaan tersebut muncul karena mereka akrab dengan isi kitab Tobit.

Bila dalam cerita versi Saduki si wanita akhirnya meninggal tanpa keturunan, maka cerita Tobit lebih Happy Ending. Si wanitanya cantik, dan ceritanya tidak berakhir hanya dengan tujuh suami. Ada suami kedelapan, seorang 'pahlawan' membawa hati dan ginjal ikan pengusir setan, ditemani seorang malaikat dan seekor anjing setia.

Wanita itu bernama Sarah, selalu kehilangan suami pada malam pengantin. Tujuh pria malang sudah mati di malam pertama, dibunuh oleh setan bernama Ashmodai. Mengingat tradisi Yahudi, ketujuh pria ini pasti bersaudara atau memiliki hubungan keluarga; Seperti kata orang Saduki: "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu."

***

Tobit, orang Naftali yang ikut dibuang ke Niniweh, hidup kudus di hadapan Allah, walaupun Ia telah membuang umat-Nya. Menahan lapar ketika saudara sebangsanya menjamah roti bangsa kafir serta memberi sedekah kepada orang miskin. Punya kedudukan di tempat pembuangan, tetapi mempedulikan penguburan layak bagi orang Israel yang dibunuh oleh Sanherib, raja Asyur. Ia membayar perbuatan ini dengan melarikan diri dari sang raja, merelakan segala harta bendanya disita. Apa yang tersisa hanyalah seorang istri bernama Hanna dan seorang anak bernama Tobias.

Setelah kematian Sanherib, ia diijinkan kembali ke Niniweh. Disana ternyata tetap melakukan apa yang dulu dilakukannya, menguburkan seorang yang dibunuh di tengah jalan. Malam itu, kelelahan, ia tidur di tempat terbuka. Matanya menjadi buta karena kejatuhan tahi burung. Para ahli jaman sekarang berkata itu katarak.

Tobit sedikit mengalami apa yang dialami Ayub. Merasa ini terlalu berat. Setelah mendengar perkataan menyakitkan istrinya, begitu terpukul sehingga berdoa meminta Tuhan mengambil nyawanya.

Ia yakin sebentar lagi Tuhan mengabulkan doanya. Ia membuat beberapa persiapan berhubungan dengan kematian ini. Salah satunya, mengirimkan Tobias ke Media untuk mengambil uang yang dulu 'didepositkan' di sana. Sang ayah memberi banyak pesan, termasuk pesan jangan sampai anaknya menikahi seorang perempuan asing. Juga berpesan supaya sang anak memberi kedua orang tuanya penguburan yang layak.

Pada hari yang sama dengan hari Tobit berdoa meminta kematian, di tempat yang jauh, di Media, seorang wanita cantik mau bunuh diri. Tetapi karena tidak mau membuat ayahnya menanggung malu sampai mati, akhirnya hanya berdoa meminta Tuhan mengambil nyawanya. Ia ingin mati setelah seorang budak ayahnya dengan terang-terangan menuduhnya mencekik mati para suami itu di setiap malam pengantin.

***

Tuhan mengirim seorang malaikat bernama Rafael untuk menyembuhkan mata Tobit serta membebaskan Sarah dari sang iblis. Malaikat ini tidak bekerja dengan sebuah mujizat langsung, tetapi menawarkan diri menemani Tobias ke Media.

Mereka berhenti di pinggir sungai Tigris. Ketika mandi, seekor ikan raksasa menyerang. Banyak karya seni menggambarkan adegan ini, tampak Tobias menaklukkan ikan yang mirip naga, dilatarbelakangi seekor anjing dan seorang malaikat bersayap.

Rafael lalu menyuruh Tobias mengambil ginjal, hati dan empedu ikan raksasa yang telah ditarik ke pinggir sungai.

"Untuk apa hati, ginjal dan empedu ikan ini?" tanya Tobias.

"Asap dari hati dan ginjalnya akan mengusir setan dan roh jahat. Jika mata seseorang tertutup katarak, dengan meneteskan cairan empedu ke matanya, mata orang tersebut akan sembuh." kira-kira begitulah jawaban sang Malaikat yang menyamar. Sebuah penjelasan yang membuat Tobias tanpa ragu menyimpan baik-baik ketiganya.

Di Media, Rafael bercerita tentang si cantik Sarah. Berkata, berdasarkan perintah Allah kepada Musa, hak atau kewajiban Tobiaslah untuk menikahinya. Awalnya ia menolak, karena takut tidak akan ada yang mengubur ayahnya nanti bila ia mati di malam pertama. Tetapi akhirnya mau juga, setelah malaikat yang menyamar sebagai seorang pria Yahudi bernama Azarias ini berkata bahwa Sarah sudah ditentukan sebelumnya akan menjadi miliknya. Tobias langsung jatuh cinta dan ingin segera melihat sang calon istri.

Perkawinan itu berlangsung sederhana dan diam-diam. Rafael sebelumnya telah memberi tahu Tobias untuk membakar ginjal dan hati ikan itu untuk mengusir setan yang pasti menyerang di malam pengantin. Lalu bau asapnya mengusir si setan sampai ke bagian terpencil Mesir.

Ayah Sarah diam-diam menyiapkan sebuah lubang kubur, perkawinan itu dilakukan diam-diam supaya besok paginya tidak akan ada yang tahu ada suami kedelapan yang dikubur. Ia terkejut mendengar menantunya masih hidup. Rasa sukacita membuat adanya acara pernikahan yang lebih meriah. Juga diam-diam menutup kembali lubang kubur yang disiapkan di tengah malam.

Setelah menjadi suami istri, Tobias dan istrinya yang cantik kembali ke Niniweh. Rafael menyuruh Tobias menggunakan empedu ikan yang masih disimpan untuk menyembuhkan mata ayahnya.

Seperti dalam cerita Leo Tolstoy ketika Malaikat Michael yang setelah bisa tersenyum tiga kali akhirnya mengungkapkan bahwa ia seorang malaikat yang dihukum dan barusan mendapatkan kemuliaanya kembali, maka Rafael juga setelah menyelesaikan tugasnya, mengungkapkan siapa jati dirinya dan kembali ke surga. Meninggalkan sebuah cerita dengan akhir bahagia.

***

Sebuah cerita indah yang menggambarkan bahwa Tuhan setia kepada orang yang setia kepada-Nya.

Namun cerita ini tidak bisa diterima sebagai bagian dari Alkitab karena jika Kitab Tobit diterima sebagai bagian Alkitab, kita tidak lagi bisa berkata Alkitab diinspirasikan oleh Roh Kudus.

Dalam buku Dunia Perjanjian Baru, J.I. Packer, Merril C. Tenney dan William White, Jr berkata bahwa selama masa pembuangan banyak orang Yahudi menjadi bingung dan skeptis. Bahasa Ibrani mulai mati, Bait Allah telah hancur, dan persembahan kurban tidak lagi dilakukan. Sebagian orang Yahudi menanggalkan kepercayaan mereka dengan menceburkan diri ke dalam bidang astrologi dan ilmu gaib. Sesuatu yang berlangsung dengan perlahan. Mereka mulai menafsirkan ajaran-ajaran tradisional Yahudi berdasarkan kacamata kepercayaan bangsa Persia. Mulai tertarik dengan ajaran tentang setan-setan dan berbagai macam malaikat, menggantikan kepercayaan Alkitabiah mereka pada Sang Pencipta dengan mengambil alih pandangan Persia mengenai alam semesta. Pandangan tentang suatu alam roh yang sangat rumit serta suatu peperangan yang berlangsung terus menerus antara kekuatan terang dengan kekuatan kegelapan.

Penganut mistik Yahudi ini lalu menyusun kepercayaan-kepercayaan tersebut dalam tulisan keagamaan yang disebut deuterokanonika dan pseudepigrafa. Kitab deuterokanonika seperti Tobit ini mengemukakan astrologi dan ajaran-ajaran tentang setan-setan dari Persia. Kisah Tobit menyatakan kemenangan Allah atas ilah-ilah bangsa kafir, namun dalam prosesnya mengakui keberadaan ilah-ilah tersebut.

H. Neil Richardson, dalam buku The Minor Prophets and the Apocrypha berkata bahwa kitab ini juga mengambil beberapa bagian dari cerita rakyat, seperti cerita tentang orang mati yang berterima kasih sehingga hantunya membantu si penolong yang telah menguburnya. Juga mengambil bagian cerita rakyat Persia tentang pengantin perempuan berbahaya, yang mana semua pengantin pria mati di malam pengantin; Lalu datang seorang pahlawan yang dengan bantuan seorang teman membunuh sang naga pembunuh para suami terdahulu. Ada juga cerita naga yang lain, cerita tentang bagian tubuh seekor ikan yang memiliki kekuatan magis, sang jagoan kali ini dibantu oleh seekor anjing.

Penulis Tobit dengan penuh keahlian mencampur-aduk tema-tema cerita rakyat ini dengan ide religius dan praktek Yudaisme. Hasilnya, sebuah cerita menarik yang dirancang untuk memenangkan pembacanya akan Allah yang setia kepada orang yang setia kepada-Nya.

Seperti Kisah Yudit, kitab ini juga mengandung anakronisme sejarah, artinya banyak sekali ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan peristiwa dan waktunya. Penulisnya tahu, ini hanya cerita kepercayaan kepada Allah Israel yang telah mengalami beberapa kompromi.