Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Tiga Orang Misionaris
TIGA ORANG MISIONARIS
Oleh: John Adisubrata
Beberapa puluh tahun yang lalu tiga orang misionaris dari Eropah telah memasuki pedalaman pulau Kalimantan. Mereka ditangkap oleh salah satu suku terasing yang menolak mentah-mentah Injil Tuhan Yesus Kristus yang mereka beritakan. Bertiga mereka digiring untuk menemui rajanya. Seketika itu juga sesuai undang-undang yang berlaku di sana mereka diadili dan dijatuhi hukuman mati.
Tetapi oleh karena sepanjang hari itu Sang Raja merasa mujur dan terus-menerus mengalami hal-hal yang menyenangkan hatinya, ia ingin bermurah hati dengan memberikan kesempatan kepada ketiga misionaris tersebut untuk menerima amnesti. Tetapi ... amnesti yang bersyarat.
Pengampunan itu hanya akan dikaruniakan, jika mereka bertiga bisa memenangkan sebuah pertandingan aneh yang ditentukan oleh Sang Raja khusus untuk mereka. Raja itu menyuruh mereka pergi memasuki hutan belantara di pedalaman kerajaannya untuk menemukan sejenis pohon dan memetik buahnya yang paling ranum untuk dibawa kembali menghadap kepadanya. Setiap orang diperintahkan untuk membawa sepuluh buah yang sejenis
“Untuk apa buah-buah tersebut?” tanya misionaris yang ketiga ingin tahu.
“Nanti akan kujelaskan jika waktunya telah tiba. Bawalah mereka kepadaku terlebih dahulu. Dan ingatlah, jangan ada seorangpun di antara kalian yang mencoba untuk melarikan diri, karena hutan itu selalu berada di bawah pengawasanku!” sabda Sang Raja sebelum mengizinkan mereka untuk mengundurkan diri dari hadapannya. Bersama-sama mereka bergegas pergi memasuki hutan untuk secepatnya melaksanakan tugas yang diperintahkan olehnya.
Tidak memakan waktu terlampau lama muncullah kembali dua orang dari ketiga misionaris tersebut. Yang seorang membawa sepuluh mangga, sedangkan yang lain membawa sepuluh jambu air. Tetapi anehnya, misionaris yang ketiga tidak kunjung tiba, meskipun sudah ditunggu sekian lamanya. Entah ia sedang berada di mana?
Karena tidak ingin membuang waktu lagi, Sang Raja memerintahkan mereka untuk segera memulai pertandingan tersebut. Sebuah pertandingan yang ternyata mudah dan sederhana sekali. Mereka diharuskan untuk berdiri tegak dan tidak diperkenankan bergerak, selama … dilempari dengan kesepuluh buah hasil petikan tangan-tangan mereka sendiri. Apabila mereka bisa menahan rasa sakit tanpa mengeluarkan suara apa-apa, mereka akan dinyatakan menang dan dibebaskan dari hukuman mati! Itulah syarat yang harus mereka lakukan!
Misionaris yang pertama mulai dilempari dengan mangga-mangga ranum yang sudah dibawa olehnya sendiri. Lemparan demi lemparan menggebuki bagian-bagian tubuhnya. Sebenarnya oleh karena hantaman buah-buah yang besar dan keras tersebut, ia sudah ingin berteriak. Namun ia bertekad untuk menahan rasa sakitnya, mengingat hukuman fatal yang harus dilalui, jika ia gagal memenangkan pertandingan itu.
Tetapi pada saat ia menerima lemparan yang terakhir, buah mangga yang besar dan paling ranum tersebut menghantam keningnya lalu pecah, sehingga getah tercampur air sarinya mengalir turun masuk dan menggenangi kedua bola matanya, menimbulkan rasa nyeri yang tak tertahankan lagi. Secara refleks … ia berteriak nyaring kesakitan! Konsekuensinya, … misionaris yang pertama dinyatakan gagal! Pada saat itu juga ia dihukum mati!
Tibalah giliran misionaris yang kedua, yang sudah membawa kembali sepuluh jambu air. Sang Raja memerintahkan, agar ia segera dilempari dengan buah-buah tersebut.
Pengampunan itu hanya akan dikaruniakan, jika mereka bertiga bisa memenangkan sebuah pertandingan aneh yang ditentukan oleh Sang Raja khusus untuk mereka. Raja itu menyuruh mereka pergi memasuki hutan belantara di pedalaman kerajaannya untuk menemukan sejenis pohon dan memetik buahnya yang paling ranum untuk dibawa kembali menghadap kepadanya. Setiap orang diperintahkan untuk membawa sepuluh buah yang sejenis
“Untuk apa buah-buah tersebut?” tanya misionaris yang ketiga ingin tahu.
“Nanti akan kujelaskan jika waktunya telah tiba. Bawalah mereka kepadaku terlebih dahulu. Dan ingatlah, jangan ada seorangpun di antara kalian yang mencoba untuk melarikan diri, karena hutan itu selalu berada di bawah pengawasanku!” sabda Sang Raja sebelum mengizinkan mereka untuk mengundurkan diri dari hadapannya. Bersama-sama mereka bergegas pergi memasuki hutan untuk secepatnya melaksanakan tugas yang diperintahkan olehnya.
Tidak memakan waktu terlampau lama muncullah kembali dua orang dari ketiga misionaris tersebut. Yang seorang membawa sepuluh mangga, sedangkan yang lain membawa sepuluh jambu air. Tetapi anehnya, misionaris yang ketiga tidak kunjung tiba, meskipun sudah ditunggu sekian lamanya. Entah ia sedang berada di mana?
Karena tidak ingin membuang waktu lagi, Sang Raja memerintahkan mereka untuk segera memulai pertandingan tersebut. Sebuah pertandingan yang ternyata mudah dan sederhana sekali. Mereka diharuskan untuk berdiri tegak dan tidak diperkenankan bergerak, selama … dilempari dengan kesepuluh buah hasil petikan tangan-tangan mereka sendiri. Apabila mereka bisa menahan rasa sakit tanpa mengeluarkan suara apa-apa, mereka akan dinyatakan menang dan dibebaskan dari hukuman mati! Itulah syarat yang harus mereka lakukan!
Misionaris yang pertama mulai dilempari dengan mangga-mangga ranum yang sudah dibawa olehnya sendiri. Lemparan demi lemparan menggebuki bagian-bagian tubuhnya. Sebenarnya oleh karena hantaman buah-buah yang besar dan keras tersebut, ia sudah ingin berteriak. Namun ia bertekad untuk menahan rasa sakitnya, mengingat hukuman fatal yang harus dilalui, jika ia gagal memenangkan pertandingan itu.
Tetapi pada saat ia menerima lemparan yang terakhir, buah mangga yang besar dan paling ranum tersebut menghantam keningnya lalu pecah, sehingga getah tercampur air sarinya mengalir turun masuk dan menggenangi kedua bola matanya, menimbulkan rasa nyeri yang tak tertahankan lagi. Secara refleks … ia berteriak nyaring kesakitan! Konsekuensinya, … misionaris yang pertama dinyatakan gagal! Pada saat itu juga ia dihukum mati!
Tibalah giliran misionaris yang kedua, yang sudah membawa kembali sepuluh jambu air. Sang Raja memerintahkan, agar ia segera dilempari dengan buah-buah tersebut.
“Oh, ini mah sip banget! Jambu-jambu air yang kecil dan enteng macam beginian engga bakalan nyakitin aku. Untung aku milih jenis buah yang ini.” Pikirnya sambil menenangkan diri mengingat nasib rekannya. Ternyata lemparan-lemparan keras jambu-jambu air yang menimpa tubuhnya benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali. Bahkan ia memandang orang yang melempari dirinya dengan wajah tersenyum-simpul penuh kepastian, bahwa ia akan memenangkan pertandingan itu!
Tetapi pada saat jambu yang terakhir dilemparkan, ... tiba-tiba terdengarlah ledakan suaranya, tertawa terpingkal-pingkal tanpa bisa dikendalikan lagi! Konsekuesinya, … misionaris itu pun dinyatakan gagal, oleh karena ia telah melanggar peraturan yang ditetapkan oleh Sang Raja! Seperti yang sudah terjadi pada misionaris yang sebelumnya, ia juga langsung dijatuhi hukuman mati.
Tentu saja, sesuai perkiraan semua orang, … kedua misionaris tersebut akhirnya masuk sorga.
Ketika mereka bertemu muka di sana, bertanyalah misionaris yang pertama: “Eh, ‘ngapain lu ‘ngikutin gue? Jambu-jambu air khan engga bakalan nyakitin tubuh ‘lu.”
Misionaris yang kedua menjawab: “Engga sih, ... gue kalah bukan gara-gara ‘njerit kesakitan, tapi gara-gara ketawa terpingkel-pingkel, karena ‘ga bisa tahan!”
Penuh keheranan misionaris yang pertama bertanya lagi: “Emangnya elu tergelitik oleh timpukan jambu-jambu air ‘lu sendiri?”
Mengenang kembali peristiwa yang baru terjadi itu, tanpa bisa menahan rasa gelinya lagi, misionaris yang kedua tertawa terbahak-bahak sambil menjawab: “Engga, bukan sebab itu, tapi karena gue jadi geli banget ‘ngeliatin teman kita tuh, yang tahu-tahu muncul dari dalam ‘utan, jalan sempoyongan sambil ‘ngangkatin sepuluh buah duren, … gede-gede banget! Mana dia ... bangga lagi!”
John Adisubrata
Mei 2000
Diolah kembali: Oktober 2008
Belum ada user yang menyukai
- John Adisubrata's blog
- 9650 reads
Ha.. ha.. lomba lempar durian..
Dear JA
Selamat datang kembali ke pasar klewer, Anda datang membawa kesegaran buah mangga dan jambu.. boleh tuh pak untuk coba mix juice mangga jambu air..
Ha.. ha.. ha.. ikut ketawa juga ama kedua missionaris, bila melihat kawan no 3 nya bawa 10 durian gueede gueeede.. bisa bayangin deh..
Namun ketika joli nanya ke raja tersebut bagaimana nasibnya missionaris no3?
Missionaris no 3 datang terlambat karena mau mencari buah yang paling enak.. menurut kabar berita di Kalimantan yang paling enak adalah buah durian maka-nya dia mencari buah durian yang paling besar dan masak, ehmmm enak tenan.. meski kesulitan membawanya untuk dipersembahkan kepada raja dia tetap mengusahakannya dengan membuat gerobak dari ranting pohon sebagai alat angkutnya..
Sesampai di kerajaan sang missionaris melihat teman no 2 sedang dilempari oleh buah tangan-nya.. waduh mati aku.., kalau kedua temannya teriak di lemparan terakhir maka aku akan teriak di lemparan pertama nih.. begitu pikirnya.
Setelah Raja melihat apa yang dibawa oleh missionari no 3, sama.. dia ketawa terbahak-bahak.. demikian juga yang hadir..
Lalu Raja bertanya.. tahu apa yang akan aku lakukan terhadap engkau dan buah-buah-mu? tanya Raja,
Iya Baginda, dari awal saya sudah tahu sesuai hukum saya akan mati, maka sebelum mati saya mau memberikan yang terbaik untuk raja.. setelah saya selidiki ternyata buah yang paling enak di kalimatan adalah buah durian, maka semua ini saya persembahkan untuk Baginda, tidak peduli apa yang akan Baginda lakukan terhadap saya..
Ketawa Sang Raja langsung berhenti.. terharu.. lalu Baginda turun tahta dan menghapiri sang missionaris.. dan berkata.. berdirilah di tempat teman-teman kamu berdiri dan aku yang akan melempari kamu dengan buah kamu.. lalu Baginda mengambil buah durian yang paling besar.. dan mulailah dia mengambil buah durian dengan tangan halus-nya, mulai mengangkat dan mencoba melemparinya...
Tidak ada satu buah durianpun yang sanggup mencapai tubuh sang missionaris.. dan selamat-lah dia.. dan Raja mengagumi kebaikan hati dan niat tulus-nya dan menjadi sangat percaya kepadanya dan mengangkatnya sebagai penasihat Raja..
He.. he.. kira-kira begitu pak John lanjutan dongeng versi Joli..
Mungkin dari sang missionaris no 3 inikah.. kekristenan masuk kalimantan? ternyata durian bisa dipakai untuk sarana memberitakan injil..
Meski kita tahu.. nantinya akan mati, nanti akan menderita, nanti akan bahagia, nanti akan bersuka-cita... kemalangan kemujuran.. siapa yang tahu.. namun kalau segala sesuatu kita lakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan... kita akan menikmatinya bersama Tuhan
Blessing in Disguise (The Longan Fortune)
Halo Pak John,
Lama tidak membaca tulisan anda.
Hmmm..ternyata diperjalanan sang Misionaris ke-3 dirampok oleh gerombolan siberat yang lagi kelaperan berat setelah merampok dari Istana. Akhirnya si Misionaris kembali pergi mencari buah, kebetulan ada rombongan ibu-ibu (entah muncul dari mana)asal Pulau Jawa mau jualan lengkeng (expansi bisnis)di Kalimantan, mereka membawa begitu banyak buah lengkeng sehingga banyak yang jatuh dan berserakan di jalan.
Sang Misionaris kemudian asyik menikmati buah lengkeng yang berserakan tersebut sampai kenyang, dan dengan mudahnya menggenggam 10 buah lengkeng. Karena memang bak mencari jarum dalam tumpukan jerami..untuk menemukan sebuah pohon lengkeng ditengah hutan Kalimantan.
Well, cerita selanjutnya bisa diprediksi..timpukan2 lengkeng tidak berarti.
Akhirnya sang Misionaris mendapatkan amnestinya, dan dengan semangat 45 kembali menginjil ke suku2 lain yang ternyata lebih OPEN.
happy ending ;0)
*Shallom4Ever@all
*Shallom4Ever@all
Selamat Datang Kembali Pak John
Pagi ini waktu membuka SABDA Space, saya melihat Bapak kembali menulis di Pasar Klewer. Saya sedikit kecewa karena bukan saya yang pertama kali mengucapkan selamat datang kembali. Sudah ada dua komentar yang masuk.
Jika saya menjadi misionaris kedua, saya akan lebih ngakak lagi. Bisa saya bayangkan misionaris ini membawa sepuluh durian, pasti tidak memakai tangan -- Tangkai buah durian sangat kecil. Kami biasanya mengikat durian dengan sejenih tanaman merambat. Lima durian digantungkan masing-masing pada ujung sepotong kayu. Kayu inilah yang digunakan untuk memikul duriannya.
Bisa kubayangkan si misionaris datang terseok-seok sambil memikul durian seperti ini. Aku pasti tertawa terpingkal-pingkal, tidak peduli sebentar lagi dihukum mati.
sepuluh buah durian
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
Manusia memang aneh.....
"Manusia memang aneh...ada-ada saja......"
From OZ....far...far...away..
xxx
Konklusi Cerita
Dear all
Terima kasih atas sambutan dan juga tanggapan rekan-rekan seiman sekalian. Saya sangat terharu atas perhatian Anda semua.
Saya sangat menghargai saran-saran Anda mengenai akhir ceritera yang 'sebenarnya' harus terjadi pada misionaris yang ketiga. Sungguh penuh imajinasi!
Mungkin hanya satu konklusi yang kurang cocok, yang berasal dari 3m1. Salam kenal juga dari saya. BTW, misionaris ketiga engga bisu, lho. Ingat engga pertanyaannya: "Untuk apa buah-buah tersebut?"
Thanks banget atas perhatian Anda semua.
Tuhan memberkati selalu.
Syalom,
John Adisubrata
@Pak John...
Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...
@JA.... Buah dan dodol durian
Pak John.. ini durian dan dodol durian oleh-oleh mama mertua yang suka jalan-jalan ke kalimantan.. sebagian udah aku kasih ke Purnomo.. kalau pak Jon mau ikut incip-incip.. silahkan download...
Ini durian sangat manis legit dan tidak bau lho kalau di download...
Silahkan menikmatinya..
Tengkyu
Dear Ibu Joli
Melihat gambarnya saja sudah membuat air liur saya mengalir deras, nih. Di kota saya juga banyak dijual durian yang berasal dari Thailand. Dengan harga juga cukup terjangkau. Dibandingkan dengan durian Indonesia, dagingnya jauh lebih tebal, dan baunya lebih sengat. Betul engga? Kata kakak saya, di Surabaya harganya mahal sekali, karena harus import.
Terima kasih atas iming-imingnya, Bu. Wah, malam ini jangan-jangan saya engga bisa tidur mikirin durian, habis saat ini kelihatannya tidak dijual di supermarket. Mesti nunggu waktu sedikit lagi.
Terima kasih atas perhatiannya. God bless you.
Syalom,
John Adisubrata
Saya kecewa
Setelah "bertapa" sekian lama, pak John akhirnya "turun gunung" untuk meramaikan kembali dunia persilatan. Saya berharap akan mendapat ilmu dan jurus yang baru. Tapi saya menelan kekecewaan, karena yang dikeluarkan adalah stok humor jadul (jaman dulu). Saya kecewa, nih
The doorstep to the temple of wisdom is knowledge of our own ignorance. -Spurgeon
------------
Communicating good news in good ways
mewakili
Terima kasih pak Wawan, Anda sudah menyampaikannya dengan baik, mewakili saya dan mungkin beberapa yang lain lagi yang ikut kecewa. Tadinya saya bingung mau komentar apa, mau mengucapkan selamat datang kembali, kok garing banget, tapi mau ngomentari tulisannya, kok gak bisa dengan tulus, ya udah, diem aja, sambil patah hati...
Jangan Patah Hati
Dear Pak Daniel
Semoga jawaban saya kepada Pak Wawan di atas juga bisa menghibur hati Anda yang sudah patah gara-gara artikel humor basi tulisan saya yang sudah pernah Anda baca tersebut.
Ada-ada saja Anda ini. Saya sampai tersenyum-simpul ketika membacanya.
Tuhan memberkati selalu.
Syalom,
John Adisubrata
Maaf, Mengecewakan
Dear Pak Wawan
Terima kasih atas sambutan dan tanggapannya, meskipun saya sudah mengecewakan hati Bapak. Maklumlah Pak, memang kita tidak bisa selalu menyenangkan hati semua orang.
Bapak benar, artikel humor ini sudah beredar cukup lama di dunia maya, tetapi tidak semua anggota SABDA Space pernah membacanya. Jadi ada yang senang, karena belum pernah membacanya, dan ... tentu saja ada yang tidak senang, karena sudah pernah melihatnya.
Terus terang saja, saya mem-posting-kannya hanya untuk mereka yang masih belum pernah menikmati humor tersebut, dan yang bersedia menerima posting ini seperti apa adanya.
Sekali lagi maaf karena sudah mengecewakan hati Bapak.
Tuhan memberkati selalu.
Syalom,
John Adisubrata
Duren Kalimantan
Hmmmm.... idenya boleh juga nih dari sang raja, ngetes iman melalui lempar buah-buahan :D
imajinasi
mencoba berimajinasi
misionaris 1 : bjoe
misionaris 2 : hai-hai
misionaris 3 : ex dukun
misionaris 1 tidak dapat menahan kepedihan dimata akhirnya dihukum mati, dan misionaris 2 juga dihukum mati karena ketawa terbahak-bahak karena melihat misionaris 3 membawa duren dari luar pulau karena di kalimantan jarang ada duren yang ada di sumatera tapi karena misionaris 3 punya hati untuk membela teman maka dia datang lagi dengan membawa buah duren tersebut, akhir nya ketemulah misionaris 1 dan misionaris 2 di sorga merka salang bertanya ,"kemana ya misionaris ke 3"
salam pa john sudah lama tidak ketemu, memang sedikit kaget juga melihat tulisannya, tapi tidak apa refreshing dulu, masih ditunggu kelanjutannya.