Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Response I terhadap Hai Hai dan Dennis Serta JF tentang Budhisme dll (paijobudiwidayanto)

Response I terhadap Hai Hai dan Dennis Serta JF tentang Budhisme dll
Dipublikasi Artikel blog by paijobudiwidayanto

Beberapa saat yang lalu postingan saya berjudul "Ateisme, Budhisme dan Pelajaran Tentang Konsistensi" mendapat cukup banyak komentar dari anggota SS. Yang paling mengesankan adalah postingan ini mendapat komentar dari hai hai yang notabene merupakan salah satu blogger Kristen yang paling aktif di SS. Itu sekedar pengantar.
 
Masalah yang dikomentari adalah masalah boleh tidaknya orang Kristen mengkritik pandangan dunia orang lain yang bertentangan dengan pandangan Kristen. Saya berpendapat bahwa itu perlu dilakukan dan bahkan malah tidak terelakkan. Hai Hai dan Dennis Santoso berpandangan lain. Mereka mengatakan orang Kristen tidak boleh mengkritik pandangan dunia orang lain karena berbagai alasan antara lain: 1). Tidak  sesuai dengan Alkitab  misalnya Matius 7 : 2, Yohanes 7 : 24, Roma 14 : 4, I Kor 5 : 12, Yohanes 3 : 17, serta Kisah Para Rasul 17 : 15 -34. 2). Mengkritik pandangan dunia orang lain adalah pekerjaan yang sia-sia karena tidak membawa hasil. 3) Saya melakukan kesalahan logika pada saat saya mengkritik standar pandangan dunia orang lain. 4) Mengkritik pandangan dunia orang lain adalah biadab karena tanpa memahami pandangan dunia orang lain saya berani mengklaim bahwa pandangan dunia mereka bangkrut.
 
Sebelum melanjutkan pembahasan tentang ketiga keberatan itu, saya akan kemukakan beberapa hal yang ada hubungan dengan komentar di atas. Pertama, ketiga alasan yang saya kemukakan di atas merupakan kesimpulan saya terhadap apa yang Hai Hai dan Dennis Santoso katakan. Kedua, dalam komentarnya kedua orang ini mencampuradukkan antara mengkritik pandangan dunia orang lain dengan mengkritik pandangan dunia orang lain secara biadab seolah-olah keduanya sama. Padahal dalam komentar saya, saya katakan bahwa saya punya banyak teman-teman dari Islam, Hindu, dan bahkan ateis (karena dalam lingkungan kerja saya, saya berhubungan langsung dengan orang dari Eropa). Kami berteman baik-baik saja walaupun mereka tahu bahwa saya menyerang kepercayaan mereka secara "reductio ad absurdum". Bahkan ada di antara mereka mengakui kebangkrutan pandangan dunia tersebut tetapi tetap memilih hidup dalam kebangkrutannya. Dari komentar keduanya diperoleh kesan seolah-olah kalau kita mengkritik pandangan dunia orang lain itu berarti sudah mengkritik secara biadab, sementara sebenarnya mengkritik pandangan dunia orang lain tidak sama dengan mengkritik secara  biadab.
 
Saya akan mulai dengan alasan pertama yaitu bahwa mengkritik pandangan dunia orang lain tidak sesuai dengan Alkitab. Ada beberapa ayat Alkitab yang diangkat Hai Hai untuk memback up pandangannya bahwa kita tidak boleh mengkritik pandangan orang lain.
 
Saya mulai dengan Kisah Para Rasul 17 : 15 - 34. Seperti saya katakan sebelumnya, saya tidak tahu bagaimana Hai Hai yang kelihatannya begitu kritis melewatkan begitu saja fakta bahwa Paulus membongkar kebodohan orang Atena.  Coba perhatikan apa yang Paulus lakukan: 1. Paulus mendapati bahwa disamping menyembah dewa-dewi yang mereka identifikasi namanya, orang Atena membangun mezbah untuk dewa yang tidak dikenali. Paulus kemudian mengatakan kepada mereka bahwa Paulus memberitakan tentang Allah yang tidak mereka kenali. Saya tidak tahu bagaimana kata-kata Paulus ini tidak sama dengan mengekspose kebodohan orang Atena. Kok bisa-bisanya Paulus mengatakan kepada orang Orang Atena yang begitu terpelajar pada jamannya bahwa Paulus mengetahui apa yang tidak mereka ketahui? Bukankah ini sama saja dengan mengkritik pandangan dunia mereka? Bukankan dengan demikian Paulus mengajarkan superioritas pandangan dunia Kristen? Kalau tidak demikian saya tidak tahu. Mungkin Hai Hai bisa menjelaskan implikasi dari apa yang Paulus katakan tersebut yang meniadakan (bertentangan dengan) apa yang saya katakan. Apakah Hai Hai tidak mengakui superioritas pandangan dunia Kristen? Kalau tidak, saya tidak tahu pandangan dunia macam apa yang dia anggap superior. Kalau Hai Hai tidak menganggap pandangan dunia Kristen superior, saya tidak tahu kok berani-beraninya dia menyuruh orang lain percaya kepada Injil. Kalau andaikata Hai Hai mengakui secara diam-diam superioritas pandangan dunia Kristen tetapi tidak berani memberitakannya secara jelas, apakah ini tidak sama dengan mendua hati? Atau tidak sama dengan hati yang bercabang? Dan saya harap Hai Hai sadar bahwa orang yang bercabang hati tidak berkenan di hadapan Tuhan.

2. Paulus juga mengatakan bahwa Allah yang dia beritakan adalah Allah yang tidak butuh mezbah-mezbah buatan manusia dan tidak kekurangan apa-apa. Sekali lagi saya tidak melihat bagaimana Hai Hai yang kelihatannya cukup kritis melewatkan begitu saja bagaimana Paulus menunjukkan kebodohan orang Atena. Orang Atena melakukan hal-hal yang bodoh karena mereka membuat mezbah-mezbah dan memberikan persembahan kepada dewa-dewa mereka seolah-oleh yang ilahi itu butuh pertolongan manusia.

3. Dalam pasal ini Paulus menggunakan "reductio ad absurdum" untuk menunjukkan absurditas kepercayaan orang Atena. Reductio Ad Absurdum adalah sebuah bentuk argumentasi dimana pandangan lawan dianggap benar (demi argumen semata) kemudian menunjukkan bahwa implikasi dari pandangan tersebut tidak mereka sukai. Paulus melakukan hal ini pada ayat 29.  Jadi lengkaplah apa yang dilakukan Paulus dalam mengekspose kebodohan dan kebangkrutan pandangan dunia orang Atena. Dia menyerang secara vulgar dan secara retorik.
 
Lalu Hai Hai mengangkat Matius 7 : 2 seolah-olah ayat ini mendukung pandangannya bahwa kita tidak boleh mengkritk pandangan dunia orang lain.

1. Di sini Hai Hai menyamakan mengkritik orang lain dengan menghakimi orang lain. Saya tidak tahu samanya dimana. Mungkin anda bisa menjelaskan Hai Hai!

2. Hai Hai juga mengutip ayat sepotong-sepotong sehingga pengertiannya salah. Dalam ayat ini jelas bahwa kita dilarang menghakimi dengan standar yang kita tetapkan secara semau kita. Ini jelas dari ayat sesudah ayat ini dimana diambil contoh tentang orang yang melihat selumbar di mata orang lain dan tidak melihat balok di mata sendiri. Orang ini jelas menetapkan sendiri standarnya sehingga berdasarkan standar itu dia tidak berbuat kesalahan sementara orang lain berbuat kesalahan. Padahal menurut standar yang obyektif justeru dia berbuat kesalahan yang lebih besar dari orang yang dia kritik. Jadi jangan menghakimi dengan standar yang dikemukakan sendiri.  Kalau andaikata kita konsisten dengan pandangan Hai Hai bahwa kita tidak boleh menyebut kebodohan sebagai kebodohan dan dosa sebagai dosa, maka kita tidak punya hak untuk menyuruh orang lain bertobat dan datang kepada kebenaran.
 
Kemudian Hai Hai mengangkat Yohanes 7 : 24. Dalam ayat ini Yesus Kristus kebodohan orang Yahudi yang tanpa klarifikasi sudah berani menyerang pandangan Yesus Kristus. Nah, ini saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa menyerang/mengekspose kebodohan dan kebangkrutan pandangan orang  lain diperbolehkan. Wong Yesus sendiri melakukan itu kok!  Mungkin Hai Hai ingin mengatakan bahwa saya tidak menghakimi dengan adil. Tetapi saya  tidak melihat ketidakadilan saya. Mungkin Hai hai bersedia menunjukkan ketidakadilan saya dimana! Saya menunggu!
 
Terus tentang Roma 14 : 4, kembali Hai Hai mengangkat ayat di luar konteks. Ayat pertama jelas bahwa yang dibicarakan dalam pasal ini adalah sesama Kristen yang lemah iman. Kok bisa-bisanya si Hai Hai mengabaikan konteks ini dan mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang non Kristen?
 
Menyusul I Korintus 5 : 12. Di dalam pasal ini Paulus membetulkan pemahaman orang Korintus yang salah tentang apa yang diajarkannya. Dalam surat sebelumnya Paulus hendak mengajarkan untuk tidak bergaul dengan orang yang mati-matian mau disebut sebagai orang Kristen tetapi melakukan berbagai kejahatan. Sementara itu untuk orang berdosa yang tidak mengaku-ngaku diri sebagai Kristen, silahkan bergaul! Orang Kristen tidak boleh bergaul dengan orang yang mengaku diri sebagai Kristen namun  melakukan kejahatan. Itu merupakan satu bentuk penghakiman. Jadi pertama, yang dibicarakan di sini adalah tentang moralitas bukan tentang pandangan dunia. Di sini Hai Hai mengangkat ayat tentang moralitas lalu menerapkannya pada pandangan dunia. Kedua, di sini jelas, orang Kristen boleh menghakimi tetapi dengan standar yang benar.
 
Akhirnya Hai Hai mengangkat Yohanes 3 : 17. Pertanyaan saya terkait dengan ayat ini adalah "Apakah yang dimaksud dengan 'menghakimi' dalam ayat ini sama dengan 'menghakimi' dalam Matius?" Dari konteks tampaknya tidak sama. Kalau diperhatikan ayat setelah itu, jelas bahwa 'menghakimi' sinomim dengan 'menghukum'. Jadi kalau andaikata apa yang saya tulis benar, maka sekali lagi Hai Hai melakukan sebuah blunder.
 
Masih dalam hubungan dengan ayat-ayat ini Hai Hai mengatakan bahwa dia tidak melihat bagaimana secara logis tidak mungkin memberitakan tentang Allah yang benar berarti mau tidak mau kita menyerang posisi kepercayaan orang lain. Pertama, Hai Hai sendiri mengakui tidak terlalu paham logika. Kalau dia tidak paham logika, maka apapun yang saya jelaskan sama saja dengan memberitahu orang mati bahwa dia sudah mati. Kedua, walaupun demikian saya akan kemukakan argumen saya secara deduktif sebagai berikut dengan harapan Hai Hai sudah paham logika:

1. Allah adalah Terang.
2. Sesembahan dalam agama lain adalah Kegelapan.
3. Kegelapan bertentangan dengan Terang
4. Kebodohan yang dilakukan dalam Kegelapan mau tidak mau akan diekspose pada saat berhadapan dengan Terang.
5. Kesimpulan: Pada saat kita memberitakan tentang Allah yang benar, maka semua kebodohan yang dilakukan oleh orang tidak percaya akan diekspose.
 
Karena sudah terlalu panjang, maka saya akan membatasi diri dengan pembahasan tentang ayat yang diangkat Hai Hai. Semoga saya punya waktu untuk secepatnya menulis tentang poin lain yang diangkat oleh Hai Hai dan Dennis.
 
Namun sebelum menyudahi tulisan ini saya akan menyoroti kebodohan yang dilakukan oleh seorang yang bernickname Jesusfreak. Dia datang dan tanpa argumentasi sama sekali menyerang pribadi saya. Orang ini sejak hari pertama saya menginjakkan kaki di SS, tidak senang dengan tulisan saya karena katanya sombong dll. Sampai hari ini saya tidak tahu apa kriteria dia untuk mengatakan saya sombong, sok tahu dll. Terus terang kebodohan seperti ini ternyata tidak hanya ada di antara orang non Kristen tetapi juga masih ada di kalangan Kristen, bahkan orang Kristen yang menggunakan nama-nama yang sok rohani.