Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Perjumpaan

victorc's picture
Teks: Matius 28:9
Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.

Shalom, selamat siang saudaraku. Pernahkah Anda mendengar kisah dari sahabat atau mengalami sendiri perjumpaan dengan Tuhan? Perjumpaan itu bisa saja melalui mimpi, diselamatkan dari suatu bencana atau penyakit berat, atau melalui dialog dengan orang yang tidak dikenal. Tentu ada semacam perasaan bahwa kita begitu kecil ketika mengalami Allah yang begitu dahsyat. Dan biasanya pengalaman perjumpaan itu terus kita kenang hingga akhir hayat.
Pagi ini izinkan saya berbicara tentang perjumpaan beberapa tokoh iman dalam Alkitab.

Belajar dari Gideon
Saya kira Gideon yang agak penakut tentu tidak menyangka akan disapa oleh Malaikat Tuhan dengan kalimat: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani!" Dan Gideon segera memberikan respon, walau awalnya ia meminta tanda lebih tegas. Dia lalu menghancurkan patung berhala di rumah ayahnya.

Belajar dari Yesaya
Mari kita lihat kisah Yesaya ketika berjumpa dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya:

    1  Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.  
    2  Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.  
    3  Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"  
    4  Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap.  
    5  Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam.
    6  Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.  
    7  Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."  
    8  Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"  
    9  Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!  

Mari kita lihat dari teks di atas dampak perjumpaan dengan Tuhan:
a. Menguduskan: Yesaya melihat Tuhan di atas Bait Suci dan ia juga melihat para serafim, lalu ia menyadari betapa ia begitu hina dan najis bibir. Celakalah dia, pikirnya. Namun ternyata bibirnya ditahirkan, dan dosanya diampuni.
b. memulihkan: seperti dalam kisah Gideon, Musa, Abraham dan lain-lain, ketika kita berjumpa dengan Tuhan, maka kehidupan kita dipulihkan, demikian juga hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan. Kita akan kembali memiliki pergaulan yang karib dengan Tuhan.
c. Mengubahkan: perjumpaan dengan Tuhan senantiasa bersifat mengubahkan. Yesaya yang hanya orang biasa, lalu diubahkan menjadi seseorang yang kudus dan utusan Tuhan.
d. Mengutus: perjumpaan dengan Tuhan senantiasa bersifat mengutus kita pada suatu tugas penting dalam hidup kita, dan seringkali jauh di luar kemampuan kita sendiri sebagai manusia. Tuhan bertanya kepada Yesaya: "Siapakah yang akan Kuutus?" Pertanyaan itu juga ditujukan kepada kita. Lalu bagaimana respon kita?
e. menguatkan: sebagaimana dengan Gideon dan Musa dan Abraham dan Yesaya dan lain-lain, ketika kita menyambut perjumpaan dan pengutusan Tuhan dengan sukacita, Ia berjanji akan menyertai kita dengan tangan-Nya yang kuat.

Belajar dari Petrus
Menurut Ortberg, banyak kisah perjalanan dalam Alkitab, misalnya perjalanan Abraham dan Sarai ke tanah perjanjian, perjalanan Musa memimpin bangsa Israel yang bandelnya nggak ketulungan. Namun mungkin perjalanan yang paling unik adalah ketika Petrus memutuskan untuk keluar dari perahu dan melangkah ke atas air yang sedang bergelora untuk menyongsong Tuhan dan Guru yang dikasihinya.(5)
Mari kita renungkan sejenak: apa yang ada di benak Petrus ketika memutuskan untuk melakukan hal itu? Yang jelas, ia tidak sedang menyombongkan diri di depan para murid lainnya, ia tahu resikonya ketika melangkah keluar dari perahu saat badai bergelora. Ia hanya mengandalkan Yesus sebagai mercusuar dalam hidupnya, sebagai pusat dari imannya. Karena itu Petrus bertanya: 

Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." (Mat. 14:28)

Bagaimana dengan kita? Jika kita berjumpa dengan Tuhan dalam mimpi atau melalui peristiwa badai dalam hidup kita, apakah kita berdoa dan minta kepada Dia: suruhlah aku melangkah satu langkah lebih tinggi dalam perjalanan imanku, ajarlah aku lebih sungguh-sungguh percaya kepada-Mu?
Ada ungkapan yang menarik dari seorang bapak yang putusasa ketika anaknya sakit:

Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" (Mark. 9:24)

Bukankah kita mesti mengakui bahwa kita juga kurang percaya? Sesungguhnya kita perlu minta tolong kepada Tuhan untuk melepaskan kita dari ketidakpercayaan kita.

Kisah seorang teman lama
Hari senin yang lalu (22/5) saya bercakap-cakap dengan seorang teman SD yang ayahnya baru saja meninggal dan dalam persiapan untuk dikremasi. Kami memang sudah lama tidak berjumpa sejak lulus SD.
Dia bercerita bahwa ketika remaja dulu ia sangat nakal, bahkan waktu SMA sempat tidak naik kelas. Namun suatu kali, ia tersentuh dengan sebuah pujian rohani, yaitu Mazmur 23. Ia merasakan keindahan baik melodi maupun syair lagu tersebut, dan ketika mendengarnya berulang-ulang, lalu ia mulai menjadikan lagu itu sebagai doanya. Dari sejak itulah ia mulai berubah, lalu ia mulai mendekatkan diri kepada Tuhan. Kini ia berprofesi sebagai ahli boiler di beberapa pabrik gula.*
Saya jadi teringat akan seminar yang saya ikuti beberapa minggu sebelumnya di GKT di kota kami. Yang menjadi pembicara adalah seorang pastor senior dari Taiwan, namun namanya saya lupa. 
Beliau antara lain mengatakan bahwa banyak orang Kristen yang membiasakan diri untuk membaca Alkitab setiap hari, misalnya 3-5 pasal. Meskipun itu tidak keliru, namun seringkali kita membacanya terburu-buru, dan pasal-pasal tersebut kurang meresap dalam hati.
Beliau menganjurkan untuk memulai metode yang meskipun kuno namun jauh lebih efektif, dan metode ini sudah dikenal sejak zaman para biarawan abad pertengahan.
Metode untuk saat teduh yang efektif kira-kira begini menurut beliau:
- mulailah dengan puji-pujian rohani dengan bebas dan rileks, ulangi bagian-bagian yang syairnya menyentuh hati Anda.
- lalu lakukan pembacaan Alkitab dengan satu dari 3 cara ini:
(a) memilih perikop yang dikotbahkan minggu ini, lalu renungkan lagi
(b) dari perikop yang dikotbahkan, carilah dengan apps Anda beberapa ayat yang memiliki kata atau frase yang sama, misalnya "persembahkan tubuhmu..." dll.
(c) pilih perikop tertentu yang Anda temukan dari renungan harian 
- bacalah 4-5 kali perikop tersebut, sampai Anda merasa nyaman
- berdoalah berdasarkan perikop itu, hubungkan dengan situasi Anda saat itu. Misalnya Anda membaca Mazmur 23, berdoalah misalnya: "Tuhan, saya percaya bahwa bersama-Mu aku tidak akan kekurangan. Engkau adalah sandaran hidupku, gunung batuku. Engkau akan memimpinku dalam rapat di kantor hari ini, Engkau juga akan melindungi keluargaku." dst
- belajarlah peka mendengar suara Tuhan.
- ulangi dan resapkan ayat-ayat penting dalam perikop itu dan jadikan itu bahan perenungan Anda sepanjang hari
Jika Anda melakukan hal ini terus-menerus, niscaya kehidupan iman Anda akan bertumbuh, dan Anda akan mengalami pengalaman perjumpaan yang intens dengan Tuhan setiap hari.

Penutup
Kiranya artikel ini membantu Anda mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara spiritual. Bagi para pendeta dan hamba Tuhan, mungkin cara yang paling efektif untuk menjangkau umat yang hilang bukanlah dengan teologi yang hebat atau kepiawaian berkhotbah, namun musik yang indah atau film kisah nyata yang bagus, itu dapat lebih efektif. Sebagai ayat penutup, izinkan saya mengutip pemazmur:

"Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (Mazmur 34:8)

versi 1.0: 24 mei 2017, pk. 11:36
VC

*Note: terimakasih kepada Hadi Tjahjono.

Referensi:
(1) http://gkmiimanuelcipayung.blogspot.co.id/2013/08/renungan-perjumpaan-dengan-tuhan.html
(2) http://mujizatitunyata3.blogspot.co.id/2010/08/percakapan-yesus-dengan-perempuan.html
(3) http://whitedodo.blogspot.co.id/2012/03/perjumpaan-dengan-tuhan-yang-membuat.html
(4) John Ortberg. If you want to walk on water..., url: http://www.zumbrolutheran.org/uploads/worship/sermons/2011-worship/3.9.11-walkonwater1.pdf
(5) John Ortberg. Jika anda ingin berjalan di atas air, keluarlah dari perahu. Surabaya: Literatur Perkantas, 2016
__________________

Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)

"we were born of the Light"

Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:

http://bit.ly/ApocalypseTV

visit also:

http://sttsati.academia.edu/VChristianto


http://bit.ly/infobatique