Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pendahuluan (Bagian 1): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung

RDF's picture

Blog ini menyambung kutipan dari akhir Blog pertama saya bahwa TIDAK ada sosok ‘imajinatif’ si Lucifer yang sudah sering dan banyak saya dengar dari BANYAK orang. Cerita-cerita tentang si Lucifer tersebut yang harus saya akui sempat saya percayai berpuluh-puluh tahun tanpa berbantah dan tanpa sebab sudah mulai saya tinggalkan. Namun layaknya sebuah data pada komputer, arsip data tersebut tidak bisa saya delete begitu saja bahkan harus saya akui bahwa masih sering pula cerita tersebut dan turunannya seperti setan, hantu bahkan sampai kuntilanak serta pocong masih menghantui saya, seolah-olah walau pikiran sudah dilengkapi dengan arsip data yang baru dan hati ini sudah tidak mempercayainya tetapi memori lama tersebut tidak dapat hilang. Bahkan, di sisi lain, saya merasa bahwa cerita lama kabar (dari) burung tersebut masih juga harus saya store pada achive folder tertentu karena tetap harus saya pelihara dan kembangkan untuk kepentingan ‘nyambung’ kepada BANYAK orang yang sudah begitu yakin buta akan cerita muasal setan tersebut.

Tulisan PENDAHULUAN ini saya bagi menjadi beberapa bagian yang berfungsi sebagai paparan awal dengan niat mengkaji dengan gaya paparan merunut kabar (dari) burung tentang si Lucifer yang sempat saya yakini dari BANYAK orang yang menceritakannya kepada saya. Kembali merujuk kepada tontotan masa kecil saya akan kuis “Pesan Berantai” yang saya paparkan pada Blog pertama saya, saya mencoba merunutnya ke belakang, kepada desas-desus, sumber-sumber kabar (dari) burung akan bergulirnya cerita apik nan tragis si Lucifer yang sudah umum kita yakini.

 

Jika kita runut ke belakang, mengapa kita perlu dan mau tau tentang asal muasal setan ini adalah karena sebagai manusia pada dasarnya selalu mempercayai dan memendam sebuah pertanyaan terdalam tentang dosa, tentang perbuatan jahat yang manusia lakukan, dan mengapa ada dosa di dunia ciptaan Sang Pencipta ini. Sebagian besar dari kita, manusia pada umumnya masih percaya bahwa bayi dilahirkan masih murni tanpa dosa. Lalu setelah bayi itu mulai beranjak hari demi hari, bulan demi bulan bahkan tahun berganti tahun, timbulah kecenderungan berbuat jahat pada si bayi (yang sudah menjadi besar itu). Kita sebagai manusia perlu tahu mengapa timbul niatan yang jahat dalam diri kita bahkan mengapa sampai perbuatan dosa/ salah dapat dilakukan sebagai bentuk pertentangan terhadap Sang Pencipta. Biasanya, kita harus rela dan mengakui bahwa bukan kitalah yang menjadi biang keladi dosa dan hal-hal yang jahat itu. Sesuai keyakinan BANYAK orang yang saya ceritakan di awal Blog saya, akhirnya manusia menemukan jawaban dasar atas kegundahannya bahwa ada seorang makhluk mungkin sesosok makhluk, seorang personil, seorang ciptaan Sang Pencipta yang sudah ada sebelum manusia ada. Ya, si Lucifer, seorang malaikat ciptaan Sang Pencipta yang begitu tragis melakukan kudeta terhadap PenciptaNya dan akhirnya dibuang dari Surganya Sang Pencipta. Sesosok makhluk yang mungkin umum kita lihat imejnya dan sudah kita yakini sebagai biang keladi dari kejahatan dunia ini. Sesosok makhluk yang sering digambarkan sebagai makhluk bertanduk dua pada kiri kanan kepalanya, lengkap dengan buntutnya yang terkulai panjang serta biasanya dilengkapi membawa trisula dengan warna dominan merah pada tubuhnya. Ya, malaikat nan cantik dan agung, dipercayai BANYAK orang yang akhirnya berubah menjadi sesosok makhluk menakutkan sejak dibuang oleh PenciptaNya. Dia-lah sosok yang kita yakini selama ini sebagai sumber dari setiap perbuatan jahat, perbuatan dosa dan segala hal yang buruk terjadi di dunia ini. Dan lagi-lagi jika kita menerima dan meyakini cerita ini sebagai sebuah kebenaran dan sejarah penciptaan maka Sang Pencipta hingga hari ini masih harus terus berkompetisi dengan ex-ciptaanNya untuk segera membenahi dunia yang sudah rusak karena ulah pemberontakNya tadi.

 

Baiklah seperti janji saya pada pembukaan Blog kedua ini, saya akan meneruskan perjalanan Blog saya ini pada sebuah paparan untuk merunut dari mana, kapan, mengapa dan bagaimana sosok yang dipercayai BANYAK orang itu bisa hadir. Terdengar sayup-sayup ceritanya bak kabar (dari) burung tetapi sayup-sayupnya kabar ini berhasil mencengkram pikiran dan memori banyak orang sangat kuat dengan doktrinnya bertahun-tahun bahkan sampai berabad-abad.

 

Sebelum saya mulai merunut asal muasal sosok biang keladi itu, saya akan memaparkan terlebih dahulu sebuah kerangka kebenaran yang tentunya berasal dari sumber kebenaran Alkitab dengan cara merujuk kepada apa yang Alkitab catat, tulis dan bicarakan tentang Allah dan beberapa tautan tentang malaikat-malaikat dan berusaha menangkap dan mencernanya sebagai sebuah kebenaran tanpa beban tafsiran.

 

Setelah itu, secara perlahan-lahan, saya akan mulai merunut dengan gaya paparan merunut ke belakang tentang petunjuk-petunjuk kepercayan-kepercayaan yang sudah beredar sebelum era kekristenan muncul, teologi-telologi yang sudah beredar sejak berabad-abad lalu secara sistematis dan dengan setia tetap merujuk kepada tautan-tautan Kitab, pasal dan ayat pada Alkitab yang dengan gamblang mencatat kata-kata, bukti dan peristiwa seputar penciptaan, malaikat, dosa, iblis, setan, roh-roh jahat, kerasukan, kesurupan, excorsism, dan lain-lain.

 

Juga saya akan mulai memperkenalkan sebuah paham dan kepercayaan yang disebut atau dikenal sebagai Pagan(isme) yang ternyata sudah ada serta berkembang pada zaman Yesus Kristus yang juga disebutNya seperti yang terekam pada kitab Matius 6:32 dimana saya mengutipnya seperti saya ambil dari NIV, “For the pagans run after all these things, and yourheavenly Father knows that you need them.”

Saya mulai Panduluan saya dengan paparan berikut ini tentang Allah dan beberapa tautan tentang malaikat:

 

Allah berkata kepada Israel bahwa namaNya adalah YHWH, yang artinya “AKU ADALAH AKU” atau dengan kata lain, “AKU ADA YANG AKU ADA” (Keluaran 3:13-15). Allah menyatakan diriNya langsung kepada Musa dalam Keluaran 6:2 sebagai YHWH sebagaimana tercatat dalam salah satu kitab Musa (Taurat) dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani yang jika dilatinkan sebagai Yehova atau Yahweh. Inilah nama yang turun-menurun. “Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa. Beginilah yang kamu katakan kepada anak-anak Israel, TUHAN (Yahweh), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub ... itulah namaKu selama-lamanya dan sebutanKu turun-menurun” (Keluaran 3: 15). Ini berarti peringatan Allah akan namaNya yang mana Allah berkehendak agar kita mengingatNya.

 

Untuk itu nama lengkap Allah adalah “TUHAN Allah.” Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, dan dalam bahasa terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia kemungkinannya besar sekali telah terjadinya kesalahan yang mendetil ketika dalam menterjemahkan bahasa Ibrani ‘Allah’. Salah satu yang umum dari bahasa Ibrani yang diterjemahkan ‘Allah’ adalah ‘Elohim’ yang berarti ‘Yang Esa’.

 

Memulai paparan saya tentang para malaikat di bawah ini adalah beberapa poin penting yang pada berikutnya akan saya paparkan rujukannya dari Alkitab bahwa malaikat:

 

  • nyata, berpribadi
  • membawa nama Allah (Yahweh atau Yehovah)
  • menjadi yang mana Roh Allah bekerja untuk melakukan kehedakNya
  • sesuai dengan karakter dan tujuanNya
  • dapat menjadi perwujudanNya atau wujud pernyataanNya

Merujuk kepada catatan dari penciptaan dunia dalam Kejadian 1 menunjukan kepada kita bahwa Allah berbicara menjelaskan perintah-perintahNya mengenai penciptaan dan setelah Allah berbicara maka terjadilah semuanya itu (“dan terjadilah” sebagai dicatat dalam Kitab Kejadian pasalnya yang pertama). Berikutnya sebagaimana ditemukan pada catatan kitab Mazmur bahwa “malaikat-malaikat, pahlawan perkasa yang melakukan perintahNya, dengan mendengarkan suara firmanNya” (Mazmur 103: 20).

 

Oleh sebab itu dapat dijelaskan untuk pendapat bahwa ketika kita membaca tentang ‘Allah’ menciptakan dunia, pekerjaan ini dilakukan oleh para malaikat. Ayub 38: 4-7 menerangkan hal ini juga.

 

Paparan berikutnya merinci tentang pasal penciptaan pada Kitab Kejadian pasalnya yang pertama:

 

Hari ke-1 “Berfirmanlah Allah: jadilah terang, maka terang itu jadi” (ayat 3)

 

Hari ke-2 “Berfirmanlah Allah: jadilah cakrawala (langit, ruang) ditengah segala air untuk memisahkan air (di bumi) dari air (di dalam awan) ... maka terjadilah” (ayat 6,7)

Hari ke-3 “berfirmanlah Allah: hendaklah air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat (membentuk lautan dan samudra) ... sehingga terlihat yang kering; maka terjadilah demikian” (ayat 9)

Hari ke-4 “berfirmanlah Allah: jadilah benda-benda penerang ... di langit... maka terjadilah” (ayat 14,15)

Hari ke-5 “berfirmanlah Allah: hendaklah dalam air berkeriapan makhluk hidup... dan burung-burung yang terbang... dan Allah menciptakan segala yang hidup” (ayat 20,21) – “maka terjadilah”

Hari ke-6 “berfirmanlah Allah: biarlah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk hidup... ternak, dan segala yang melata... maka terjadilah” (ayat 24).

Manusia juga diciptakan pada hari keenam. “berfirmanlah Allah: baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita …” (Kej 1: 26).

 

Untuk sekarang, saya mau menunjuk bahwa “Allah” di sini tidak hanya mengarah pada Allah dalam pribadi diriNya – “baiklah Kita menjadikan manusia” menunjukan bahwa ‘Allah’ yang mengarah kepada lebih dari satu pribadi. Terjemahan bahasa Ibrani ‘Allah’ di sini adalah ‘Elohim’, yang berarti ‘Yang Maha Esa’, ‘Sang Pencipta’ dan betuk jamak di sini merujuk kepada referensi para malaikat. Mereka adalah sungguh nyata, berbagi sifat dasar atau natur yang sama seperti Allah.

 

Sifat dasar Allah (‘sifat dasar ke-illahian’)

  • Dia tidak dapat berdosa (sempurna) (Roma 9:14; 6:23; Mazmur 90:2; Matius 5:48; Yakobus 1:13)
  • Dia tidak dapat mati, abadi (1 Timotius 6: 16)
  • Dia penuh kuasa dan kekuatan (Yesaya 40:28)

Ini adalah sifat dasar dari Allah dan para malaikat, yang mana telah diberikan kepada Yesus setelah kebangkitanNya (Kis 13:34; Why 1:18; Ibr 1:3). Inilah sifat dasar yang dijanjikan kepada kita (Luk 20:35,36; 2 Ptr 1:4; Yes 40:28,31).

 

Sifat dasar manusiawi

  • kita dicobai untuk berdosa (Yakobus 1:13-15) oleh pemikiran alamiah yang salah (Yeremia 17:19; Markus 7:21-23)
  • kita ditakdirkan untuk mati, tidak abadi (Roma 5:12,17; 1 Korintus 15:22)
  • kita berkekuatan sangat terbatas, baik fisik (Yesaya 40:30) dan mental (Yeremia 10:23)

Inilah sifat dasar semua manusia, baik dan buruk, sekarang dimiliki. Akhir dari sifat dasar ini adalah kematian (Roma 6:23). Inilah sifat dasar yang dimiliki Yesus selama hidup fanaNya (Ibr 2:14-18; Rm 8:3; Yoh 2:25; Mark 10:18).

 

Penampakan-penampakan malaikat

Para malaikat yang juga mempunyai natur Allah haruslah tidak berdosa dan tidak dapat mati – melihat bahwa dosa membawa kematian (Roma 6: 23). Seringkali ketika para malaikat menampakan dirinya di bumi mereka juga dapatterlihat seperti manusia biasa. Perhatikan paparan berikut:

  • Para malaikat datang kepada Abraham dan menyampaikan firman Allah; mereka digambarkan ada “tiga orang”, yang mana Abraham mengenalinya sebagai manusia, sejak saat penampakan mereka: “biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu, dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini” (Kejadian 18:4).
  • Dua dari malaikat-malaikat itu kemudian mendatangi Lot di kota Sodom. Juga mereka dikenal sebagai manusia oleh Lot maupun oleh masyarakat Sodom. “datanglah dua malaikat ke Sodom”, yang diundang oleh Lot untuk bermalam bersamanya. Tetapi manusia Sodom mendatangi rumahnya, meminta dengan cara memaksa: “dimana laki-laki yang datang malam ini?”. Lot menjawab: “mereka tidak melakukan apa-apa”. Dicatat bahwa sebutan untuk mereka adalah juga ‘manusia’. Manusia itu (para malaikat) meletakan tangan mereka ke depan” dan menyelamatkan Lot; “dan manusia itu berkata kepada Lot... Tuhan telah mengirim kami untuk menghancurkan” Sodom (Kejadian 19:1,5,8,10,12,13).
  • Perjanjian Baru menanggapi kejadian ini dengan mengkonfirmasikan bahwa penampilan para malaikat juga bisa dalam bentuk manusia. “Jangan kamu lupa menjamu kepada orang; sebab tanpa diketahui beberapa orang (contoh Abraham dan Lot) telah menjamu malaikat” (Ibrani 13:2).
  • Yakub bergulat semalaman dengan seorang asing (Kejadian 32:24), yang kemudian dikatakan kepada kita bahwa seorang malaikat (Hosea 12: 4).
  • Dua pria dengan jubah putih berkilauan hadir dalam kebangkitan (Lukas 24:4) dan kenaikan Yesus (Kisah Para Rasul 1: 10). Ini menjelaskan para malaikat.

Para malaikat tidak berdosa

Sebagai malaikat yang dibagikan natur Allah maka sudah pasti mereka tidak dapat mati. Melihat bahwa dosa membawa kematian, itulah sebabnya mereka juga pasti tidak berdosa. Bahasa asli Yunani dan Ibrani menterjemahkan kata ‘malaikat’ artinya ‘pembawa pesan’; para malaikat adalah pembawa pesan atau pelayan Allah, taat kepadaNya, itulah sebabnya sangat tidak mungkin dapat berpikir bahwa mereka bisa berdosa. Bahasa Yunaninya ‘aggelos’ yang diterjemahkan ‘malaikat’ yang juga diterjemahkan ‘pembawa pesan’ ketika berbicara sebagai manusia – contoh Yohanes pembaptis (Mat 11: 10) dan suruhannya (Luk 7: 24); suruhan Yesus (Luk 9:52) dan manusia yang disuruh mengintai Yerikho (Yak 2:25). Akan tetapi sebagai kapasitasnya ‘pembawa pesan’ atau malaikat itu menujuk sebagai manusia tetap saja ada kemungkinan bahwa ‘para malaikat’ itu dapat berdosa.

Tetapi jika menunjuk kepada ‘pembawa pesan’ sebagai malaikat makhluk Allah dengan natur Allah maka sudah dipastikan bahwa malaikat hanya taat kepada Allah, dan oleh sebab itu tidak dapat berdosa.

 

“TUHAN telah menegakkan tahtaNya di surga dan kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu (tidak ada yang dapat melawan Allah di surga). Pujilah TUHAN, hai malaikat-malaikatNya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang menjalankan firmanNya dengan mendengarkan suara firmanNya. Pujilah TUHAN, hai segala tentaraNya, hai pejabat-pejabatNya yang melakukan kehendakNya” (Mazmur 103: 19-21).

 

“pujilah Dia, hai segala malaikatNya... segala tentaraNya” (Mazmur 148: 2)

 

“para malaikat... bukankah mereka adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka (orang percaya) yang harus memperoleh keselamatan?” (Ibrani 1:13,14).

 

Pengulangan kata “segala” di sini merupakan petunjuk bahwa para malaikat tidak dipisahkan menjadi dua kelompok menjadi kelompok satu yang baik dan satu lainnya yang berdosa. Kembali menunjuk pada natur para malaikat seperti tercatat di dalam Lukas 20:35 dan 36 adalah: “mereka yang dianggap layak... tidak kawin dan dikawinkan ... tidak dapat mati lagi: mereka sama seperti malaikat-malaikat”. Ini merupakan poin yang sangat utama untuk menjadi pegangan bahwa para malaikat tidak dapat mati. Referensi tentang “para malaikat” (Lukas 20: 35,36) juga menunjukan bahwa tidak ada pengkategorian dari malaikat baik dan malaikat berdosa; yang ada hanyalah satu kategori dari malaikat-malaikat. Jika malaikat dapat berbuat dosa, maka Allah memiliki kepincangan untuk bertindak dalam hidup kita dan berhubungan dengan dunia, melihat bahwa Dia bekerja melalui para malaikatNya (Mazmur 103: 19-21). Allah melakukan segalanya oleh kuasa Roh KudusNya melalui para malaikatNya (Mazmur 104: 4)..

 

Para malaikat dan orang-orang percaya

Adalah alasan baik untuk percaya bahwa setiap orang percaya sungguh-sungguh memiliki malaikat-malaikat – setidaknya satu untuk satu – menolong mereka di dalam kehidupan mereka.

 

  • “Malaikat TUHAN berkemah mengelilingi mereka yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka” (Mazmur 34: 8)
  • Orang kristen mula-mula percaya bahwa Petrus memiliki malaikat pelindung (Kisah Para Rasul 12: 14,15)

Jika malaikat dapat menjadi jahat dalam artian menjadi berdosa, maka mengenai janji-janji akan pengendalian dan penyertaan malaikat dalam hidup kita akan menjadi sebuah kutuk di dalam sebuah berkat.

 

Kita telah melihat bahwa  para malaikat itu ...

 

  • mempunyai sifat dasar Allah yang kekal
  • yang tidak dapat berdosa
  • yang selalu melakukan perintah Allah
  • dan yang menjadi perantara yang mana kuasa Roh Allah berbicara dan bekerja  

Kembali merujuk pada cerita BANYAK orang yang saya tuliskan pada Blog pertama saya ternyata masih BANYAK bahkan merupakan pandangan umum bahwa malaikat-malaikat dapat berdosa, dan malaikat-malaikat yang berdosa itulah yang bertanggung-jawab atas dosa dan masalah di atas bumi. Untuk itu kita akan terus menelusuri desas-desusnya sampai kepada pandangan umum yang berlaku ini dan untuk saat ini kita akan membuat beberapa poin sebagai berikut:

 

  • Telah diduga bahwa adanya penciptaan sebelum diri kita sendiri, seperti yang dicatat dalam Kejadian 1. Namun Alkitab tidak mengatakan kepada kita tentang hal-hal ini tetapi menceritakan kepada kita tentang apa yang perlu kita ketahui tentang situasi saat ini, yang mana di sana tidak ada malaikat berdosa; semua malaikat penuh ketaatan kepada Allah.
  • Tidak akan dapat berdosa akan makhluk-makhluk di surga, melihat bahwa Allah “memiliki mata terlalu suci untuk memandang kejahatan” (Hab 1:13). Sama juga dengan Mazmur 5: 4,5 yang menjelaskan: “tiada kefasikan dapat tinggal di dalamMu. Orang bodoh tidak akan bertahan” dalam surga tempat kediaman Allah. Pemikiran tentang melawan Allah di surga oleh malaikat-malaikat berdosa sangat kontradiksi dan berlawanan dengan bagian ini.
  • Terjemahan bahasa Yunani “malaikat” yang berarti “pembawa pesan” dan dapat dialihkan kepada manusia, seperti yang ditunjukan kepada kita, sebagimana manusia “pembawa pesan” dapat, tentunya, berdosa.

Para malaikat membawa nama Allah

Dikatakan kepada kita dalam Keluaran 23: 20 dan 21 bahwa Allah berbicara kepada orang Israel bahwa seorang malaikat akan mendahului mereka; “namaKu di dalam Dia”, dikatakan kepada mereka. Pribadi nama Allah adalah ‘Yahweh’. Jadi malaikat membawa nama dari Yahweh, dan memungkinkan dia disebut ‘Yahweh’, atau ‘Tuhan’, dalam hurup kecil, seperti kata ‘Yahweh’ yang diterjemahkan ke dalam N.I.V. Dikatakan kepada kita dalam Keluaran 33: 20 bahwa tidak ada seorangpun dapat melihat wajah Allah dan hidup; tetapi di dalam Keluaran 33: 11 kita membaca bahwa “TUHAN (Yahweh) berbicara kepada Musa muka dengan muka, seperti seseorang berbicara kepada temannya” – secara langsung. Ini bukanlah TUHAN, Yahweh, pribadiNya sendiri, yang berbicara kepada Musa dengan bertatap muka, karena tidak ada seorangpun dapat melihat Allah itu sendiri. Itu adalah malaikat yang membawa nama Allah; sehingga kita membaca TUHAN berbicara bertatap wajah dengan Musa dan ini menjelaskan malaikat yang melakukan itu (Kisah Para Rasul 7: 30-33).

Masih banyak contoh lagi dari kata-kata ‘Allah’ dan ‘TUHAN’ yang menjelaskan para malaikat bukanlah Allah itu sendiri. Satu contoh yang jelas adalah Kejadian 1: 26: “dan Allah (para malaikat) berkata, baiklah Kita menjadikan manusia di dalam rupa dan gambar Kita”.

 

Manusia dengan nama Allah

Satu dari bagian-bagian yang sangat membantu dalam memaparkan semua ini adalah Yohanes 10:34-36. Di sinilah kaum Yahudi melakukan kesalahan yang banyak dilakukan hari ini. Mereka mengira bahwa Yesus mengatakan bahwa diriNya adalah Allah itu sendiri. Yesus telah mengoreksi mereka dengan mengatakan, “tidakkah ada tertulis dalam kitab tauratmu, Aku telah berfirman, bahwa kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ‘allah’ ... bagaimana kamu dapat berkata ke (Aku)... ‘Engkau menghujat’ karena Aku berkata, Aku adalah Anak Allah?” Yesus sungguh-sungguh mengatakan ‘dalam Perjanjian Lama manusia disebut ‘allah’; Aku mengatakan Aku adalah Anak Allah; jadi mengapa kamu menjadi begitu terganggu?’ Yesus mengutip dari Mazmur 82, di mana para hakim Israel disebut ‘allah’.

Sebagaimana telah ditunjukan, nama lengkap Allah dalam bahasa Ibrani adalah ‘Yahweh Elohim’ – mengimplikasikan ‘Dia yang akan dinyatakan di dalam kelompok Yang maha Esa’. Orang-orang percaya yang sesungguhnya adalah mereka yang Allah nyatakan dalam sentuhan terbatas kehidupan ini. Namun bagaimanapun, di dalam Kerajaan, akan ada ‘Yang maha Esa’ yang mana TUHAN secara penuh dinyatakan.

 

 

 

jesusfreaks's picture

MALAIKAT bisa BERDOSA kok

ada tuh ayatnya soal Malaikat Berdosa.

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

RDF's picture

Ya memang bisa kok

seperti pada paparan saya di Blog kedua saya, manusia dengan kapasitasnya sebagai 'pembawa pesan' atau 'malaikat'nya Allah, tentunya pembawa pesan (atau baca malaikat) dengan natur manusia memang bisa BERDOSA kok.

 

Salam

jesusfreaks's picture

kok manusia sih, saya bilang malaikat kok

wah wah wong yang saya maksud adalah malaikat betulan kok bukan manusia malaikat.

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

RDF's picture

menjawab berdasarkan paparan Blog 2

baiklah, sebelum saya merespon, saya mencoba menyamakan dasar pemikirannya. malaikat betulan? manusia malaikat?

merujuk pada paparan Blog 2 saya, kata malaikat yang jika kita mau mengarah pada Alkitab sebagai rujukan kita bersama, selalu merujuk kepada definisi: utusan, pesuruh, pembawa pesan, baik itu dari akar katanya 'malak' (bahasa Ibrani untuk PL) maupun 'aggelos' (bahasa Yunani untuk PB). Lagi merujuk pada apa yang sudah saya paparkan di Blog 2 saya, jika utusan/pesuruh/ pembawa pesan menujuk kepada utusan/ pesuruh/pembawa pesan (baca: malaikat) dengan natur Allah (mungkin ini yang dimaksud dengan malaikat betulan) pasti mereka TIDAK berdosa. Jika utusan/pesuruh/pembawa pesan menujuk kepada utusan/pesuruh/pembawa pesan (baca: malaikat) dengan natur manusia (mungkin ini yang disebut dengan manusia malaikat) maka mereka bisa berdosa (masih tetap harus dibicarakan selanjutnya apakah definisi dosa dan kejahatan). Pada Blog-Blog berikutnya yang sedang saya persiapkan dan dalam proses editing, saya akan mencoba memaparkan beberapa rujukan dari Alkitab seputar malaikat yang sudah menjadi 'ayat-ayat populer' yang sudah turun-temurun yang dipahami BANYAK orang sebagai bukti umum : malaikat berdosa (mungkin Blog-Blog yang tengah saya persiapkan tersebut dapat menyentuh ayat yang dimaksud jesusfreaks sebagai rujukan Malaikat berdosa)

Orang Bijak III's picture

Kayaknya kamu bukanlah orang yang berhikmat...

“tidakkah ada tertulis dalam kitab tauratmu, Aku telah berfirman, bahwa kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut ‘allah'

Apakah anda paham maksud dari kata 'allah' di atas...?

Coba anda renungkan ayat ini :

Keluaran 23:24

Janganlah engkau sujud menyembah kepada allah mereka atau beribadah kepadanya, dan janganlah engkau meniru perbuatan mereka,.....dst....

Alkitab sudah dengan jelas membedakan antara "Allah" dengan "allah"

Ternyata kamu bukanlah orang yang berhikmat, karena terlalu mudah untuk mendapatkan unsur kesengajaanmu dalam membingungkan pembaca tentang Alkitab.

RDF's picture

respon

saya ingin merespon terhadap komentar Orang Bijak III namun saya masih belum juga mendapat tautannya antara Blog yang saya tulis, komentar-komentar yang sudah masuk dan respon balik saya yang saya paparkan tentang topik pada Blog 2 saya. Saya akan segera merespon lagi.

(setelah membaca ulang, ... mencoba untuk mencari tautan antara Blog yang saya tulis, komentar-komentar yang sudah masuk dan respon dari Orang Bijak III, berikut respon yang dapat saya berikan)

 

Saya berangkat dari catatan Alkitab yang merupakan perkataaan Yesus sendiri seperti tercatat pada Yohanes 10 tentang Gembala yang baik yang memicu komentar negatif dari para orang-orang Yahudi yang mendengar ucapan tersebut. Kisah terus berlanjut sesuai catatan Yohanes pada pasalnya yang kedua puluh dua dimana peristiwa berselang beberapa saat dan Yohanes mencatat  bahwa lalu peristiwa berlanjut dengan Yesus disebutkan berada pada seting waktu Hari Raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, waktu itu sedang musim dingin. Rupanya pada seting waktu itu merupakan seting waktu yang diambil orang-orang Yahudi yang sudah sejak pengakuan Yesus sebagai Gembala yang baik sudah menyimpan kegundahan dan kebingungan tentang pernyataan diriNya. Masih di Yohanes 10 pada ayat yang ke-24, perdebatan ini dimulai hingga pasal yang ke-39.

Kembali kepada paparan Blog 2 saya dimana saya mengutip catatan peristiwa yang tertulis di Yohanes 10 ini, saya menulisnya di bawah rujukan sub ide tulisan saya bahwa manusia dapat membawa nama Allah, Sang Pencipta.

Allah, Sang Pencipta, Yang Maha Esa sebagaimana DIA menyatakan diriNya kepada Musa dan berpesan untuk diingat sampai turun-temurun sebagaimana tercatat di dalam Keluaran 3;15 sudah baku dan merupakan bukti bahwa DIA-lah Pengusa Tunggal jagad raya ini. Pada Blog 2, saya memaparkan bahwa Allah tentang namaNya dan hakekatNya dapat menitipkan namaNya untuk dipunyai oleh siapa saja yang dapat DIA pilih untuk menyatakan 'pernyataan'Nya atau 'pewahyuaan'Nya atau untuk menyatakan hakekatNya.

Seperti seorang anak khususnya dapat memiliki nama dari bapanya dimana ia diharapkan membawa 'pribadi' bapanya atau diharapkan disamakan dengan bapanya maka anak boleh memiliki nama depan yang sama tetapi tetap dia bukanlah satu dan pribadi yang sama dengan bapanya. Dalam hal ini yang saya maksud sama dengan sebuah perwakilan dari sebuah perusahaan jika berbicara bahwa, 'halo saya dari Ogilvy (perusahaan advertising dunia ternama)' atau 'kami datang dari OC Kaligis Ass' maksudnya bahwa mereka bukanlah Tuan David Ogilvy sang 'founder' ataupun Tuan OC. Kaligis tetapi mereka membawa nama yang mereka sebut karena mereka bekerja dalam perusahaan yang dimaksud dan atas prinsip dan kinerja yang empunya nama tersebut.

Berkaca dari paparan saya bahwa manusia dapat membawa nama Allah maka saya merujuk pada catatan dalam Yohanes 10 di atas dimana Yesus dipersalahkan menghujat Allah Sang Pencipta sampai-sampai mau dilempari batu oleh orang-orang Yahudi karena Yesus dianggap menyamakan diriNya dengan Allah melalui banyak pengajaran-pengajaranNya. Namun paham Yesus berhadapan dengan lawan bicaraNya yang adalah orang-orang Yahudi yang ketat memegang hukum Taurat maka Yesus mengutip seperti apa yang tercatat di dalam kitab Yahudi yang menunjuk kepada catatan pada Mazmur 82:1-4 dimana Allah sebenarnya 'menitipkan' hakekatNya kepada para tokoh-tokoh pemimpin dan hakim Israel yang ditugaskah sebagai wakil Allah melaksanakan keadilan di bumi ini, melindungi yang lemah dan menolong membebaskan mereka dari pada penindas namun Allah mencela wakilNya (yang ditulis sebagai 'allah') karena bukannya bertindak adil sebagaimana sepantasnya karena menyandang nama Allah namun malah menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik. Nah, 'kepiawaian' Yesus merujuk kepada Mazmur 82 tadi membawa bukti analogi yang nyata bahwa jikalau hakim Israel yang berlaku lalim saja dapat 'disamakan' dengan allah karena fungsinya membawa keadilan Allah di muka bumi ini masakan Yesus yang bahkan melakukan perbuatan baik (Yohanes 10: 32-33) menyatakan hakekat Allah dituduhkan menghujat nama Allah? Yesus seraya berkata kepada orang-orang Yahudi tersebut:'Aku mengatakan Aku adalah Anak Allah (karena Aku menyatakan sifat dan hakekat Allah), jadi mengapa kamu terganggu? Sedangkan pada kitabmu juga menuliskan bahwa pendahulu-pendahulumu yang walaupun berbuat lalim dan jahat juga disamakan dengan Allah sebagai allah dalam posisinya sebagai hakim untuk menyatakan keadilanNya.

Selebihnya tentang pembedaan penulisan Allah dan allah memang Alkitab sudah cukup jelas sejauh kita tetap juga harus mengacu kepada konteks peristiwa, paparan dan runutan akar katanya.

 

Salam