Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace
Pendahuluan (Bagian 11-1): Kajian Lucifer – Merunut Kabar (Dari) Burung
Konsep Setan di Era Kita, di Abad RDF
Tidak terasa … ‘Penjelajahan’ saya merunuti asal muasal dan kabar tentang ‘sosok’ Lucifer legendaris yang pamornya begitu besar ini bak perjalanan mengendarai mesin sejarah kembali ke ribuan tahun masa lampau, menyusuri mulai dari kisah Penciptaan hingga keberadaan bangsa-bangsa peradaban awal dan masa-masa kejayaan mereka seperti era Mesir, Babilonia, Romawi Kuno, dan Yunani Kuno. Saya serasa berada di tengah waktu-waktu itu menyaksikan semua rangkaian fakta tersebut.
Ya, … tidak terasa … mesin sejarah ini terus membawa saya mengarungi abad-abad kejayaan bangsa Romawi hingga masa pemerintahannya pada saat kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Sejarah mencatat bahwa saat itu kaum Yahudi, bangsa Israel bukanlah sebuah Negara merdeka. Mereka berada di bawah pemerintahan Kaisar Romawi dan penggenapan nubuatan nabi-nabi Perjanjian Lama khususnya Nabi Yesaya tengah ditunggu-tunggu dari generasi ke generasi oleh kaum Yahudi akan lahirnya seorang Juruselamat untuk membebaskan nasib bangsa mereka yang terjajah untuk kembali menjadi sebuah bangsa yang berkuasa seperti pada Era Perjanjian Lama, masa keemasan mereka. Maka tidaklah mengherankan jika ketika didengar oleh bangsa Yahudi bahwa Mesias itu telah lahir di kota Betlehem dari sepasang insan Yusuf dan Maria, yang dinamakan Yesus, pengharapan ribuan tahun yang terpendam itu serasa merekah. Sosok Yesus yang lahir itu sontak mendapat perhatian dari para Ahli-ahli Taurat dan pemuka agama Yahudi yang paham sekali akan semua nubuatan pada gulungan kitab-kita Perjanjian Lama. Belum lagi tanda-tanda yang dibuat oleh Yesus seperti melakukan kesembuhan, menyembuhkan orang sakit, menyembuhkan orang dari yang mereka percayai sebagai kerasukan setan-setan sontak langsung beredar di seantero Galilea seperti dicatat pada Kitab Matius. Namun, sayang beribu sayang, harapan mereka yang merekah terhadap munculnya sosok Yesus Kristus yang digadang-gadang untuk segera menjadi Raja mereka untuk melepaskan mereka dari pemerintahan Romawi harus terpaksa sirnah ketika alih-alih menyetujui dan mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Yahudi namun selalu saja Yesus itu membicarakan tentang ‘kerajaan’Nya yang lain, yaitu kerajaan yang bukan dari dunia ini. Terlihat semakin lama bahwa tidak ada minat sedikitpun dari Yesus untuk segera mengambil kekuasaan Yahudi dari pemerintahan bangsa Romawi untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka. Bahkan, Yesus sendiri selalu menyatakan untuk tunduk kepada Kaisar walaupun terang-terangan menyatakan bahwa diriNya adalah Anak Allah yang diutus Bapa. Yesus selalu berbicara tentang sebuah kerajaan dan pemerintahanNya, namun faktanya tidak pernah sedikitpun mengambil tindakan untk menjatuhkan atau mengambil alih kekuasaan Romawi atas bangsanya. Lebih tragis lagi, Yesus malahan membicarakan tentang kematianNya dan segala kesengsaraanNya.
Akhirnya, para pemuka agama Yahudi sontak merasa diri mereka dipermainkan. Khalayak massa Yahudi yang begitu gandrung dan menaruh pengharapan sebesar-besarnya kepada sosok Yesus Kristus akhirnya berbalik berang karena provokasi pengaruh para tokoh pemuka agama dan tidak kunjung datangnya jawaban atas harapan mereka. Akhirnya, massa bertindak. …
Yesus dicap sebagai seorang penipu dan penghujat Allah Yahweh. Sejarah pun mencatat bahwa Yesus menjadi bulan-bulan kemarahan umat Yahudi di zamannya akibat kekecewaan yang mendalam umat Yahudi akan hari ‘pembebasan’ itu yang tidak pernah kunjung datang. Semua pangajaran moral dan kabar baik yang diberitakan Yesus selama ini yang mereka kagum-kagumi dalam sekejap mata terlupakan karena amarah yang sudah memuncak. Semua tanda-tanda dan mujizat yang dibuat Yesus selama ini, kuasaNya mengusir para ‘setan-setan’ yang selama ini dianggap dari Allah Yahweh, akhirnya harus disangkal oleh khalayak sebagai tidak lebih perbuatan dari Beelzebul (tertulis di dalam Kitab Matius 12:27. Pada saat itu sesuai kitab II Raja-raja 1:2, diyakini bahwa Beelzebul adalah sesembahan atau dewa baal bangsa Filistin). Puncaknya adalah pada saat para pemuka agama Yahudi dan khalayak membawa Yesus untuk diserahkan kepada pengadilan penguasa yakni pemerintahan Romawi untuk otoritas Yahudi agar dihukum. Walau para Imam Besar bahkan hingga Pilatus telah memeriksa dan tidak menemukan kesalahan Yesus, namun ironis kekuatan massa yang menekan dan mengharapkan Yesus dihukum atas dasar penghujatan nama Allah lebih besar, sehingga akhirnya Pilatus menyerahkan semua keputusan kepada massa. Sejarah mencatat Yesus akhirnya disalibkan. … mati …
Kemudian, pertanyaan-pertanyaan seolah-olah membanjiri pikiran saya tentang, “Mengapa Yesus hadir dalam keadaan dan situasi zaman seperti itu?”, “Mengapa Yesus harus dipermalukan seperti itu?”, “Bukankah Yesus adalah Allah sendiri? Atau paling tidak ‘Anak Allah?’, “Mengapa Yesus harus mati?”, “Mengapa Yesus harus mati dengan cara disalibkan?”, “Untuk mengambil kembali kuasa Allah yang sudah dicuri oleh Lucifer?”, “Mengapa … ?”
Yang saya dengar selama ini, Yesus harus mati untuk menebus dosa dunia dan sayup-sayup terdengarnya dari para pendeta yang pernah mengatakannya yaitu untuk mengambil kembali manusia dari kuasa dosa, yaitu kuasa Setan. Setan yang mana? Setan yang asal-muasalnya dari Biduan Malaikat, Lucifer itukah?
…
Dari abad Yesus, setelah kematianNya. Yesus bangkit! Pengharapan kembali datang kepada murid-muridNya. Jelas, pengharapan mereka yang sempat sirnah seolah-olah bangkit kembali. Terlihat sangat jelas ketika mereka masih berharap kembali tentang pemulihan Israel itu (Kisah Para Rasul 1:6). Namun, Yesus lagi-lagi tidak menjawab pengharapan mereka apalagi mewujudkan mimpi restorasi kerajaan bagi Israel yang sudah dinantikan dan dinubuatkan ribuan tahun lamanya. Yesus, mengambil tindakan untuk pergi kembali ke tempat dimana Ia berasal. Yesus naik ke Sorga. Namun, di detik-detik akhir harapan restorasi itu dipertanyakan, Yesus seraya menyerahkan semua misi yang sudah dimulainya selama masa tiga setengah tahun itu kepada murid-muridNya. Mereka ditugasi untuk menjadi saksiNya. Namun, Yesus tidak meninggalkan mereka begitu saja. Yesus menjanjikan Roh Kudus kepada mereka saat itu. Yesus menggenapi janjiNya dan lagi-lagi sejarah mencatat.
Dari situ, babak perunutan Lucifer terus bergulir dengan merunuti kisah Para kedua belas Rasul (Matias masuk menggantikan dan menggenapi jumlah kedua belas murid setelah Yudas Iskariot yang menjual Yesus memutuskan untuk menggantung dirinya). Muncul pula tokoh sentral Perjanjian Baru para Rasul yang bernama Saulus yang kemudian berganti nama menjadi Paulus ketika di dalam perjalannya ke Damsyik dijumpai secara langsung oleh Yesus. Dari mereka, semua tentang kehidupan Yesus, ajaran Yesus sampai kematian Yesus diberitakan. Mereka memegang teguh perintah terakhir yang diperintahkan Guru Agung mereka untuk menjadi saksiNya. Berita tentang Yesus yang semula hanya didengar di seputar daerah Galilea, menyebar ke Yerusalem, seluruh Yudea hingga menyeberang lintas daerah bahkan sampai ke pusat kota Roma, pusat pemerintahan Romawi, kota Korintus, Galatia, Filipi (kawasan Yunani Kuno) hingga sampai ke Antiokhia (Turki) dan di sanalah untuk pertama kali Kristen disebut dengan arti pengikut Kristus.
Para kedua belas Rasul, ditambah sejumlah 120 orang yang dipenuhi Roh Kudus di loteng Yerusalem, belum lagi ditambah dengan 3000 orang yang bertobat menerima Yesus pada saat mendengar Khotbah Petrus (Kisah Para Rasul 3) menjadi jubir dan saksi Yesus Kristus tehadap apa yang sudah dilakukannya. Belum lagi peristiwa loteng Yerusalem yang disebut sebagai hari Pentakosta dimana para murid-murid berbicara dengan bahasa-bahasa asli beragam penduduk. Saya mengutip kisah tersebut dari Kitab Kisah para Rasul 2 dengan menambahkan cetak tebal untuk kata-kata yang saya berikan penekanan:
2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Di hari itu, kerumunan orang banyak dengan jelas dapat mendengar perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam bahasa asli mereka. Saya membayangkan efek domino yang terjadi saat itu. Dalam satu hari lebih dari 3000 orang pastinya mendengar cerita tentang Yesus dengan akurat sesuai bahasa asli yang mereka mengerti dan 3000 orang memutuskan untuk percaya kepada Yesus Kristus itu.
Dari situ, Injil tentang Yesus tersebar mulai dari tangan pertama saksi sejarah Yesus yaitu para kedua belas murid, termasuk Paulus. Namun, pemberitaan Injil ini harus mereka tebus dengan darah dan nyawa mereka. Sejarah mencatat Rasul Petrus mati di salib terbalik, begitu juga dengan Yakobus dan Paulus yang harus mati di bawah penganiayaan kekaisaran Romawi.
Dari tangan pertama, bergulir berita Injil kepada tangan kedua, hingga tangan ketiga, yaitu dari murid-murid Yesus Kristus kepada murid-murid dari murid-murid dari murid-murid Yesus Kristus terus melampau ratusan tahun sejak kehidupan Yesus di muka bumi ini hingga munculnya Bapa-Bapa Gereja seperti Yustinus Martir, Polykarpus, Ignatius, dst, dst.
Jumlah saksi Kristus pun terus bertambah seiring dengan tragisnya bagaimana kekaisaran Romawi membunuhi dengan kejam para saksi Yesus itu melalui peristiwa Koloseum yaitu ajang mencampakkan pengikut Kristus itu dengan binatang-binatang buas yang dibuat kelaparan sebagai tontonan yang menghibur pejabat-pejabat kekaisaran.
Tentang ini, sebenarnya melalui penglihatan Rasul Yohanes di pulau Patmos, Yesus sudah menyingkapkannya dan sudah menguatkan mereka semua untuk melalui apa yang akan mereka alami. Semua tercatat rapi dan dituliskan oleh rasul Yohanes sebagai kitab apokaliptik Wahyu.
Kekaisaran demi kekaisaran pun berganti hingga munculnya seorang Kaisar sekitar tahun 313 yaitu Kaisar Konstantinus yang karena melihat jumlah saksi Yesus sudah sebegitu banyak dan pengaruhnya sudah menjadi begitu sangat kuat akhirnya memutuskan ‘melegalkan’ Kristen menjadi kepercayaan/ agama resmi menggantikan agama Romawi yang sarat dengan kepercayaan pagan. Bahkan 80 tahun kemudian, Kaisar Theodosius dengan resmi menetapkan agama Kristen sebagai agama Negara dan melarang segala bentuk paganisme. Demi kelanggengan politik. Di era inilah sisa-sisa kepercayaan Romawi atau pagan melebur dan bercampur baur dengan ajaran Injil Kristus sebagaimana yang Yesus ajarkan. Hari Natal pun dilegalkan sebagai seremoni memperingati kelahiran yesus Kristus pada 25 Desember sebagaimana sebelumnya di hari ini kekaisaran Romawi melakukan seremoni perayaan dewa Matahari.
Sejarah pun bergulir, dengan resminya kekristenan sebagai agama Negara, maka segala sesuatunya, buah pikiran, seni, sastra, upaya dan kreasi masyarakat tidak lepas dengan dedikasi bagi pewartaan Yesus Kristus. Ekspansi besar-besaran untuk meluaskan kekuasaaan oleh penguasa juga diikuti oleh pewartaan Injil. Daerah kekristenan pun semakin meluas. Mesin waktu pun terus berputar membawa ke abad-abad pertengahan dengan lahirnya tokoh-tokoh yang memegang prinsip Yesus Kristus dan Para Rasul. Namun, sayup-sayup dengan bergulirnya waktu, berpindahnya tangan ke tangan dari saksi sejarah pertama Yesus Kristus kepada tangan generasi ke generasi dan pemikiran-pemikiran Pagan dan budaya helenistik dan segala ambisi kekuasaan yang tumpah ruah mulai mengaburkan nilai tinggi dan esensi Injil. Terbukti dengan adanya ‘praktek jual beli’ pengampunan dosa yang dengan gamblang oleh kematian Yesus Kristus diberikan kepada seluruh umat manusia hanya dengan percaya ternyata dicacati dengan kemunculan indulgensia surat pengampunan dosa oleh penguasa gereja saat itu serta simony, jual-beli jabatan rohaniwan.
Akhirnya kaum reformsi turun ke jalan membawa dan menyerukan suara untuk kembali kepada prinsip Alkitab sebagai yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Marthin Luther memakukan Sembilan Puluh Lima Tesis mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensia pada daun pintu Gereja Semua Orang Kudus. Tesis-tesis bermunculan memperdebatkan dan mengkritisi Gereja dan Sri Paus dan segala doktrinal mengenai Purgatorium, Pengadilan Partikular, Mariologi yaitu sebuah devosi pada Maria Ibunda Yesus, perantaraan doa pada Orang-Orang Kudus, keharusan selibat bagi rohaniwan dan otoritas Sri Paus. Keuskupan dan keputusan-keputusan Paus dianggap sudah mencacati nilai Injil sejati. Benih murni reformasi bergulir dengan cepat sejalan dengan abad pencerahan dimana umat manusia sudah menemukan mesin cetak dan segala bentuk kemajuan teknologi pada saat itu.
Namun, sejalan dengan bergulirnya waktu, esensi kemurnian dalil Luther mulai menampakkan kesirnahan dan tidak kuat untuk menghadapi tuntutan zaman. Para pemikir-para pemikir reformis tersebut sejalan dengan abad humanisme dan kelahiran budaya yang tinggi dan pembauran yang terjadi saling melempar isu. Calvinisme dengan predestinasinya menentang Lutherisme. Muncul lagi arinisme dan segala bentuk konsep humanis yang tinggi. Protestan sendiri akhirnya saling bersaing seperti Lutheran, Reformed, Puritan, Presbiterian, anglikanisme, dan masih banyak lagi.
Kepercayaan kepada sola scriptura mendapatkan tambahan-tambahan dari filsafat dan pemikiran manusia.
Era pun bergulir tidak terasa, kekristenan merindukan ‘kembali’ atau pulang kepada kemurnian Para Rasul, tanda-tanda dan kegirangan zaman Rasul dibandingkan pemikiran dan dogma teoritis dan perdebatan para tokoh Reformis melahirkan Gerakan Karismatik di awal abad ke-20. Menurut catatan sejarah, gerakan ini timbul dengan apa yang disebut Gerakan Old Pentecostal yang dimulai dengan seorang wanita yang bernama Agnes Ozman yang mengaku menerima ‘baptisan’ Roh Kudus di Jalan Azusa (Azusa Street) sekitar tahun 1901. Terus berlanjut hingga apa yang disebut Gerakan New Pentecostal sebagai Second Wave Movement dengan prinsip-psinsip Alkitab yang sudah disalahtafsirkan dengan perbedaan zaman namun lagu-lagu rohani yang cukup bermutu dan kerinduan serta kemurnian hati untuk kembali kepada ‘fenomena’ zaman Para-para Rasul membuat gerakan ini menjadi tidak terbendung. Gerakan menjadi sangat heboh ketika terjadi suatu ibadah ‘kepenuhan’ Roh Kudus di Toronto yang dikenal dengan Toronto Blessing di akhir abad ke-20. Pada gerakan heboh ini populerlah sebuah istilah ‘tertawa dalam roh’ atau holy laughter.
…
Saya besar di era hidupnya Gerakan Karismatik yang tengah membanjiri dengan derasnya Indonesia tercinta. Saya terlahir sebagai seorang Kristen. Nasib yang menentukan saya terlahir sebagai orang Kristen. Namun, keadaan terlahir sebagai Kristen tidak serta merta membuat saya tahu dan paham tentang siapa yang saya ikuti dan nilai-nilai kemurnian Injil Yesus Kristus. Saya dibesarkan di lingkungan sekolah minggu GSRI (Gereja Santapan Rohani Indonesia) di komplek saya tinggal dan kemudian dilanjutkan di lingkungan GKRI (Gereja Kristus Rahmani Indonesia). Selanjutnya saya besar di lingkungan Karismatik, tahun-tahun awal Gerakan itu menyentuh Indonesia yang masuk dari pintu penginjilan evangelis-evangelis impor dari Belanda, Jerman dan Amerika Serikat.
Sebelum saya membahas masuknya kekristenan lebih lanjut di Blog berikutnya, pada Blog ini saya akan memaparkan kekristenan dan pandangannya terutama akan konsep setan pada era saya hidup, pada era pembaca Blog ini hidup.
(bersambung ke BAGIAN 11-2)
- RDF's blog
- Login to post comments
- 6135 reads
dunia kaga terlalu besar...
GSRI dan GKRI y? Saya pernah tuh ibadah di GSRI yg di TamanSari dan GKRI yg di Mabes.. sudah lama sekali..... ternyata dunia kaga terlalu besar y.. :-D
btw, Rdf emangnya sudah menelusuri dan yakin Kitab Wahyu ditulis Rasul Yohanes?
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@Kejarlah Kasih: dunia seluas daun kelor
Betul KK. GSRI-nya POS PI Alfa Indah di Taman Alfa Indah, Joglo, Jakarta Selatan. Saat itu saya Sekolah Minggu, rasanya umur 5-7 tahun gitu. Ya, saya ingat, sosok 'Tante Nio' yang selalu menyambut saya setiap hari minggu pagi.
Selanjutnya, saya di GKRI (juga) Taman Alfa Indah. Kalau lama di GKRI, pastilah 'zaman' itu mendengar dan mengenal Pdt KAM Yusuf Roni. Itu Gembala Sidang saya waktu di GKRI Taman Alfa Indah. Setelah itu, sempat 'pindah' sebentar di GKRI-nya Pdt. Soep Soegiardjo. Itu zaman saya umur-umur 8-11 tahun-an. Sudah lama sekali ... ternyata dunia hanya seluas daun kelor.
Tentang menelusuri Kitab Wahyu, dari beberapa sumber sejarah dan pustaka semua menyatakan bahwa Kitab terakhir Wahyu, kitab apokaliptik itu ditulis oleh (rasul) Yohanes, bahkan pada pengantar kitab tersebut dicatat sbb: (cetak tebal ditambahkan oleh RDF)
1:1 Inilah wahyu Yesus Kristus , yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. 1:2 Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya. 1:3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
RDF sejauh ini cukup yakin jika Kitab Wahyu ditulis oleh (rasul) Yohanes, yaitu murid Yesus 'tangan pertama', yang termuda dan yang dikasihiNya.
rdf, semoga bukunya segera terbit
Rdf, sy kaga lama di GSRI maupun di GKRI.. kesana seingat sy masih usia belasan tahun.. masih remaja.. kalo masa kecil saya ke kelenteng dan vihara.. remaja baru menjelajh kekristenan... gkri n gsri adalah bagian dari penjelajahan di berbagai gereja mulai dari gereja seperti gereja kalam kudus, gki, reform hingga gsja gbi gpi gpdi gykt gys dll... :-D
Mengenai Kitab Wahyu, sy 'curiga' ditulis oleh Yohanes Pembaptis.. sayang sy masih kurang resources untuk membuktikannya dg meyakinkan.:-D
Oke, rdf semoga bukunya cepat terbit.. mudah2 an ada versi eBook nya.. kabarin kalo sudah terbit supaya tau udah bisa beli.
Kejarlah kasih, follow the way of love.
http://kejarlahkasih.wordpress.com
@Kejarlah Kasih: Coming Soon
Pengalaman menjelajah KK cukup menarik yah, dari kelenteng dan vihara lalu GSRI, GKRI, GKKK, GRII, GSJA, GBI, GPDI, GYKT, GYS dll. Sekedar informasi, walaupun RDF lama nongkrong di GSRI lalu GKRI dan GBI dan berakhir di 'Gereja Suka Suka (GSS)', namun semua denominasi yang KK sebutkan sudah pernah RDF 'mampiri' bahkan beberapa bulan turut ambil bagian di dalam 'pelayanan' musik.
Mengenai kitab Wahyu, berkembang banyak 'spekulasi' bahkan yang paling anti-tesis-nya pernah tercatat bahwa penulis kitab Apokaliptik tersebut adalah Yohanes dari Pulau Patmos (John of Patmos), sosok yang berbeda dan bukan sama sekali Rasul Yohanes. Untuk 'penjelajahan' ke ranah ini, kita harus membuka lapak baru. Namun opini RDF sendiri dengan berbagai referensi dan logika theologi yang merasakan adanya 'kesamaan' pada 'gaya penulisan dan bahasa' pada Kitab Injil Yohanes dan Kitab Wahyu serta argumen-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan masih menunjuk kepada Rasul Yohanes sebagai penulisnya. Mengenai opini kecurigaan KK bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Yohanes Pembaptis merupakan opini yang 'dangkal' karena dapat dipatahkan dengan bukti-bukti rekaman Alkitab sendiri pada Kitab Matius mengenai siapakah itu Yohanes Pembaptis, hingga pada pasal 11 dimana Yohanes Pembaptis dipenjarakan dan menjadi 'tawar hati' tentang siapkah itu Mesias dan catatan terakhir menyebutkan bahwa Yohanes Pembaptis mati dengan cara dipenggal kepalanya (Matius 14). Namun, silahkan 'kecurigaan' KK dapat dituangkan dengan pembuktian yang 'lebih' mendasar.
Mengenai buku 'LUCIFER' proyek 'X' RDF ini masih dalam tahap 'test the water' melalui dakwah keliling, serta pemasangan Blog di SS ini. RDF masih juga melakukan ricek tempat sejarah, fakta dan catatan sejarah terkait TKP di beberapa negara seperti Mesir, Turki, Yunani, dll dengan sahabat 'penpals'. Rasanya KK masih harus sabar menunggu peluncuran buku 'LUCIFER' ini. Namun, sementara persiapan dilakukan, RDF mohon terus dukungan kritisi dari KK.
Salam
@rdf, usulan
rdf menulis :
Terus berlanjut hingga apa yang disebut Gerakan New Pentecostal sebagai Second Wave Movement dengan prinsip-psinsip Alkitab yang sudah disalahtafsirkan dengan perbedaan zaman namun lagu-lagu rohani yang cukup bermutu dan kerinduan serta kemurnian hati untuk kembali kepada ‘fenomena’ zaman Para-para Rasul membuat gerakan ini menjadi tidak terbendung.
Saya usul: akan lebih menarik jika diberikan penjelasan ataupun contoh-contoh mengenai prinsip-prinsip Alkitab yang disalahtafsirkan pada Gerakan New Pentecostal.
Salam...
@widdiy: usul (sudah) diterima yah
hi widdiy, seperti biasa, usulmu bagus dan sudah diterima yah. Akan RDF paparkan dan jelaskan mengenai 'salah tafsir' tersebut secara lengkap pada Blog Khusus dan tentunya untuk versi lengkapnya di Buku Lucifer nanti. Ini juga untuk menghindari agar Blog RDF tidak semakin 'menakutkan' karena tulisannya menjadi panjang.
Secara cepat, salah tafsir tersebut menunjuk kepada: penggunaan bahasa lidah/roh (glosolalia), konsep persepuluhan, mujizat (tanda) dan masih banyak lagi.
Salam