Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menemukan Tuhan Yang Tidak Terbatas

Kendrick Sumolang's picture

Sesungguhnya banyak diantara kita yang dalam keputusasaan menginginkan Tuhan menjadi segalanya di dalam hidup kita. Kita menginginkan kebaikan dan kesempurnaan Tuhan terjadi dalam kehidupan kita, walaupun kita harus mengalami penderitaan selama proses Tuhan itu. Kita mau melakukan apapun juga yang Tuhan minta untuk kita lakukan, sehingga kita menjadi sempurna bagiNya dan memberikan diri kita kepadaNya.

 

Sesungguhnya, tidak ada yang salah sama sekali dengan keinginan ini, adakalanya hal itu menyebabkan beberapa kendala, karena kita sebagai manusia sering mencoba mempunyai kecenderungan untuk mencoba agar segala hal dapat terjadi dengan kekuatan kita sendiri. Orang Kristen akan merasa bersalah, jika tidak dapat mengukur “standard kekudusan” Tuhan.

 

Kenyataan yang membuat kita takut adalah masalah-masalah yang menjauhkan kita dari Tuhan dan mendatangkan kesulitan dalam kehidupan kita. Karena kesulitannya: kita membangun tembok yang tidak kita sadari, atau secara sadar dibangun untuk melindungi diri kita dari luka hati, sehingga Tuhan tidak menghukum kita.

 

Tuhan memahami adanya tembok yang kita buat ataupun hal-hal yang menjauhkan kita dari Tuhan. Semuanya itu karena keterbatasan kita, sehingga Tuhanpun tidak mempersalahkan kita. Kita akan hidup dalam ketakutan dan menjadi tidak produktif, jika kita percaya bahwa keselamatan kita bergantung pada kekuatan kita sendiri dan bukan pada kekuatan Tuhan.

 

Inilah alasan mengapa kita percaya akan kasih Yesus dengan cuma-cuma, karena anugerah keselamatan-Nya sangatlah penting. Inilah kepercayaan kita. Sekalipun kita kehilangan semua yang akan kita miliki. Bukankah Tuhan yang berkata, “…Aku adalah Aku…” [Keluaran 3:14].

 

Sangatlah sukar bagi manusia yang telah jatuh dalam kegelapan untuk memahami hati Bapa – yaitu kasih Tuhan yang setia, romantis, penuh kasih, seperti kasih ayah – ibu – sesama saudara. Tuhan menghargai dan menghormati kita sepenuhnya, termasuk juga tembok-tembok yang kita buat.

 

Tuhan ingin hal yang nyata dari kita. Tuhan tidak ingin hanya perkataan kita saja. Tuhan bersedia menantikan kita sepanjang hal itu untuk mengambil hati kita.

 

Jika sekarang yang dapat kita berikan kepadaNya hanya sedikit, maka Ia akan menerima yang sedikit itu dan kemudian Ia akan menantikan selebihnya dengan kesabaran. Jika semua yang kita dapat berikan kepadaNya adalah hanya sebagian dari diri kita, maka Ia akan mengambil sebagian itu, berapapun besarnya…., kemudian dengan sabar dan penuh kasih menantikan selebihnya.

 

Dalam kutipan karya Shakespeare, Soneta 116: seorang pria yang rindu mengenang masa romantisnya, “Cinta tidaklah berubah ketika hal-hal yang lain berubah.”

 

Apakah engkau mengetahui dengan sesungguhnya di dalam hatimu – bagaimana hati Bapa yang sesungguhnya?

 

Tembokmu dan keputusanmu yang salah tidak membuat Ia meninggalkanmu. Apapun juga yang engkau sedang lakukan, Ia mengetahuinya.

 

Tuhan mengerti bahkan lebih dari apa yang kita lakukan, jadi jangan berpikir bahwa apa yang kita hadapi akan membuatNya marah. Jangan takut akan membuat kekeliruan. Jangan cemas dengan emosi di sekeliling kita. Jangan cemas tentang berbagai hal yang paling dalam dari jiwa kita. Jangan takut bahwa Tuhan akan menghukum kita tanpa alasan.

 

Tuhan mengerti dan mengasihi kita dan Dia berjuang untuk kita lebih dari apa yang kita bayangkan.

  Taken from Discovering the Limitless GodBy John Paul Jackson