Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

"Mawar kemanda, Mbak?"

ebed_adonai's picture
Mawar kemanda (=mau ke mana), Mbak?” demikian sapa kami ramah, kepada seorang waria yang kami jumpai di tempat mangkal mereka, di tengah kebekuan malam di kota XYZ.
“Ya nyari lekong (=laki-laki) lah Bok,…” sahut yang ditanya, sambil berjalan dengan senyuman yang menawan dan lenggak-lenggok yang aduhai, yang semakin menjadi, tatkala ia tahu kami memperhatikannya. Lalu dengan pedenya, teman sayapun mematikan mesin motornya, dan setelah membagikan sebungkus rokok yang kami hisap bersama (yang mulanya diterima si waria dengan agak ragu), kamipun kongkow bersama si waria, yang belakangan kami ketahui bernama a**s (bukan mince, sarah, dll), dan teman-temannya yang lain, sampai menjelang subuh.
 
Percakapan di atas terjadi pada suatu masa, tatkala saya masih muda-mudanya dan ganteng-gantengnya (halah!). Saat itu saya dan teman yang membonceng tersebut sedang berkeliling kota di malam hari sehabis mengerjakan tugas kuliah. Ya, sekedar mencari anginlah, kata anak muda sekarang. Kebetulan, teman saya itu memang menguasai bahasa kaum waria dengan sangat fasih (yang membuat saya kadang terheran-heran sekaligus agak curiga padanya,… hi3x), sehingga kami lalu dengan mudahnya berbaur dengan komunitas waria yang mangkal di lokasi itu.
 
Pembaca yang budiman, mungkin anda sudah berpikiran sing mboten-mboten: “Apa yang anak-anak muda edan ini lakukan, di tengah malam buta, di lokasi mangkal para waria pula?” Jangan, pembaca. Janganlah menyangka kami yang bukan-bukan. Kami hanya sekedar kongkow-kongkow saja dengan mereka. Walaupun di tengah-tengah kemudaan kami, di tengah-tengah naluri eksplorasi yang begitu menggebu-gebu, kami masih berpegang pada keimanan kami. Betul gak pake bohong (kalaupun bohong, memangnya anda bisa tahu? He3x…). Saat itu awalnya kami hanya berkeliling kota biasa, dan pas lewat di daerah mangkal para waria tersebut, kami putar-putar sebentar, dan kemudian terjadilah peristiwa di atas.
 
Saya dan teman tersebut memang memiliki kedekatan tersendiri dengan kaum, yang bagi sebagian besar masyarakat kita, masih tidak dianggap keberadaannya, sehingga sering mendapatkan hinaan di mana-mana (anda tentu pernah melihat orang-orang menyoraki mereka saat mereka lewat bukan?). Karena itu kami tidak merasa canggung bergaul dengan mereka. Anda boleh mengidentifikasi mereka dengan sebutan: waria, wadam, bencong, atau yang lagi ngetrend sekarang, transgender; apapunlah (whatever, kata Cinta Laura).
 
Kedekatan kami dengan kaum waria tersebut bermula di tempat kos kami, tatkala saya dan teman saya itu masih menjadi mahasiswa. Entah bagaimana asal-mulanya, saya pun tidak tahu, tempat kos kami itu memang banyak ditempati oleh kaum waria, yang rata-rata bekerja sebagai kapster salon. Adapun alasan saya dan teman itu memilih tinggal di kos-kosan seperti itu, karena pertimbangan harganya yang murah-meriah, dan lumayan dekat kampus. Dalam keseharian bersama mereka itulah, saya jadi bisa lebih memahami kealamiahan kaum waria tersebut, yang sebelumnya, jujur saja, juga sering saya pandang sebelah mata.
 
Di tempat kos kami tersebut biasanya selalu ada tiga atau empat waria yang silih berganti menempati kamar-kamar yang ada. Dan dalam pergaulan kami sehari-hari mereka sangat baik, dan lumayan cool pula. Cobalah anda menyapa mereka dengan ramah, dan silakan buktikan apa yang saya tulis tadi. Baiklah, saya tidak menyangkal bahwa ada hal-hal tertentu di balik kebaikan mereka itu, karena bagaimanapun bagi mereka kami adalah lawan jenis (memangnya kita tidak begitu juga dengan lawan jenis kita?). Saya sendiri tidak pernah lupa, dulu, kalau kami sedang mabuk-mabukan (saat itu saya dan teman saya itu memang hobi minum), sering dalam keadaan sempoyongan begitu mereka berusaha menggiring saya atau teman saya itu supaya salah masuk ke kamar mereka, yang sayangnya, tidak pernah berhasil (satu-satunya keberhasilan mereka hanyalah mendaratkan sun bin cipok di pipi saya dalam satu kesempatan, ha…ha...ha...).
 
Namun yang jelas, di balik itu semua, saya sangat, sangat kagum dengan rasa solidaritas yang luar-biasa di antara mereka, yang tentunya akan sangat panjang jika saya uraikan panjang-lebar di sini. Selain itu, saya juga sangat tertarik dengan keterbukaan mereka terhadap siapa pun yang membutuhkan bantuan mereka, hampir dalam segala hal. Yep, anda tidak salah membaca, karena memang begitulah pengalaman saya dengan mereka. Dan justru karena karakter mereka yang seperti inilah, seringkali kebaikan mereka itu disalahgunakan. Mereka jadi sering diperalat pria-pria yang tidak bertanggung-jawab, karena ketulusan hati mereka itu. Dan kalau mereka betul-betul sudah tidak tahan lagi dipermainkan, dan kemudian meradang, di saat itulah telunjuk masyarakat kita (yang katanya kaum beragama ini) lalu menuding mereka sebagai kaum yang sadis, tidak berperikemanusiaan, yang kalau salah sedikit saja tidak segan berbuat nekat, dll. Kalau diingat-ingat, sudah tidak terhitung berapa kali mereka membantu saya dalam banyak kesulitan yang pernah saya alami, yang seringkali, justru tidak ‘terlihat’ (atau pura-pura tidak dilihat) oleh rekan-rekan saya (termasuk yang Kristen, maaf) lainnya. Karena itu pula saya jadi sering merenung, sesungguhnya kita inikah yang normal, atau justru mereka yang lebih normal dari kita (atau tepatnya: beyond normal)? Saya lalu jadi teringat akan pertanyaan seseorang kepada Tuhan Yesus di dalam Luk 10:29. Ya,… betul,…sesungguhnya siapakah yang benar-benar bisa disebut sebagai sesama kita saat ini?
 
Hingga sampailah pada suatu malam, tatkala saya sedang menonton tv, melintas iklan tayangan reality show Be–A-Man, dan saya jadi teringat kembali akan reality show yang memang cukup kocak tersebut. Dan entah kenapa pula, masih di malam itu,… ingatan saya tiba-tiba melayang ke masa bertahun-tahun lalu, saat masih bersama dengan teman-teman waria saya itu,… yang sebelumnya tidak pernah muncul lagi, sejak saya menginjakkan kaki di Pulau Jawa ini. Ada perasaan haru memenuhi segenap relung hati,… mengingat semua tingkah-polah teman-teman saya itu (sekarang saya tidak mau lagi menyebut mereka dengan sebutan teman-teman waria, tetapi teman saja, karena mereka adalah teman-teman saya, dan tidak ada bedanya dengan teman-teman saya yang lain, titik!), dan masa-masa yang telah kami lewatkan bersama. Entah di mana rimbanya mereka sekarang,… dan bagaimana pula keadaan mereka (dari kabar terakhir yang saya dapat, salah satu dari mereka ada di Jakarta, sudah menjadi pria normal lagi, dan katanya sering ikut ibadah Kristen di salah satu gereja di sana). Mungkin karena buasnya pergumulan hidup di jaman edan ini, tanpa sadar, (terserahlah kalau pembaca merasa jijik, atau mau ketawa) saya jadi merasa rindu akan hangatnya persahabatan yang pernah saya rasakan dengan teman-teman saya dulu itu,… dan hal itulah yang membangkitkan kenangan saya tentang mereka…
 
Akhirnya,… di tengah-tengah keheningan malam yang semakin larut,… setelah terlebih dahulu mengucap doa, sambil tersenyum sendiri saya menarik selimut, dan memeluk istriku yang sudah tertidur sedari tadi,… sambil membawa semua kenangan itu ke alam mimpi (dan berharap semoga saya tidak mengigau dan memanggil nama-nama mereka dalam tidur, sehingga istriku bisa salah paham dan saya bisa ditabok keesokan harinya,…he3x)…
                                                                                    Magelang, 22-Januari-2009 (23:15)
 
(Kepada *A**N, **I*, dan *L****, di mana pun kalian berada sekarang, doaku selalu menyertai kalian, teman-temanku yang terkasih,……. Tuhan Yesus memberkati kita semua,…Amin…)
                                                                                                            Shalom!
 
NB: Mohon maaf atas apabila terjadi kesamaan nama, tempat, dan peristiwa. Semua itu hanyalah kebetulan belaka.
__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

nobietea's picture

mereka

mereka manusia

mereka makhluk hidup

mereka karya Tuhan

mereka juga teman nobie....

 

__________________

maaf.. bie kurang pintar

ebed_adonai's picture

@nobietea

Thks nobietea!

Senang juga ada yang berpandangan sama seperi saya....

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

nobietea's picture

teman bie

sama2 ^^

 

bie heran kenapa masih ada orang yang malu mengakui keberadaan mereka. ditempat kerja bie dulu klo mereka lewat teman - teman bie yang lain pasti akan bilang :" lihat bie.. tu temenmu" seraya mencibir.  dpesbuk bie juga ada foto 2 dari mereka, dan teman - teman bie yang lainnya hanya bisa berkomentar " omegot...".

menurut bie, apa yang bie lakukan hanya sederhana saja. add foto mereka k pesbuk, tapi bagi teman bie yang lainnya ini bukan masalah addnya tapi masalahnya ada di dalam "isi foto"....

 

bencong, waria, wadam or whateve' juga manusia, kenapa mereka harus merasa "tersingkirkan" karena dari sikap kita yang merasa manusia "normal" ... ????

__________________

maaf.. bie kurang pintar

hiskia22's picture

@ebed

Apa bedanya bencong ama waria ?

Hallah....kok jadi tebak - tebakan sih.....hi...hi...hi

GBU

__________________

GBU

ebed_adonai's picture

@hiskia22

Sami mawon, Bro!

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

hai hai's picture

Bencong VS Waria

Bencong, biasanya juga disebut Acong,barasaldari bahasa betawi, artinya bengkok. Sementara Waria itu singkatan dari Wanita Pria, konon istilah itu berasal dari Taman Maluku di Bandung,

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

ebed_adonai's picture

buset dah...

Buset dah,... ketemu sama ahlinya......

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

hiskia22's picture

@hai hai & @ebed

Salah.......

Yang betul....bencong itu pria yang nggak dandan dan penampilannya tetap pria, tapi gayanya kayak wanita....dan nggak juak diri. 

Kalau waria itu pria yang dandan kayak wanita...dan jual diri.

Kalau aming sama olga...( ??????????????...bencong iya....waria juga iya...apa ya namanya ?????????????)

Ha...ha...ha.......

Jawaban dari sumbernya langsung.....

GBU

__________________

GBU

anakpatirsa's picture

Aji Mumpung[?]

Kalau aming sama olga itu bencong aji mumpung (he.. he saya juga belum terlalu memahami arti aji mumpung.)

Penonton's picture

@Hiskia22: jadi si Aming itu jual diri tooh?

Dear Hiskia22,

 

Saya baru tahu lhoo, kalau si Aming Suganda ternyata jual diri....

 

From OZ....far...far...away..

__________________

xxx

ebed_adonai's picture

weleh,..

Weleh,...baru tahu saya , Bro...

Shalom!

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

hiskia22's picture

@penonton

Aming jual diri di televisi...extravaganza....he...he...he

GBU

__________________

GBU

Penonton's picture

@Hiskia22: kirain serius....

Dasar...

kirain serius.....

Sempat kaget lhoo.....lagi baca tulisan yang bilamh bahwa Aming ternyata bencong+Waria....

Khan dijelaskan bahwa waria itu kerjanya menjual diri......jadi otomatis si Aming itu menjual diri donk?

Anyway...

Kalau ternyata itu hanya guyonan......ya udah.....

Cuma sempat penasaran doank......

 

From OZ....far...far...away..

__________________

xxx

Purnawan Kristanto's picture

Pelayanan Waria

Ada gereja di Jogja yang mengadakan pelayanan khusus kepada Waria. Sayangnya, pelayanan ini kayaknya terhenti. Padahal jika mereka disapa sebagai teman, mereka akan membuka diri dengan senang hati. Sebenarnya mereka membutuhkan teman yang bisa menerima tanpa stigma negatif.

Di Jogja, keberadaan kaum waria relatif lebih beruntung. Mereka sudah punya organisasi sendiri. Namanya Kebaya alias Keluarga Besar Waria Yogyakarta. Hampir dalam setiap karnaval mereka selalu dilibatkan. Itu artinya eksistensi mereka diakui.

Saya pernah menulis tentang salah satu Waria. Namanya Mami Vinolia alias Wakijo. Dia termasuk pendiri Kebaya. 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul” ~ Johann Wolfgang von Goethe

 

 

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways