Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kuasa Pengampunan

Mauli Siahaan's picture

Bacaan Alkitab: Lukas 23:33-43

Salib adalah merupakan proklamasi pengampunan Allah bagi umat manusia. Sebab di salib itulah, Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (ayat 34). Dia datang untuk menyediakan pengampunan lewat penyaliban-Nya di atas bukit Golgota.

 Salib juga menyadarkan kita bahwa kita juga harus bersedia mengampuni orang lain. Sebagaimana Tuhan Yesus barkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Bagaimanakah caranya agar kita bisa mengampuni seperti Kristus yang sudah mengampuni kita?

 

Lihatlah kepada Kristus
 Bukankah Dia adalah pribadi yang mengasihi dan peduli kepada banyak orang? Karena kasih dan keperduliaan-Nya, Dia telah: Memberi makan 5000 orang yang sedang kelaparan; Melawat wanita Samaria yang bergelimang dengan dosa; Mencelikkan mata orang yang buta; Membuat orang yang timpang berjalan; Membangkitkan Lazarus, anak perempuan Jairus, dan pemuda yang ada di Nain; Menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun; Memulihkan wanita yang tertangkap basah melakukan perzinahan; Menerima anak-anak yang ditolak oleh murid-murid-Nya. Tetapi pribadi itu yang mengalami: Penghianatan; Penghinaan; Di tangkap seperti penjahat; Di giring ke muka pengadilan; Ditampar; Diludahi; Dicemeti sampai tubuh-Nya hancur; Di gantung di atas kayu salib; Dan pada akhirnya mati. Namun lihatlah dari mulut pribadi itu keluar kata-kata yang berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (ayat 34)

Kalau saat ini Anda merasa tidak ada alasan untuk mengampuni orang lain, lihatlah kepada Kristus. Sebandingkah apa yang telah Anda perbuat kepada orang lain dibanding dengan apa yang telah Allah perbuat terhadap diri mereka termasuk Anda sehingga Anda merasa tidak ada alasan untuk mengampuni? Sebandingkah penghinaan yang Yesus telah terima dibanding dengan penghinaan yang Anda telah alami sehingga Anda enggan untuk mengampuni? Kalau ingin mau dan mampu mengampuni, lihatlah kepada Kristus yang telah dihukum bukan karena salah-Nya, tetapi justru karena salah kita manusia.

Kalau ingin mampu dan mau mengampuni, lihatlah Yesus yang walaupun seluruh hidupnya hanya untuk berbuat baik, tetapi mendapatkan balasan yang sebaliknya namun tetap mau mengampuni. Dia adalah teladan pengampunan yang sempurna untuk kita ikuti dan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni.

Lihatlah kepada diri Anda
Tuhan Yesus berkata, “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15) Pengampunan yang kita akan terima ditentukan dari pengampunan yang kita berikan. Dan ketika kita tidak mengampuni, maka kita tidak akan mendapatkan pengampunan. Itulah sebabnya banyak orang ketika tidak mau mengampuni justru akan mendaptkan masalah dan tidak sedikit mengalami sakit.

Ingatlah, bahwa dendam dan sakit hati tidak akan menyakit orang lain tetapi akan membuat hidup Anda mengalami kepedihan dan masalah yang membebani hidup Anda. Tetapi kalau Anda melepaskan pengampunan, maka Anda akan mendapatkan kelegaan dan sukacita yang tidak bisa dijelaskan secara akal.

Ada seorang gadis yang dirawat selama beberapa bulan karena menderita anemia, namun tidak ada kemajuan yang berarti. Dokter yang merawatnya memutuskan untuk mengirimnya ke sanatorium yang jauh letaknya dari tempat dia dirawat.

Hal pertama yang dialaminya di sana, ialah pemeriksaaan fisik yang lekap. Dokter pemeriksa fisiknya menemukan bahwa kondisi darahnya terhitung sangat normal. Dokter tersebut melakukan pemeriksaan ulang dan ia tidak yakin pada apa yang dilihatnya. Maka ia memanggil gadis itu dan menanyakan kepadanya, “Adakah sesuatu yang luar biasa terjadi dalam hidupmu semenjak pemeriksaanmu yang terakhir?”

“Ya”, katanya. “Sekonyong-konyong saya dapat mengampuni seseorang yang membuat saya sangat menderita sesuatu dendam yang membara sepanjang hidup kepadanya. Pada saat itu, saya merasa ada perubahan menyeluruh dalam dari saya.”

Maka sekarang dokter memahami persoalannya. Sikap batin gadis itu telah berubah, dan kondisi darahnya pun dengan sendirinya berubah.

Marah kepada seseorang dapat menjadi kebodohan, karena orang lain mungkin tidak menyadari sama sekali kebencian Anda itu. Maka, satu-satunya yang paling disakiti adalah diri sendiri.

Jadi, kalau ingin mau dan mampu mengampuni, lihatlah diri Anda bahwa Anda akan sangat menderita kalau Anda menyimpan sakit hati dan dendam terhadap orang lain. Dan hanya lewat mengampunilah Anda akan terbebas dari penderitaan itu.

Lihatlah kepada orang lain
“Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (ayat 42-43) Penjahat yang ada di sebelah kanan Tuhan Yesus itu mendapatkan keselamatan karena kerelaan Tuhan Yesus untuk mengampuni. Yesus tidak memiliki sikap yang mengasihani diri sendiri sehingga Ia lebih melihat kebutuhan orang lain yaitu keselamatannya. Walaupun Yesus sedang meregang nyawa, tetapi Ia menyadari kebutuhan pengampunan yang diperlukan oleh penjahat itu.

Ingatlah, banyak hubungan, pernikahan, keluarga, persahabatan yang retak akhirnya tidak dapat dipulihkan bukan karena tidak ada jalan ke arah sana. Tetapi lebih pada tidak adanya pengampunan. Orang lebih mementingkan keakuan dan harga diri lebih pada pemulihan sehingga banyak yang berakhir pada kehancuran.

Ada seorang anak yang sedang bermasalah dengan orang tuanya sehingga hubungan di antara keduanya menjadi sangat renggang. Berhari-hari orang tuanya merasa mendiamkan dia dan hal itu membuat anak itu tidak merasa nyaman. Dan pada suatu hari si orang tua mengajak anaknya itu bicara mengapa ia bersikap seperti itu dan memberikan pengertian kepadanya agar dia menyadari kesalahannya. Dan si anakpun mengakui kesalahannya. Dan pengakuan itu membuat orang tuanya menerima dia kembali dengan cara mengampuninya. Merasa orangtuanya sudah menerima dia kembali lalu si anak itupun berkata; ”Jadi pah, udah nich?” Lalu orang tuanyapun barkata; ”Udah, nak!” Mendengar perkataan orang tuanya, si anakpun melompat tanpa ragu sedikitpun ke arah orang tuanya dan orang tuanyapun memeluk dia.

Jadi, kalau ingin mau dan mampu mengampuni, lihatlah kepada orang lain yang membutuhkan pemulihan dari kehancuran dan kebinasaan. Dan jalan untuk ke sana adalah pengampunan. Jangan egois dan mempertahankan gengsi. Bukankah harga dari sebuah hubungan yang dipulihkan lebih mahal daripada sebuah gengsi?

Oleh karena itu, kalau ingin mau dan mampu mengampuni, lihatlah kepada apa yang telah Kristus perbuat bagi Anda, dan perhatikan apa yang Anda akan alami kalau tidak mengampuni serta lihatlah kepada orang lain yang ingin hidupnya dipulihkan, masihkah Anda ingin mempertahankan keakuan Anda? Lepaskanlah pengampunan.