Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Ketika Keraguan Itu Datang

anakpatirsa's picture

Apakah? Apakah Tuhan ada? Merupakan sebuah pertanyaan religius penting bagi banyak orang di jaman ini. Orang mengucapkannya dalam beragam bentuk, beragam nada serta beragam tekanan suara. Kadang-kadang bernada keras dan menantang: Kalau memang ada, buktikan! Kadang berbentuk sebuah harapan: Seandainya saja.... Kadang berbentuk sebuah kepercayaan: Walaupun demikian, .... Kadang dalam bentuk keputusasaan: Oh Tuhan! Tuhan tolonglah! Tuhan datanglah! Tuhan lakukan sesuatu!

Kalimat di atas merupakan kalimat pertama buku berjudul "Our God is Still to Small." Sebuah buku yang tidak jadi kubaca setelah tahu buku ini tidak menjawab pertanyaan tentang apakah Tuhan ada? Tetapi menjawab pertanyaan: "Seperti apakah Tuhan itu?".

Walaupun demikian, aku sempat melihat buku ini berkata, "'Apakah Tuhan ada?' tidak banyak ditanyakan dalam Alkitab. Juga tidak ada jawaban. Alkitab hanya berkata 'Tuhan itu ada,' hanya itu.

***

"Apakah Tuhan ada?" Merupakan pertanyaan yang sering kupikirkan akhir-akhir ini. Sebenarnya sejak dulu aku selalu tertarik membaca buku yang menjanjikan akan memberi jawaban memuaskan untuk pertanyaan ini.

Lalu ada yang berkata aku harus mencarinya di Alkitab. Masalahnya, sekali lagi, penulis Alkitab tidak berusaha untuk memberi argumen tentang keberadaan Tuhan, Alkitab hanya berkata, "Tuhan itu ada", tanpa memberi argumen untuk membuktikannya.

"Apakah Tuhan ada?" Merupakan sebuah pertanyaan penting saat aku berada di sebuah persimpangan. Aku membutuhkan jawaban pasti, sebuah jawaban dari-Nya. Ketika bertanya: Apakah Engkau ada?, aku ingin mendengar jawaban: "Ya, Aku ada!"

Aku benar-benar membutuhkan jawaban ini.

Betapa menyenangkan benar-benar boleh percaya sepenuhnya kepada Dia. Kadang keberadaan-Nya terlalu meragukan, sehingga betapa beruntungnya mereka yang bisa percaya sepenuhnya kepada Dia. Walau dalam hati kecil aku ragu, ketika mengetahui ada juga di antara mereka yang beruntung itu ternyata tidak bisa mengandalkan Tuhan dengan sepenuhnya.

Saat ini aku punya beberapa pilihan, mengikuti Dia dalam totalitas, artinya beberapa hal dalam hidupku harus kubersihkan terlebih dahulu. Tidak bisa aku berkata: "Ini aku, utuslah aku" dengan hidup bermuka dua. Sebuah pilihan sulit, hanya sanggup kulakuan jika aku bisa mempercayai-Nya sepenuh hati. Orang berkata inilah totalitas, sesuatu yang belum bisa kulakukan.

Pilihan kedua, mengikuti Dia dalah keraguan. Selalu bertanya apakah Dia memang ada?. Kemudian membuat beberapa kompromi. Orang berkata inilah investasi -- Kalau Ia ada, aku menang. Kalau ternyata Ia tidak ada, aku tidak terlalu rugi. -- Banyak kesenangan bisa tetap kunikmati dalam investasi ini.

Pilihan ketiga, mengikuti Dia dalam kesetiaan, mencari pekerjaan yang ada embel-embel "bonafide". Lalu aktif dalam kegiatan gereja. Akan menjadi sebuah nilai tambah mungkin, karena orang berkata, "Lihat si anakpatirsa itu, benar-benar orang Kristen." Hanya ada sedikit masalah, beberapa orang telah mendengar aku berkata tentang 'rencana mengikuti Tuhan'. Apapun tanggapan orang, aku tetap bisa menjadi salah satu 'peserta' yang mundur dengan ekor terangkat.

Ada pilihan lain. Tidak perlu memikirkan Tuhan ada, bersaing sepenuhnya, bekerja keras, percaya bahwa kerja keras adalah kuncinya. Orang berkata inilah profesionalisme. Lalu ada pilihan lain lagi, memaksa diri percaya sepenuhnya pada Tuhan. Menggunakan-Nya sebagai kekuatan spritual, seperti yang pernah kubaca dalam sebuah buku tentang 'manajemen kepribadian'. Aku berkata seorang 'peserta' MLM pernah menerangkannya kepadaku.

Agak keluar jalur: Ini bukan masalah hidup layak atau tidak. Sesuatu yang lebih dalam. Dulu aku begitu bangga 'meninggalkan segalanya mengikuti Yesus'. Lalu semua berjalan dengan tidak indah. Idealisme itu hampir hilang, hanya tersisa sedikit.

***

Mungkinkah keraguan itu muncul karena memiliki pandangan yang salah tentang Tuhan? Apakah aku harus meninjau kembali pandangan tentang Tuhan? Selama ini aku menganggap mengikut Tuhan membuat sesuatu lebih mudah. Ada yang berkata bersama Tuhan aku hanya mengerjakan sesuatu separuhnya saja karena separuhnya akan menjadi bagian Tuhan. Tertanya pengalaman berkata lain. Aku tetap harus berusaha lebih keras.

Lalu pengalaman ini membuatku bertanya, apa bedanya Tuhan ada atau tidak?. Soalnya, orang yang mengaku telah mengandalkan Tuhan sebagian membuktikan kalau ia harus bekerja keras juga.

Betapa kurindu mendengar Tuhan berkata, "Jangan ragu, Aku ada."

Lalu aku telah melihat orang yang yakin Tuhan ada berkata "Kita harus bekerja keras untuk Tuhan. Bekerja 12 jam satu hari!" Aku lalu berpikir mungkinkah Tuhan itu Allah yang lemah, harus dibantu dengan kerja lebih keras?

Tiba-tiba aku berpikir, mungkinkah sesuatu yang sebenarnya sederhana dibuat menjadi rumit?

Tiba-tiba aku juga sadar mengapa aku meragukan Tuhan. Aku sedikit menjauh dari Dia, aku mulai jarang membaca Alkitab, sebuah buku yang tidak berusaha membuktikan keberadaan-Nya. Mungkin aku telah 'bekerja' terlalu keras akhir-akhir ini, begitu keras sampai tidak sempat berdoa. Lalu ada juga beberapa rahasia yang aku tidak ingin Ia tahu.

Clara's picture

masih masalah rumit dan sederhanakah?

Hmmm.. jadi masih masalah rumit atau sederhana ya? kemarin saya sempat dibuat bingung oleh sebuah statement yang entah bagaiman mampir ke telinga saya dan mau tidak mau menelusup dalam otak saya Nah, ijinkan saya berbagi kebingungan dengan anda: Kita memandang dunia tidak sebagaimana adanya tapi sebagaimana kita mempersepsikannya. Maka dari itu, the map is not the territory peta yang ada di otak kita tak mampu menggambarkan keadaan sebenarnya. Dunia bisa jadi lebih rumit ataupun bisa jadi lebih sederhana dari apa yang kita persepsikan Nah Lho? Bingung? Mungkin begitulah seharusnya kita memandang TUHAN GBU