Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kepahitan pada Hamba Tuhan

Maria's picture

Agama bukanlah jaminan bahwa seseorang yang menganutnya pasti baik, saleh, dan berbudi luhur. Tak jarang karena perbuatan satu orang itu, maka agama yang dianutnya mendapat cap jelek: asas pukul rata diterapkan, semua penganutnya dianggap sama saja.

Baru-baru ini, aku mengajak seorang temanku datang ke gereja. Kebetulan, yang khotbah adalah pendeta tamu dari Singapore. Gereja yang kami datangi itu adalah gereja yang cukup besar. Setelah selesai kebaktian, dia ngomong sesuatu. Komentarnya membuatku terkejut, dan tidak bisa berkata apa-apa. "Coba pendeta yang dari Singapore tadi diminta khotbah di gereja yang kecil dan di pelosok. Pasti dia ngga mau. Kalo di gereja besar, yang bayar semua akomodasinya kan pihak gereja yang mengundang. Lha kalo gereja kecil, pasti ngga akan mampu. Dan mereka pun ga berani untuk mengundang pendeta yang terkenal. Apa dia mau ngeluarin biaya sendiri?" Kalimat itu lebih bernada pernyataan daripada pertanyaan. Dan aku tidak tahu harus membantah bagaimana.

Satu lagi, tempo lalu, seorang penyanyi rohani yang sudah punya nama, mengadakan konser di ibukota. Harga tiketnya cukup mahal. Tapi bukan itu masalahnya. Sekali lagi, aku dibuat ngga tahu harus bicara apa oleh temanku itu. Dia bilang, "Kalau memang tujuan penyanyi itu untuk melayani Tuhan, kenapa tiket konsernya mahal? kenapa ngga murah atau gratis aja, biar orang-orang yang ngga mampu bisa datang juga? Ini sih, bukan pelayanan. Tapi komersil."

Kenapa dia "sinis" terhadap pendeta atau pelayan Tuhan?

Kepahitan, jawabnya.

Pacar pertamanya dilecehkan oleh seorang pastor, yang sudah dianggap seperti kakak sendiri, yang sudah sangat dipercaya oleh pacarnya itu. Waktu mengetahuinya, temanku itu benci sekali. Bahkan sempat terpikir untuk mendatangi rumah pastor itu dan menantangnya berkelahi.

Tidak hanya itu saja. Pacar keduanya malah pernah diperkosa oleh seorang pendeta. Pacarnya itu dari keluarga broken home. Dia berkenalan dengan seorang pendeta, dan menemukan figur seorang ayah padanya. Tapi apa yang didapat? Orang yang sudah dianggap seperti ayahnya sendiri, malah merusak masa depannya.

Kenyataan yang ditemuinya itu, membuatnya kehilangan kepercayaan kepada semua hamba Tuhan. Dia memang percaya adanya Tuhan, tapi tidak pada hambaNya.

 

Sungguh penilaian yang terlalu terburu-buru. Bukankah ada lebih banyak lagi hamba Tuhan yang mengabdikan diri secara sungguh-sungguh? Ah, semoga kepahitannya segera terobati.

Waskita's picture

Kepahitan terhadap hamba

Kepahitan terhadap hamba Tuhan, memang sering terjadi. Bagaimanapun orang akan selalu menetapkan standar moral yang tinggi terhadap mereka yang disebut hamba Tuhan. Semakin tinggi standar yang dibebankan, semakin mudah resiko orang akan mengalami kepahitan, dan kekecewaan.

Dari pada menuntut "kamu tidak boleh berfikiran seperti ini ... atau seperti itu ..."

Atau "Kamu tidak boleh terus main pukul rata seperti itu ..."

Dari pada begitu, lebih baik jika, mulai menumbuhkan kesadaran, khususnya bagi mereka yang terjun dalam pelayanan, baik sebagai pendeta, penginjil dan fulltimer, bahwa hidup mereka disoroti.

Mereka memiliki tanggung jawab bukan hanya bagi nama baik dan diri mereka sendiri, tapi jauh lebih penting dari itu, mereka harus sadar bahwa nama Tuhan yang dipertaruhkan.

Bagi para calon hamba Tuhan, sebaiknya berfikir, coba pikirkan kembali ...

Bagi mereka yang suka menempelkan atribut rohani entah sticker, kalung salib dll, coba pikirkan kembali ...

sudahkah kehidupan kalian bisa menjadi kesaksian yang mengharumkan.

jangan sampai pada akhirnya justru merusak citra Kekristenan. 

__________________

kalau saya tida ada di rumah, cari saya di sini

Ari_Thok's picture

Kekecewaan --> Kepahitan --> Pukul Rata ?

Sekadar tambahan tentang menyamaratakan atau pukul rata
  • Ketika seorang cowok dikecewakan oleh cewek atau cewek dikecewakan oleh cowok, maka muncul pandangan bahwa semua cewek adalah ular (aku baru denger istilah ini, cmiiw deh) atau semua cowok adalah buaya, bahkan kekecewaan yang parah bisa mengakibatkan munculnya penyimpangan seksual seperti homo dan lesbian. Duh ... kasihan donk cewek dan cowok yang benar-benar tulus.
  • Ketika seorang anak kecewa dan mendapat perlakuan yang tidak layak dari seorang ayah, maka pandangan bahwa ayah itu jahat terbawa sampai besar, dan lebih parah lagi kalau korbannya adalah anak perempuan, dia bisa menjadi sangat benci terhadap laki-laki. Semua laki-laki dianggap jahat.
Dari dua contoh diatas, menyamaratakan bisa disebabkan kepahitan yang sebelumnya didahului oleh kekecewaan. So hati-hati lah saat Anda sedang kecewa. Segera lepaskan pengampunan sebelum itu menjadi kepahitan.
__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

tonoutomo's picture

dia juga manusia

mbak maria...hamba itu juga manusia lho. dengan segala predikat tambahan yang ia miliki ia tetap manusia yang memiliki cedera manusiawi. beruntung setiap hamba yang senantiasa sadar dan waspada atas keadaannya yang penuh dengan cedera manusiawinya. cuma satu keistimewaan hamba, yaitu melayani tuannya. dan tidak lebih atau tidak kurang. 

mbak mariapun hamba-Nya. sama seperti saya, sama seperti pak No, atau bulik Toen yang ada di lereng merapi. 

__________________

apa hebatnya manusia!!!!!!