Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kamus Berjalan?

Indonesia-saram's picture

Apa yang terlintas di benak Anda ketika berhadapan dengan seorang mahasiswa Departemen Sastra Indonesia, khususnya yang mengambil bidang studi linguistik atau ilmu bahasa? Asumsi yang paling sering muncul di benak sebagian besar orang adalah mahasiswa itu mengerti arti kata. Apalagi kalau berhadapan dengan alumnus Sastra Indonesia. Orang tidak segan untuk menanyakan perihal arti kata kepadanya. Dengan kata lain, mereka ini dianggap sebagai kamus berjalan.

"Mana yang benar, memproses atau memroses?" begitu kira-kira orang akan bertanya perihal morfologi.

"Apa arti kata implementasi?" begitu kira-kira orang bertanya perihal arti kata, sesuatu yang akan terlontar hanya karena ia, umumnya, malas membuka kamus, atau memang tidak memiliki kamus.

Benarkah bahwa seorang mahasiswa maupun alumnus Sastra Indonesia bidang linguistik merupakan sebuah kamus berjalan? Jawabnya tidak mungkin!

Ia mungkin saja mengerti banyak arti kata. Tapi tidak seluruh kamus ia ketahui. Ia mungkin saja bisa menjelaskan perbedaan kata dunia dengan bumi, misalnya, namun, ia tetap saja bukan kamus berjalan.

Ada dua alasan mengapa saya berani berkata demikian.

Pertama, bidang linguistik pada dasarnya merupakan bidang ilmu yang sangat luas. Berdasarkan cara kerjanya saja, ada linguistik historis komparatif atau linguistik diakronis, dan linguistik deskriptif atau linguistik sinkronis. Dalam tataran yang kecil, ada studi di bidang fonologi, yang masih dapat dipecah dalam fonetik dan fonemik. Ada pula morfologi, lalu sintaksis. Ada lagi leksikologi dan leksikografi. yang disebutkan terakhir inilah yang berkenaan dengan kamus. Itu pun berkenaan dengan teknik penulisan, penyusunan, dan pengelompokan kata. Artinya, tidak melulu seorang leksikograf bisa menjelaskan seluruh arti kata yang ada dalam bahasanya.

Masih ada bidang-bidang linguistik lain yang bisa menjadi konsentrasi para mahasiswa maupun alumnus. Sebut saja sosiolinguistik, pragmatik, atau analisis wacana. Jadi dalam hal ini, tidaklah pada tempatnya memosisikan mereka ini sebagai kamus berjalan atau kamus hidup.

Kedua, kamus bahasa Indonesia memuat ribuan lema atau kata, berikut dengan artinya masing-masing. Jumlah itu masih akan terus bertambah seiring dengan ekspansi bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Lihat saja dalam KBBI, ada kata mitra (2002: 749), ada pula partner (2002: 832). Lalu apa bedanya? Sesungguhnya tidaklah berbeda. Kata partner justru muncul akibat maraknya penggunaan bahasa Inggris. Coba saja Anda teliti KBBI kita itu, daftarkan berapa banyak kosakata bahasa Inggris yang langsung bisa dikenali dari bentuknya.

Nah, melihat dua hal tersebut, sangatlah riskan bila menganggap para mahasiswa linguistik bahasa Indonesia maupun alumninya sebagai kamus berjalan atau kamus hidup.

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

clara_anita's picture

Sekdar Komentar Ringan

... umumnya, malas membuka kamus, atau memang tidak memiliki kamus . . . Setiap kali saya membaca bloog Pak Indonesia-Saram pasti tat nahasa, diksi, dan komposisinya jempolan. Ternyata Anda lulusan Sastra Indonesia. Pantaslah kalau begitu, almameter Anda pasti bangga pada Anda. Saya juga berlatar belakang pendidikan sastra, tapi sastra Inggris bukan Indonesia. Nah, sewaktu membaca bagian awal tulisan Anda yang menyebut benda bernama kamus, saya langsung tertawa . . . Banyak orang yang tidak percaya, tapi selama saya bermahasiswa di Fakultas Bahasa dan Sastra, saya TIDAK PERNAH memiliki kamus . . . Lalu saya teringat pada perkataan salah satu dosen saya, "Remmber, languange is something arbitraty used for human communication," jadi kesimpulannya kalau kata-kata itu hanya tertulis di kamus tanpa digunakan, kegunaan buku tebal bernama kamus itu pasti layaknya beruang yang sedang berhibernasi . . . Jadi, besok saya akan beli sebuah kamus, dan mengikuti anjuran Pak Indonesia-Saram . . . Looking up my dictionary
yuyun's picture

Kamus berjalan yang anda

Kamus berjalan yang anda rancang boleh juga tuh.., apalagi buat saya yang malas unutk buka kamus yang agak tebal dan susah carinya.
lindo's picture

Saya setuju dengan pendapat

Saya setuju dengan pendapat saudara raka, Banyak orang memang menilai bahwa alumnus sastra indonesia pasti menegerti dengan semua arti kata. Kalau saya berpendapat mahasiswa sastra indonesia tidak dituntut untuk mengerti seluruh kata dalam bahasa indoesia yang bersifat baku (arti kamus) tapi lebih kepada pemahaman dalam setiap permasalahan bahasa yang timbul. Misalnya, mengapa masyarakat indonesia lebih memilih menggunakan bahasa indonesia nonbaku daripada yang baku, masalah penyerapan bahasa....dll. O..ya, saya mau bertanya pada saudara raka, dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) banyak sekali terdapat kata-kata yang sebenarnya tidak lajim dalam bahasa indonesia, contohnya tulang (diambil dari bahsa batak) artinya paman. Apakah kata tulang (dlm bahsa batak) tersebut telah berterima dalam bahasa indonesia? Menurut saudara kriteria apa saja yang ditetapkan oleh para penyusun KBBI dalam mendaftarkan sebuah kata? Sekedar Info : Dosen PS 1 DR.Mulyadi, M.Hum telah berhasil menyelesaikan program doktornya di Universitas Udayana (BALI) "Semoga makin Sukses" SALAM DARI ADIK_ADIK DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FS. USU