Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Jangan Tiru Papamu!

Pak Tee's picture

      “Jangan tiru Papamu! Papa dulu malas belajar, jadi sekarang Papa Cuma jadi ‘kuli’, disuruh-suruh orang.Tiru tuh Oom Daniel, sekarang kaya dan hidupnya enak! Bla… bla…bla…!”

      Si Anak bingung. Si Anak bengong. Jadi aku cuma anak kuli tho? Jadi Papaku bukan orang yang bisa aku banggakan tho?

      “Kamu tadi tidur tidak?”

      “Tiduran, Pa!”

      “Kok tiduran? Papa kan minta kamu tidur, bukan tiduran? Nanti malam pasti kamu ngantuk, bagaimana bisa belajar…? ‘Gimana bisa pinter?”

      Si Anak jengkel! “Aku nggak ngantuk!”

      “Papa kalau kasih nasehat itu supaya kamu jadi baik. Jangan seperti Papa… Bla…bla…bla…!”

      Si Anak ingin punya Papa yang bisa ia banggakan. Seperti Rini, teman sekolahnya, yang Bapaknya 'cuma' seorang tukang sampah, Rini bangga dengan Bapaknya. “Aku bangga dengan Bapakku. Sekalipun Bapakku bukan orang pintar, tapi Bapak seorang pekerja keras yang jujur dan bertanggung jawab pada keluarga. Bapak juga rajin sembayang!”

     Si Anak ingin punya Mama yang bisa ia banggakan, tapi Mamanya sering bertengkar dengan Papanya.

    “Kamu boros!” kata Papanya pada Mamanya suatu ketika, dan mereka bertengkar ramai sekali. “Kita ini bukan orang kaya…!”

    “Papamu pelit!” kata Mamanya, ditujukan kepadanya, lalu Mamanya pergi mengunci diri di kamar.

    Si Anak terdiam. Ia kehilangan figur Ayah dan Ibu yang bisa ia banggakan.

***

     Siang itu, seusai sekolah, si Anak ikut berjalan kaki ke rumah Rini, teman sekolahnya. Seperti biasa, Papanya selalu terlambat menjemput. Mudah-mudahan Papanya lupa menjemputnya, seperti pernah beberapakali terjadi.

     Hari ini ada yang istimewa. Ibu Rini memasak sayur lodeh dan goreng layur. Rini tampak senang sekali. “Bapakmu tadi dapat rejeki! Disuruh tebang pohon mangga di kos-kosannya Bu Sri!” Itu penjelasan Ibunya Rini ketika Rini menanyakan darimana uangnya.

     Si Anak ikut diajak makan bersama. Dan ia merasa itu adalah makanan paling enak yang pernah ia rasakan.

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

gunks's picture

gimana ini ceritanya . ???

gimana ini ceritanya . ???
apa bakal ada kelanjutan ke depannya..

thank's

__________________

Pulauweb Hosting Murah

Pak Tee's picture

@gunks, tidak ada!

Kelanjutannya? Tidak ada. Saya cuma "menggambar" berdasarkan cerita teman saya tentang rumah tangganya lewat kegalauan anaknya, yang tidak pernah cerita pada saya. Mudah-mudahan penjelasan saya tidak membingungkan. Intinya: Hati-hati jika anak anda tidak lagi bisa "at home" di rumah sendiri, bahkan merasa enjoy di rumah orang lain. Anak butuh figur orang tua. Anak butuh keteladanan. Anak butuh rasa aman tentram. Anak butuh dimengerti dan dikasihi. Sudahkah anda menjadi orang tua yang baik? Berbahagialah anda jika anak anda berkata, "Aku ingin menjadi seperti Papa!" Wow....! Salam!

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!

Veritas's picture

Anak yang tidak sadar :)

Anak itu tidak sadar bahwa keinginannya telah menyiksanya :)

Itulah upahnya :)

Perlu disadarkan dirinya bahwa keputusan manusia atas diri manusia sepenuhnya bergantung kepada diri manusia itu sendiri. Jika bergantung kepada Tuhan maka disebut FORCE MAJEURE :)

Shalom

__________________

Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS

http://www.facebook.com/veritasq