Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

IKLAN TV MERUSAK POLA KONSUMSI ANAK

Purnawan Kristanto's picture

Tak banyak hal lain dalam kebudayaan kita yang mampu menandingi kemampuan televisi yang luar biasa untuk menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka (Peggy Chairen, pendiri Action for Children Television).

Anak-anak bukanlah orang dewasa mini karena mereka belum mempunyai kematangan cara berpikir dan bertindak. Ia berada pada tahap sosialisasi dengan melakukan pencarian informasi di sekitarnya dalam rangka membentuk identitas diri dan kepribadiannya. Sumber informasi utama bagi anak adalah dari keluarga. Setelah itu, ia mengumpulkan informasi lainnya dari teman sebaya, sekolah, masyarakat dan media massa.

Pada keluarga modern sekarang ini ada kecenderungan semakin sedikitnya waktu untuk berinteraksi antara orang tua dan anak-anak karena kesibukan kerja. Sementara itu, semakin tingginya angka kriminalitas dan semrawutnya lalu lintas di perkotaan , meningkatkan kecemasan orang tua terhadap keselamatan anak-anaknya. Karena itu, mereka merasa lebih tenang bila anak mereka berdiam diri di rumah seusai sekolah. Perubahan sosial ini berarti menambah intensitas anak di dalam menonton televisi. Padahal kita ketahui, di luar acara keagamaan, tidak ada satupun acara TV swasta yang tidak diselingi penayangan iklan. Semakin bagus acara itu, semakin banyak pula iklannya. Hal ini tidak dapat dihindarkan karena sumber pembiayaan stasiun TV swasta adalah dari iklan saja. Setiap upaya pembuatan acara TV selalu dilandasi motif untuk menjual, menjual dan menjual. Sehingga seperti kata Milton Chen dalam bukunya Chlidren and Television, "acara TV komersial yang kita saksikan hanyalah umpan untuk mendekatkan kita dengan iklan".

Daya Tarik Emosional
Pada umumnya fungsi dari iklan adalah untuk memberi informasi dan melakukan persuasi. Tujuan dari pemberian informasi adalah untuk (a) memperkenalkan produk baru atau perubahan pada produk lama, (b) menginformasikan karakteristik suatu produk, dan ©. memberi informasi tentang harga dan ketersediannya. Sedangkan tujuan dari persuasi adalah untuk meyakinkan konsumen tentang manfaat (benefit) suatu produk, untuk mengajak konsumen agar membeli produk dan untuk mengurangi keragu-raguan setelah membeli atau mengkonsumsi produk.
Untuk mengkomunikasikan pesan-pesan itu, kalangan pengiklan bisa menggunakan daya tarik emosional yaitu dengan menyentuh rasa senang, gembira, kasihan, gengsi, takut sedih dll, atau daya tarik rasional dengan memberi informasi tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk.
Untuk iklan yang ditujukan buat anak-anak, pengiklan lebih sering memakai daya tarik emosional karena didukung kenyataan bahwa 75 % keputusan manusia dilandasi oleh faktor emosi. Selain itu daya tarik emosi juga mempunyai keunggulan yaitu (a). lebih menarik perhatian anak (b). klaim pada iklan lebih gampang diingat dan, ©. dapat menjadi faktor diferensiasi dari produk sejenis yang jadi pesaingnya. Sebagai contoh, kebanyakan kandungan miultivitamin hampir sama, tapi merek multivitamin yang diiklankan oleh Joshua ternyata lebih laris manis. Karena itulah para pembuat iklan anak lebih senang menampilkan tokoh idola anak-anak-anak, membuat visualiasi yang menerbitkan selera memberikan hadiah (gimmick), atau memakai musik yang riang gembira daripada memberikan informasi yang obyektif. dan memadai.
Umumnya anak-anak belum mampu menapis informasi dari iklan yang dapat dipakai untuk membuat keputusan dalam membeli suatu produk. Hal ini ditunjukkan hasil penelitian LP2K (Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen) tahun 1995, bahwa 94,2 % responden anak-anak pernah membeli produk yang diiklankan TV karena tertarik pada bintang iklannya. Survei serupa oleh CERC (Consumer Education and Research Center) di India, mendapati 75 % anak-anak mengaku pernah meminta orang tua membelikan produk yang diiklankan TV. Mereka juga hapal siapa teman, tetangga atau saudaranya yang memakai produk yang sama.

Iklan Pangan
Di banyak negara, termasuk Indonesia, iklan yang paling sering muncul pada acara yang ditujukan untuk anak-anak adalah kateogri pangan. Kenyataan ini perlu dicermati secara kritis karena iklan bisa membentuk pola makan yang buruk pada masa anak-anak. Padahal makanan yang dikonsumsi pada masa anak-anak ini akan menjadi dasar bagi kondisi kesehatan di masa dewasa dan tua nanti.
Efek yang paling disoroti adalah munculnya gejala obesitas (kegemukan) yang dikaitkan dengan intensitas menonton TV. Semakin seringnya anak nongkrong di depan TV apalagi ditambahi dengan aktifitas ngemil, berarti semakin sedikit anak melakukan aktifitas fisik yang bisa membakar kalori menjadi energi. Kelebihan kalori ini kemudian disimpan menjadi lemak yang menyebabkan kegemukan. Jurnal Pediatrics terbitan Amerika Serikat menyebutkan bahwa setiap penambahan alokasi waktu menonton TV sebesar 1 jam akan meningkatkan kemungkinan obesitas sebesar 2 persen.
Penelitian LP2K juga menunjukkan bahwa waktu menonton anak di Semarang, rata-rata 4 jam/hari. Sedangkan penelitian Pratanthi Pudji Lestari (1996) di Bogor mendapati anak-anak yang obesitas menonton TV selama 4,65 jam/hari dan anak yang tidak obesitas 3,13 jam/hari. Padahal idealnya tidak lebih dari 2 jam/hari. Penelitian ini mendukung hasil penelitian di AS bahwa ada kecenderunbgan anak-anak meluangkan waktu untuk menonton TV lebih banyak daripada kegiatan apapun lainnya kecuali tidur.
Selain obesitas, persoalan lain yang perlu diperhatikan adalah kandungan zat-zat gizi dalam makanan yang digemari anak-anak. Pertama, kandungan garam. Garam mengandung unsur Natrium dan Sodium yang berfungsi sebagai elektrolit tubuh. Makanan yang kurang garam memang terasa hambar, namun kandungan garam yang berlebihan bisa menimbulkan ketidak-seimbangan elektrolit tubuh. Hal ini sangat riskan bagi penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Menurut penelitian Puslitbang Gizi Bogor (1995), kandungan garam pada makananan jajanan hasil olahan pabrik lebih tinggi daripada hasil olahan rumah tangga. Biskuit yang rasanya manis, ternyata kandungan garamnya sangat tinggi (1.395,5 mg/100 gram makanan). Demikian juga dalam mie instant untuk berbagai merek dan rasa, apalagi dalam bumbunya, kandungan garamnya sangat tinggi. Setiap bungkus bumbu mie instant mengandung 3.448-4.940 mg. Kandungannya lebih tinggi lagi terdapat pada mie instant rasa pedas (tampaknya setiap penambahan rasa pedas perlu disertai penambahan rasa asin. ). Padahal angka kecukupan garam untuk anak-anak adalah 2.858 mg/hari.
Kedua, kandungan kolesterol. Kolesterol adalah unsur penting dalam lemak dari keluarga sterol. Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan pengapuran pembuluh darah yang menyumbat arteri koroner. Penyumbatan ini menyebabkan terganggunya suplai oksigen ke otak sehingga berresiko terkena serangan stroke.
Hasil penelitian terakhir menunjukan bahwa penyakit jantung koroner sebenarnya mulai timbul pada masa anak-anak. Studi di AS menunjukkan 25 dari 100 anak mempunyai tingkat kolesterol yang sudah mendekati batas aman. Penelitian lain menemukan bahwa pengapuran pembuluh darah terjadi justru pada usia 5-10 tahun. Pada remaja usia 18 tahun sudah ditemukan adanya garis lemak yang melapisi pembulunh darah koroner.
Lalu bagaimana kandungan lemak pada makanan? Hasil pengujian YLKI (1997) terhadap fast food menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara komposisi gizi produk yang dipasarkan di Indonesia dan di AS. Perbedaan yang paling mencolok adalah kandungan lemak yang lebih tinggi di Indonesia. Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 20 % dari total kecukupan energi. Hasil pengujian menunjukkan 1 porsi burger keju menyumbang lemak 26,4 % dari total kecukupan energi untuk anak, 1 porsi kentang goreng 42 % dan ayam goreng 41,7 %. Di sini terlihat bahwa sumbangan lemak dari fast food sangat tinggi. Padahal jumlah itu belum termasuk jika anak menambah porsi atau makanan lain yang dikonsumsi dalam satu hari itu.
Ketiga kandungan MSG (MonoSodium Glutamate).Banyak makanan jajanan anak (snack) dan mie isntant yang mengandung MSG. Fungsi MSG adalah sebagai penyedap rasa berupa rasa gurih. MSG sebenarnya tidak mempunyai nilai gizi, malah tidak ada manfaat sama sekali bagi tubuh manusia. Bahkan pemakaian yang berlebihan (di atas 120 mg/kg berat badan/hari) dapat membahayakan kesehatan. Akibat yang sudah diketahui adalah timbulnya Sindroma Restoran Cina. Gejalanya berupa rasa haus, mual, pegal-pegal pada tengkuk, sakit dada dan sesak napas yang timbul 20-30 menit setelah mengkonsumsi MSG yang berlebihan. Akibat lainnya adalah resiko penyakit kanker. Penelitian di Jepang menyimpulkan bahwa MSG jika dipanaskan pada suhu sangat tinggi bisa berubah menjadi karsinogenik (menyebabkan penyakit kanker). Tapi untuk hal ini masih ada silang pendapat para pakar.
Keempat, kandungan gula. Anak-anak sangat menyukai makanan yang manis-manis seperti permen, coklat, minuman ringan, sirup, kue dll. Gula adalah sumber kalori yang tinggi. Bila tidak dibakar, gula bisa berunbah menjadi lemak. Selain itu, gula juga bisa menyebabkan kerusakan gigi (karies) pada anak-anak.

Pengaturan Iklan
Mengingat adanya efek negatif dari iklan yang ditujukan pada anak-anak khususnya iklan makanan, sudah sepatutnya mulai dibuat peraturan periklanan untuk anak-anak. Sayangnya masalah iklan untuk anak-anak ini belum diatur secara spesifik dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen no 8/1999. Padahal di negara-negara maju yang "lebih kapitalistik" dari Indonesia, mereka sudah lama peduli pada nasib anak-anak dan mulai membatasi iklan pada acara TV anak-anak.
Negara Swedia dan Norwegia melarang iklan untuk anak di bawah 12 tahun dan sama sekali melarang iklan di acara TV untuk anak. Australia melarang iklan pada acara anak pra sekolah dan menetapkan iklan makanan tidak boleh memberikan penafsiran ganda. Negara Belgia melarang penayangan iklan 5 menit sebelum dan sesudah acara anak dan iklan permen harus mencantumkan gambar sikat gigi. Negara Denmark dan Finlandia melarang sponsorship di acara anak. Di Denmark iklan snack, minuman ringan dan coklat dilarang mengklaim sebagai pengganti makanan. Negara Inggris menentukan bahwa iklan tidak boleh mendorong konsumsi sesering mungkin. Sedangkan AS mewajibkan setiap iklan makanan harus mendorong agar anak menjadi sadar gizi.
Karena itulah, sudah saatnya bagi pihak-pihak yang peduli pada perlindungan anak-anak untuk segera melakukan tindakan untuk menghentikan eksploitasi kepentingan komersial terhadap anak-anak . Caranya adalah dengan mendesakkan pengaturan iklan anak-anak pada UU Penyiaran.***

__________________

------------

Communicating good news in good ways

hai hai's picture

Kendalikan Anak-Anak Anda

Akibat yang sudah diketahui adalah timbulnya Sindroma Restoran Cina. Gejalanya berupa rasa haus, mual, pegal-pegal pada tengkuk, sakit dada dan sesak napas yang timbul 20-30 menit setelah mengkonsumsi MSG yang berlebihan.

Saya suka makan di rumah, karena bila makan di luar gejala tersebut di ataslah yang sering saya alami, itu sebabnya banyak restoran China masuk daftar hitam saya. Sesudah membayar mahal, kita diracuni pula.

Iklan memang sangat besar pengaruhnya bagi anak-anak dan Iklan produk makanan memang paling saya benci. Namun apa mau dikata? Hingga saat ini iklan-iklan tersebut masih berseliweran di televisi. Yang saya lakukan adalah menjelaskan kepada anak dan istri tentang makanan sehat dan makanan tidak sehat serta mengendalikan acara nonton TV anak saya.

Banyak orang tua yang mengendalikan acara nonton TV anaknya dengan remote control dan colokan listrik, menurut saya cara demikian tidak efektif dan tidak efisien. Saya menggunakan metode cerita, memberitahu dia acara-acara tv yang tidak baik dan akibatnya bila dia menonton acara-acara itu serta memacunya untuk melakukan hal lainnya yang lebih baik dibandingkan nonton televisi. Hasilnya sangat baik, dia tidak akan nonton Film Crayon Sinchan, karena tahu itu tidak baik buatnya, namun dia tahu, itu akan menjadi Film yang lucu bila dia menontonnya ketika dewasa nanti.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Purnawan Kristanto's picture

Pengaturan iklan

Ketika memposting tulisan ini, saya harus mengakui bahwa saya MUAK melihat tayangan televisi Indonesia. Saya nonton TV kalau ada siaran langsung sepakbola. Atau di luar itu, paling-paling nonton Metro TV. Itu saja saya sebenarnya masih meragukan independensi pengelola stasiun TV ini dari pengaruh Surya Paloh dan pemasang iklan. Istri saya juga jarang sekali nonton TV. Namun yang menjadi keprihatinan saya adalah anak kami. Saya dan istri sering keluar malam untuk pelayanan gereja. Mau tak mau, anak kami dititipkan pada PRT. Akibatnya, anak kami (2 thn) sudah menggemari sinetron Suci yang selalu ditonton PRT. Wah gawat! Pada jam tayang utama (prime time), kami malah mematikan TV. Sebagai gantinya, kami membuat aktivitas lain. Misalnya bermain bersamma atau jalan-jalan (Anak saya punya kebiasaan mengajak jalan-jalan pada pukul 19.00-22.00). Selain itu juga membelikan VCD Walt Disney klasik seperti Bambi, Snow White, Pinokio, Dumbo dll. Ternyata dia suka dan nonton berulang-ulang. Dia juga senang VCD Kevin dan Karyn. Kalau para orang tua sudah melek media seperti koh Hai Hai maka persoalan iklan untuk anak-anak bukan menjadi persoalan lagi. Masalahnya, masih banyak orangtua yang mempercayakan pengasuhan anak-anak mereka pada televisi. Untuk itu, kita perlu mendesak pada negara agar membuat peraturan yang melindungi anak-anak dari pengaruh negatif dari iklan .
“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul”
~ Goethe
__________________

------------

Communicating good news in good ways

siburukrupa's picture

benarkah pak purnawan k?

pak wawan sekedar bertanya,

apakah pak wawan pernah makan kfc?

apakah pak wawan pernah makan mie instan?

apakah pak wawan pernah minum teh botol/coca cola??

jika tidak pernah sekalipun maafkan saya telah bertanya. 

jika pernah,nampaknya sekalipun iklan2 itu ditaidakan tetap saja tidak akan merubah keinginan anak bapak.

namun apakah bapak hanya sebal,ketika anak bapak nonton sinetron suci?

apakah bapak hanya sebal ketika PRT bapak menonton?

maafkan jika saya salah,hanya bertanya dan tebak2an.

satu lagi pertnyaan saya kenapa bapak menyalahkan iklan di tv??

kenapa bapak tidak menyalahkan PRT bapak/

atau MENYALAHKAN DIRI BAPAK SENDIRI, meninggalkan anak BAPAK bersama pembantu? 

gbu. 

 

gajah hitam tidak perlu dicari.

 

Purnawan Kristanto's picture

Maaf siburukrupa

Maafkan jika saya menjawab pertanyaan Anda.
1. Anda bertanya: Pernahkah saya makan kfc, mie instan, teh botol/coca cola? Saya jawab: Meski orang ndeso, saya pernah makan semua itu. Tapi sedapat mungkin saya menghindari makanan jenis itu. Alasan: (a). Kandungan gizi yang kurang baik. Beberapa di antaranya sudah disinggung oleh Ken (b). Persoalan ideolologis dan moral.
 
2. Anda menyatakan: "nampaknya sekalipun iklan2 itu ditaidakan tetap saja tidak akan merubah keinginan anak bapak" 
Saya jawab dengan pertanyaan: Bagaimana Anda bisa mengambil kesimpulan seperti itu? Mungkin Anda bermaksud mengatakan begini: Kalau sudah tahu rasanya, nggak usah pakai iklan pun, anak akan tetap minta. Oke deh kalau begitu, bagaimana Anda menjelaskan yang satu ini: Anak saya (2 thn) belum pernah makan di McDonald. Tadi malam, ketika lihat iklan McDonald di TV, dia lalu berkata: "Pa, Kirana mau yang itu. Besok belikan, ya?"
 
3. Anda bertanya:'Apakah bapak hanya sebal,ketika anak bapak nonton sinetron suci?apakah bapak hanya sebal ketika PRT bapak menonton?'
Saya menjawab: Saya sebal kalau anak saya melihat semua sinetron TV untuk saat ini. Tapi kalau Keluarga Cemara masih ada, saya akan mengizinkan dia nonton sinetron itu. Selanjutnya, Anda jangan salah sangka bahwa saya sebal karena PRT nonton TV. Hubungan kami dengan PRT adalah hubungan yang setara. Mungkin hanya di rumah kami dimana PRT bisa tidur siang. Sepanjang pekerjaannya beres, entah dia mau nonton TV, ngobrol dengan tetangga, atau tidur, bagi kami nggak masalah.  Yang bikin kami sebal adalah ketiadaan pilihan program TV yang bagus untuk anak-anak. Karena ditayangkan pada jam tayang utama, sinetron Suci pasti ditonton oleh anak-anak. Tapi lihatlah isinya. Apakah isinya dapat membangun kerohanian dan memberikan pendidikan yang baik pada anak-anak? Saya rasa belum. Begitu penjelasan saya.
 
4. Anda bertanya:"kenapa bapak menyalahkan iklan di tv?? kenapa bapak tidak menyalahkan PRT bapak/atau MENYALAHKAN DIRI BAPAK SENDIRI, meninggalkan anak BAPAK bersama pembantu?"
 
Saya menjawab: Apakah Anda sudah berkeluarga dan memiliki anak, tapi juga harus mencari uang dan melakukan pelayanan? Jika ya, maka Anda bisa berempati kepada kami dan tidak mengajukan pertanyaan ini.
Selanjutnya untuk pertanyaan mengapa saya menyalahkan iklan di tv, saya menjawab: Mohon dipahami, saya tidak bersikap anti iklan tv. Sikap saya adalah: Perlunya regulasi iklan tv untuk anak-anak. Perhatikan kata kata regulasi, yang artinya pengaturan. Perhatikan juga kata untuk anak-anak. Jadi tekanannya adalah untuk anak-anak. Mengapa saya bersikap begitu? Karena anak-anak belum memiliki filter yang kuat dalam menapis informasi dalam iklan. Akibatnya, seperti yang saya tulis, pola makan anak-anak akan mengalami gangguan. 
 
Nah demikian jawaban saya. Maafkan jika tanggapan saya ada kesalahan. Jika belum puas, ayo ajukan tanggapan lagi. Saya akan menanggapinya lagi dengan senang hati.

 
“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul”
~ Goethe
__________________

------------

Communicating good news in good ways

siburukrupa's picture

sering kali orang lupa mendidik,namun hanya mau mengoreksinya sa

pak wawan..

saya bisa mengambil kesimpulan seperti itu karena,jika bapak yang tidak pernah menonton ikalan/bapak hanya nonton bola dan berita metro tv saja memiliki keinginan,utk makan kfc,dll,apalagi anak anda yang kecil itu..

Saya dan istri sering keluar malam untuk pelayanan gereja. Mau tak mau, anak kami dititipkan pada PRT.

pelayanan gerja harus dua-duaan??

itulah sebab saya mengatakan ,ataukah bapak seharusnya mengoreksi diri.

kalau bapak tidak senang,prt nonton sinetron suci setelah selesai bekerja,apakah bapak pernah menegurnya??

kalau belum bapak janganlah,mencari-cari alasan lagi.

kalau sudah ya..prt bapak yang harus disalahkan meninggalkan anak bersama prt yang tidak berguna.maaf..

bapak sendiri belum memiliki filter yang kuat dalam menapis informasi dalam iklan.

buktinya,bapak masih juga makan makanan itu.

apalagi anak bapak yang masih kecil??

saya sudah punya anak,saya telah mendidik istri saya,dan saya mempercayakan istri saya mendidik anak saya,namun ketika mereka melakukan kesalahan barulah saya tegur,lalu saya didik lagi,dan saya pun gitu,saya menerima semua didikan termaksud dari istri,dan semua orang,dan saya mulai belajar mendidik keluarga kecil nan sederhana ku..

sering kali orang lupa mendidik,namun hanya mau mengoreksinya saja... 

 satu lagi pak,..

apakah saya berhak mengatur jadwal pelayanan bapak??

 maaf pak bukan saya mau menggurui,saya tahu diri saya tidak lah lebih pintar dari bapak.semoga koment saya berkenan.

salam. 

Purnawan Kristanto's picture

Kami masih hijau dalam berkeluarga

Siburukrupa:saya bisa mengambil kesimpulan seperti itu karena,jika bapak yang tidak pernah menonton ikalan/bapak hanya nonton bola dan berita metro tv saja memiliki keinginan,utk makan kfc,dll,apalagi anak anda yang kecil itu..

Wawan:
Anda dulu bertanya, apakah saya PERNAH makan KFC. Saya jawab 'pernah'. Meski hanya satu kali, itu sudah dapat dikatakan sudah 'pernah'. Yang belum Anda tahu, atas dorongan apa saya makan di sana. Apakah karena dorongan iklan atau sebab lain? Kebanyakan karena ditraktir. Kalau harus keluar uang sendiri, saya lebih memilih ayam goreng mbok Berek atau bebek goreng pak Mul Ndut, di dekat lampu merah Klaten.

sbr: pelayanan gerja harus dua-duaan??
Wawan: Dalam banyak hal jawabannya ya. Isteri saya pendeta. Sebagai suami pendeta,saya kadang harus seperti pendeta juga. Saya merelakan diri untuk mendampinginya, terutama pada pelayanan khusus: seperti kematian atau perkunjungan orang sakit. Peran saya yang lain adalah sebagai tukang ojeknya. Saya merasa kasihan jika melihat isteri saya harus naik motor sendirian jika harus melayani di bakal jemaat (sekitar 3-5 km), melewati persawahan yang sepi di malam hari.  Dalam hal tertentu, kami kadang harus melayani bersamaan tapi di tempat yang berbeda. Misalnya saya melayani di persekutuan kelompok A, dia melayani di persekutuan kelompok B.

sbr: itulah sebab saya mengatakan ,ataukah bapak seharusnya mengoreksi diri.

kalau bapak tidak senang,prt nonton sinetron suci setelah selesai bekerja,apakah bapak pernah menegurnya??

kalau belum bapak janganlah,mencari-cari alasan lagi.

Wawan: Terimakasih untuk saran Anda. Saya akan mengkoreksi diri. Saya tidak menegur prt, karena itu hak dia untuk menonton sinetron kesayangannya. Meski begitu, kami akan mencari cara supaya anak kami tidak banyak menonton TV.
Tapi kalau Anda mengatakan bahwa saya 'mencari-cari alasan', saya belum tahu apa yang membuat Anda mengambil kesimpulan demikian. Saya memberikan jawaban yang sejujurnya, tapi kalau itu tidak memuaskan Anda, ya monggo. Saya tidak akan berusaha memuaskan Anda.

sbr: kalau sudah ya..prt bapak yang harus disalahkan meninggalkan anak bersama prt yang tidak berguna.maaf..

Wawan: Saya tidak pernah mengatakan bahwa prt saya tidak berguna. Anda yang mengambil kesimpulan demikian. Tampaknya perspektif Anda tentang PRT berbeda dengan saya.

sbr: bapak sendiri belum memiliki filter yang kuat dalam menapis informasi dalam iklan.

buktinya,bapak masih juga makan makanan itu.

Wawan: Anda perlu mengetahui perbedaan antara sikap kritis dan sikap anti terhadap iklan. Kalau saya bersikap kritis terhadap iklan, bukan berarti saya anti terhadap produk yang diiklankan dan bersumpah tidak akan memakainya. Namun perlu Anda ketahui, saya dan beberapa rekan-rekan memiliki sikap kritis terhadap produk-produk multi transnasional, seperti KFC, McDonald, Starbucks, DelMonte dll. Soal alasannya, tidak dapat saya uraikan di sini karena keterbatasan tempat di sini.

SBR: saya sudah punya anak,saya telah mendidik istri saya,dan saya mempercayakan istri saya mendidik anak saya,namun ketika mereka melakukan kesalahan barulah saya tegur,lalu saya didik lagi,dan saya pun gitu,saya menerima semua didikan termaksud dari istri,dan semua orang,dan saya mulai belajar mendidik keluarga kecil nan sederhana ku..

Wawan: Kami masih hijau dalam mendidik anak. Jadi memang belum sempurna. Kami masih perlu belajar banyak. Masukan Anda menjadi pelajaran berharga bagi kami.


SBR:apakah saya berhak mengatur jadwal pelayanan bapak??
Wawan: Tidak. Saya sudah bisa mengaturnya sendiri.
 
 
“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul”
~ Goethe
__________________

------------

Communicating good news in good ways

freya's picture

IKLAN TV MERUSAK POLA KONSUMSI ANAK.

Judul di atas tidak sepenuhnya benar tapi juga tidak salah, karena anak-anak dalam perkembangan psikis di usianya tersebut selalu mangaplikasikan pikirannya dengan mengadopsi dari lingkungan, entah dengan mencontoh tokoh-tokoh idola (artis/heroes),meniru sesuatu atau seseorang yang disukai.Iklan dan misinya dalam kepadatan frekuensi penayangan akan dengan mudah diserap oleh anak-anak.Jika pendidikan anak-anak dalam keluarga cukup baik, iklan bukan merupakan faktor pengaruh pola kosumsi,karena orang tua sudah menyediakan setiap kebutuhan anak sesuai takaran  dan anak-anak secara sadar untuk mengerti kebutuhan mereka yang sebenarnya.Sejak awal orang tua membiasakan anak-anak membeli kebutuhan-kebutuhan secara prioritas bukan kebutuhan iseng atau ikut-ikutan teman/trend, maka mereka tidak mudah digoda oleh iklan yang meang diciptakan untuk membentuk opini konsumtif. Banyak iklan memberikan suri tauladan yang positif tentang kehidupan sehari-hari seperti hidup sehat dan bersih, mencintai lingkungan (hewan dan tanaman), mencontohkan kehidupan sosial kemasyarakatan, memelihara dan mencintai tradisi budaya dsb.  Jika kita arif dalam mensikapi suatu permasalahan, maka perlu menilainya secara holistik/mnyeluruh sehingga menemukan akar permasalahannya bukan menyudutkan satu aspek saja. 

KEN's picture

Tentang Konsumsi Minuman Sehat Dan Beracun

Minuman bersoda berwarna hitam Coca Cola adalah minuman beracun, menurut muatan surat kabar yang oleh penelitian ilmu kedokteran mengatakan bahwa, air hitam bersoda Coca-Cola bisa mengikis lambung kita hingga tipis bahkan bocor ketika kita meminumnya terlalu sering. Apa jadinya ketika sering minum air hitam itu? (sudah bisa dijawab). Sedangkan bir (termasuk wine dan wisky, dll) adalah minuman sehat, kita salah jika mengatakan minum bir itu racun, maaf, ini pendapat saya walaupun saya sangat jarang minum bir dsb, tapi kandungan dalam bir mengandung gizi yang tinggi yang terdapat dalam kedelai kerena memang bir berbahan dasar kedelai. Jadi kesimpulannya, apa yang kelihatan sehat justru beracun sedangkan yang dianggap beracun oleh konsep masyarakat turun menurun justru berpengaruh terhadap kesehatan. Namun terlalu tabu dan tanpa pembelajaran tentang hal itu. (maaf, bukan berarti saya setuju penayangan iklan tentang bir dsb di TV ya, karena memang berbahaya untuk daya serap balita dan anak2 dan juga buat orang tua yang kampungan Luk. 5:39 Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."). Dalam perjamuan perkawinan di Kanaan, Yesus tidak mempermasalahkan dalam pesta itu dihidangkan minuman berupa anggur, malah memperbanyak. Yoh. 2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Yoh. 2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki, Yoh. 2:10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Paulus pernah berkata dalam suratnya kepada Timotius. 1Tim. 5:23 Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

freya's picture

Tentang komsumsi minuman sehat dan beracun

Manusia melakukan sesuatu tindakan karena otak yang memerintahkan, tentu saja dengan berbagai pertimbangan. Tidak berbeda dengan seseorang dihadapkan pada sebuah botol minuman beralkohol, pasti otak akan memberikan perintah apa yang harus dilakukan.Jika orang tersebut memiliki faktor pertimbangan yang mengandung unsur kontra sebagai alasan terhadap minuman beralkohol(alasan kesehatan,moral,image,hukum,dsb) maka ia akan menolak untuk meminumnya.  Sementara itu, memang ada rang-orang yang memikirkan menggunakan situasi untuk menjadi alasan pembenaran dalam pikirannya sehingga sengaja melakukannya seperti di situasi/angin dingin (musim), pesta, kesepian/frustasi dll.Seringkali manusia memang menguji dirinya sendiri dengan memberikan pertentangan-pertentangan/konflik intern dalam pikirannya untuk menutupi penolakan dengan alasan-alasan pembenaran sehingga secara sadar memperbudak dirinya dengan menciptakan kebiasaan hingga tradisi mengkonsumsi minuman-minuman beracun.Lalu siapa yang salah..?jawaban masing-masing tidak untuk orang lain.

KEN's picture

@freya

Terima kasih sudah menanggapi komentar saya dengan komentar anda. Baiklah, saya akan fokuskan ke masalah minuman berakohol saja. Karna Coca-Cola memang jelas sudah tertera memakai bahan pemanis buatan, dan sodanya sangat tajam seperti menusuk tenggorokan dan rongga mulut bagian atas, kita tidak tahu apa yang terjadi di dalam lambung kita, itu baru pemanis buatan dan sodanya, dan kita sudah tahu konsekwensinya, belum yang lain-lainnya. Nah, untuk bir, wine, wiskey dan lain sebagainya, memang bermanfaat untuk penghangat tubuh di musim dingin (bagi yang tinggal di area 4 musim), dan tidak menutup kemungkinan juga untuk area 2 musim, karna seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya kepada Timotius dan tidak ada sangkut pautnya dengan musim-musim di dunia ini tapi yang bersangkut paut dengan kesehatan Timotius atau manusia. Bir, berbahan dasar kedelai, susu kacang berbahan dasar kedelai, tempe dan tahu berbahan dasar kedelai, dan lain sebagainya yang terbuat dari kedelai, hanya saja kemasannya memang dibuat berbeda dan kesemuanya itu dikategorikan makanan dan minuman sehat, bahkan tempe dan tahu masuk dalam kategori 4 sehat 5 sempurna. Bukan hanya untuk bir, untuk susu kacang, tahu dan tempe pun, kita harus mengkonsumsinya dengan cara yang bijaksana. Sedangkan untuk wine, berbahan dasar anggur tua/anggur asli yang rasanya benar-benar asam. Fungsi wine ini, kita sudah tahu, bisa dihidangkan dalam pesta, penghangat tubuh di musim dingin dan kadar asamnya itu bisa untuk membersihkan lambung kita dari segala jenis kotoran yang ada di dalamnya dan juga sebagai penyembuh luka dan penghilang rasa sakit. Saya pernah mengkonsumsi wine (anggur tua), minuman ini dikemas tanpa alkohol, karna anggur jenis ini sendiri sudah mengandung alkohol di dalamnya. Dan mengkonsumsinya pun harus dengan cara yang bijaksana. Wiskey, mengandung alkohol rata-rata 40%, minuman ini jelas-jelas untuk penghangat tubuh hanya saja memang sering disalahkan konsumsikan oleh orang-orang yang kurang bijaksana.

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

Rusdy's picture

Sayang Anak

Terus terang saya saya sendiri kalau di posisi Pak Pur (orang tua di kota besar Indonesia pada umumnya), sudah sutris tujuh puluh tujuh kali tujuh kali keliling. Alasannya:

  1. Tak bisa dipungkiri, mayoritas keluarga Indonesia dalam mengisi waktu luangnya (baik dewasa maupun anak) adalah dengan menonton televisi, atau
  2. Pergi ke mall 

Solusinya? Kalau saya sudah tahu, saya sudah mendapatkan noble prize dari kemaren-kemaren :). Kalau mau sok tahu, mungkin karena:

  1. Kalau tidak nonton TV, apalagi? Ke mall?
  2. Main di luar? Lapangan? Lapangan mana? Yang ada dicium mobil
  3. Main bersama tetangga? Yang jagain siapa? Wong orang tua sama-sama sibuk!
  4. Kalau kagak ke nonton TV atau ke mall, mao kemana lagi??
Tuh kan, lagi-lagi TV atau mall. Tapi, kalau ke mall macet, jadi paling gampang, ya nonton TV

Lalu, salahin sapa?

  1. Pemerintah: wong tugas pemerintah untuk menata kota, sehingga penduduknya bisa memiliki berbagai alternatif hiburan dong! Lapangan terbuka untuk sarana olah-raga publik, tayangan televisi yang berkualitas (mana unyil dan 'Aku Cinta Indonesia' versi modern??? Tongue out), museum-museum untuk pendidikan anak, dan lain-lain. Yang ada? mall
  2. Pihak swasta: Bisa dong, pihak swasta mendengarkan suara rakyat, dengan berinvestasi lebih menayangkan kualitas setara dengan 'National Geographic' atau 'Discovery Channel' untuk pendidikan anak? Wong kultural dan natural Indonesia begitu kaya, masa ndak bisa? Duitnya dari mana bang? Yah, suruh yang kaya-kaya nyumbang lah! Minimal, profit dari sinetron di-investasi Money mouth
  3. Keluarga: Aduuuh, masa kagak ada keluarga dekat yang bisa saling membantu sih?? Egois amat sih!!!
  4. Diri sendiri: yah mana mungkin lah! Cool
Kesimpulan: pusiiiiiiiiiiiiing!!!!


11:13

Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu,

 

...

   
   
   
   
   
11:19 Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;
Purnawan Kristanto's picture

Ide Bagus Rusdy

Idemu soal perlunya program acara yang berkualitas itu sebenarnya bisa dilakukan. Sekarang ini ada kewajiban perusahaan untuk melakukan CSR atau Coorporate Social Responsibility. Setiap perusahaan wajib menganggarkan sebagian dari keuntungan untuk kegiatan sosial. Alangkah bijaknya, jika sebagian dana CSR ini digunakan untuk membuat program acara TV yang berkualitas baik.

 

 

“If any man wishes to write in a clear style, let him be first clear in his thoughts; and if any would write in a noble style, let him first possess a noble soul”
~ Goethe
__________________

------------

Communicating good news in good ways

KEN's picture

@Rusdy

Salam kenal Rusdy, Btw, 11:13 dan 11:19 apa nih?

>>>=GOD=LOVE=YOU=>>

 

 

 

Rusdy's picture

Oiya

Salam kenal balik Ken,

Oiya, Lupa ditambahin Nama kitabnya yah? Itu dari Ulangan, udah di-hyperlink kok Cool

 Intinya, di masa perjanjian lama (polanya tetap sama di perjanjian baru), tugas pendidikan (kerohanian) anak, jatuh sebagian besar kepada orang tua. Masalahnya, kehidupan di kota besar memang menaruh beban yang sangat luar biasa kepada orang tua, karena komitmen pekerjaan, pelayanan, dan lain sebagainya.

Saya sendiri belum menikah, boro-boro punya anak, jadi ngomong aja, soalnya gampang. Melihat ponakan saya saja yang staminanya bak bisa lari marathon 10x sehari, bikin saya pusing. Nah, untuk mendidik anak hari-demi-hari secara konsisten