Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Donatur versus Kontributor

tonypaulo's picture

Terkadang sering orang menilai bahwa melakukan donasi itu baik atau donatur adalah sfat yg mulia yg patut ditularkan ke semua orang. Tanpa disadari donatur dalam kedermawanannya justru adalah sesuatu yang kontraproduktif. Hal2 apa yg menjadikan donasi sebagai madu yg sebenarnya adalah racun?

1. Banyak orang yg memiliki perspektif, bahwa dirinya terlalu sibuk untuk membangun kerajaan Tuhan, dan merasa uang yang ia donasikan bisa mengantikan dirinya sebagai "batu bata" rumah Tuhan 

2.  Banyak orang yg tidak menjalankan kewajiban dalam membayar pajak, tidak bekerja dengan sungguh2 untuk mendapatkan penghasilan yg sepadan, mencoba mengkompensasikannya kepada uang donasi

3. Penerima Donasi tidak perduli mengenai darimana uang itu berasal, yang terpenting secara finansial masalah "terselesaikan"

4. Membangun mentalitas peminta2, banyak pihak yang sebenarnya tidak perlu didonasikan, karna dirinya belum berupaya maksimal untuk menghidupi dirinya sendiri

5. Fenomena orang samaria yg baik menjadi waham bagi kekristenan, sehingga ketika dengan uang donasi predikat "orang baik" sudah cukup menengelamkan kewajiban orang kristen menjadi orang benar

jadi jika anda belum menjadi orang yg sungguh2 mau hidup benar dalam Kristus Yesus, donasi anda tidaklah ada artinya, anda menipu diri sendiri, uang donasi anda tidak akan tercatat menjadi pahala untuk menghantarkan anda ke surga, karna seorang samaria tidak pernah diceritakan bisa ada di kerajaan surga karna kebaikan hatinya

bilamana ada kerinduang untuk anda menjadi kontributor, ketika anda mendonasikan uang anda, pastikan juga anda terlibat secara intens, jangan punya mental, saya hanya bisa berpartisipasi uang, karna tenaga dan waktu saya buat hal2 yg lain, atau buat kepentingan diri sendiri

singkatnya jika anda tidak bisa total dalam memberikan tenaga dan waktu anda untuk sesuatu beban yg ditaruhkan tuhan.......percuma anda donasikan uang anda......

 

tonypaulo's picture

Jangan terulang lagi

The Mafia began in the 19th century. Modern scholars believe the seeds were planted in the upheaval of Sicily's transition out of feudalism beginning in 1812 and its later annexation by mainland Italy in 1860. Under feudalism, the nobility owned most of the land and enforced law and order through their private armies. After 1812, the feudal barons steadily sold off or rented their lands to private citizens. Primogeniture was abolished, land could no longer be seized to settle debts, and one fifth of the land was to become private property of the peasants.[26] After Italy annexed Sicily in 1860, it redistributed a large share of public and church land to private citizens. 

https://en.wikipedia.org/wiki/Sicilian_Mafia 

widdiy's picture

@Pak TP, mau tanya..

TP: 5. Fenomena orang samaria yg baik menjadi waham bagi kekristenan, sehingga ketika dengan uang donasi predikat "orang baik" sudah cukup menengelamkan kewajiban orang kristen menjadi orang benar......

Saya mau tanya, sebaiknya menjadi "orang benar" dulu atau menjadi "orang baik" dulu.... Terus terang, saya seringkali bingung apakah saya sudah menjadi "orang benar" yang layak untuk menjadi "orang baik".

TP: jadi jika anda belum menjadi orang yg sungguh2 mau hidup benar dalam Kristus Yesus, donasi anda tidaklah ada artinya, anda menipu diri sendiri, uang donasi anda tidak akan tercatat menjadi pahala untuk menghantarkan anda ke surga, karna seorang samaria tidak pernah diceritakan bisa ada di kerajaan surga karna kebaikan hatinya......

Bukankah yang menghantarkan kita ke surga adalah iman kepada Kristus? Bukan perbuatan baik, bukan pahala?

Menurut saya, kisah orang samaria yang baik adalah pengajaran Tuhan Yesus bahwa kesalehan agamawi harus dilengkapi dengan kesalehan sosial.

Perumpamaan ini didahului dengan pertanyaan seorang ahli Taurat: "Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Lukas 10:25)....dst. Lalu Tuhan Yesus menunjukkan hukum kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia.... Jadi untuk memperoleh hidup kekal harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia...

Begitukah??? Tolong pencerahannya... :)


tonypaulo's picture

@Widdy, Orang benar sudah tentu baik

Saya mau tanya, sebaiknya menjadi "orang benar" dulu atau menjadi "orang baik" dulu.... Terus terang, saya seringkali bingung apakah saya sudah menjadi "orang benar" yang layak untuk menjadi "orang baik".

---

bicara tentang baik itu adalah urusan dengan hati, tidak perlu iman untuk menjadi orang baik, jadi orang baik belum tentu adalah orang benar, sedangkan orang benar sudah pasti juga adalah orang baik

semisal seseorang yg tidak membayar pajak ke pemerintah namun bisa kasih sedekah ke orang miskin, dia hanya menjadi orang baik tapi tidak menjadi orang benar

 

 

Bukankah yang menghantarkan kita ke surga adalah iman kepada Kristus? Bukan perbuatan baik, bukan pahala?

Menurut saya, kisah orang samaria yang baik adalah pengajaran Tuhan Yesus bahwa kesalehan agamawi harus dilengkapi dengan kesalehan sosial.

Perumpamaan ini didahului dengan pertanyaan seorang ahli Taurat: "Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Lukas 10:25)....dst. Lalu Tuhan Yesus menunjukkan hukum kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia.... Jadi untuk memperoleh hidup kekal harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia...

====

banyak orang percaya masih terjebak dengan konsep pahala dalam artian hukum tabur-tuai yg sempit, memandang segala sesuatu dalam hidupnya ada hubungannya dengan prilaku sebelumnya termasuk apabila dia tidak berat hati memberikan uangnya utk didonasikan

 

kesalehan agamawi adalah jebakan bagi orang yg menganggap agama adalah saluran Tuhan bagi dirinya menjadi baik, berbeda dengan kesalehan hati yg muncul akibat kerinduan untuk hidup dalam kebenaran, mengasihi manusia tidak dengan uang donasi, karna mengasihi bukan sinonim memanjakan, mengasihi itu juga mendidik dan menegur, jadi kesalehan agamawi bukanlah sifat kekristenan, melainkan manifestasi orang yg punya kencederungan membenarkan diri lewat pengkondisian sesuai dengan keinginannya

pengajaran orang samaria, sebenarnya konteksnya adalah menegur orang Israel yg merasa istimewa namun tidak melakukan hal istimewa dalam  mewujudkan perbuatan baik, namun orang samaria bukanlah standar kehidupan bagi orang benar, melainkan suatu cermin bagi orang yg membenarkann diri namun tidak pernah berbuat benar dalam hidupnya

jesusfreaks's picture

@tonypaulo : mungkin efek ajaran teologi kemakmuran

Bwi hi hi hi

Menurut saya sih ini efek ajaran teologi kemakmuran. Efek cuci otak dengan perpuluhan.

Kaburrr ahhh pasti ada yang terasinggung nihhh

__________________

Jesus Freaks,

"Live X4J, Die As A Martyr"

-SEMBAHLAH BAPA DALAM ROH KUDUS & DALAM YESUS KRISTUS- 

tonypaulo's picture

kurang nyambung @JF

teologi kemakmuran kemudian persepuluhan?....sepertinya kali ini kurang nyambung