Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Di Posko Mudik Gratis 2012

Purnomo's picture

         Ah, wong cilik. Setelah tiga tahun bekerja keras di Jakarta, mudikpun masih harus menghadapi ketidaknyamanan bersama istri dan puteri kecilnya. Semoga posko mudik ini membuatnya terhibur karena dia melihat masih ada yang peduli kepada nasib wong cilik walau berbeda keyakinan. Perbedaan tidak harus membuat kita tidak saling menolong, bukan?



SABTU, 18 AGUSTUS 2012.
             Lelaki itu masih muda. Aku taksir umurnya belum mencapai 30 tahun. Ia melahap nasi bungkus sedangkan istrinya makan mi gelas berbagi dengan puterinya yang masih kecil. Selesai dia makan, aku yang duduk di tikar dekatnya bertanya,
            "Dari mana, Mas?"
            "Jakarta," jawabnya.
            "Sekarang hampir jam 3. Mas berangkat subuh tadi? Jalanan lancar?"
            "Ya, saya berangkat subuh. Jalan macet sampai Bekasi, mobil tak bisa bergerak."
            "Kemarin dengan mobil dari Semarang sampai ke Solo butuh waktu 6 jam," kata saya. "Mas, mau ke mana?"
            "Ponorogo."
            "Ponorogo? Lewat mana?"
            "Dari Semarang ini saya ke Solo, Karanganyar, Tawangmangu lalu Sarangan. Kemudian turun ke Magetan."

             Saya terdiam karena sulit membayangkan bagaimana nanti kesehatan puterinya dibawa bersepedamotor selama itu dan melewati daerah dingin pada malam hari.

             Pandangan matanya mengedar berkeliling.
            "Posko mudik ini yang mengadakan perusahaan?" tanyanya.
            "Bukan, Mas. Yang mengadakan gabungan beberapa gereja di kota Semarang ini. Kantor asuransi Jasindo berbaik hati meminjamkan halaman depannya ini dan memberi listrik untuk penerangan. Bilik toilet yang di samping kantor itu kami buat sendiri."
            "Yang mengadakan gereja???" tanyanya tak percaya. Kembali ia mengedarkan pandangannya. Aku tahu dia mencari identitas gereja di layar tenda, di meja makanan, di karton2 yang bertuliskan ajakan mampir di posko mudik gratis ini. Tak akan dia temui karena memang panitia tidak pernah memasangnya.

            Saya jadi ingat buku pesan & kesan yang tadi saya baca. Ada yang menulis, "Kita ini berlainan keyakinan. Tetapi perbedaan keyakinan ini tidak mencegah kita untuk menolong yang lain. Terima kasih untuk posko mudik ini karena sangat membantu kami."

           "Kami sudah 4 kali Lebaran mengadakan posko ini. Mas, sudah berapa kali mampir di sini?"
           "Baru sekali ini. 3 Lebaran yang lalu istri saya mengandung 7 bulan. 2 Lebaran yang lalu puteri saya masih bayi. Lebaran yang lalu saya belum berani mengajaknya. Baru sekarang setelah 3 tahun saya berani mudik sekeluarga. Jalan ke Solo lancar?"

          "Pagi ini sudah lancar, juga yang ke Jogja. Tetapi Mas berhati-hati bila sampai di daerah Boyolali. Mungkin tinggi jalan aspal masih berbeda dengan jalan tanah di tepinya. Jangan terlalu menepi, berbahaya."

          "Jalan baru Tawangmangu Sarangan sudah dibuka?"
          "Kebetulan 6 bulan yang lalu saya ke Tawangmangu dan Sarangan. Jalan baru sudah dibuka dan yang lama sudah ditutup. Jalannya lebar dan bagus. Tetapi lebih baik mengurangi kecepatan setiap kelokan karena pada malam hari banyak motor turun dari Sarangan ke Tawangmangu dan mereka waktu berbelok makan jalan. Mungkin mereka pedagang Sarangan yang rumahnya di Karanganyar. Kalau puteri Mas kedinginan, sebaiknya berhenti dulu di Tawangmangu. Kasihan kalau sesampai di Ponorogo malah sakit."
          "Ah, langsung saja. Sudah tidak jauh lagi."

          Mereka berpamitan, menyalami para petugas di dekatnya dengan tulus. Petugas membekali puterinya sekantong snack. "Buat bekal di jalan. Malam takbiran tak ada warung buka."

         Ah, wong cilik. Setelah tiga tahun bekerja keras di Jakarta, mudikpun masih harus menghadapi ketidaknyamanan bersama istri dan puteri kecilnya. Semoga posko mudik ini membuatnya terhibur karena dia melihat masih ada yang peduli kepada nasib wong cilik walau berbeda keyakinan. Perbedaan tidak harus membuat kita tidak saling menolong, bukan?

Veritas's picture

@Pak Purnomo, Pesan Moral yang Bagus

Tulisan pak pur selalu memberikan pesan moral yang bagus. Seandainya saya bisa menulis seperti pak pur, pasti saya akan terus menulis blog. Minimal satu hari satu blog :))

Thanks pak Pur buat cerita-ceritanya...  MANTHABZZZ !

 

 

__________________

Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS

http://www.facebook.com/veritasq