Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Di dalam Kereta

Eudice's picture

Aku berada di dalam kereta express pagi itu
duduk dibangku memanjang
berhadap-hadapan

penuh, cukup, ternyata ada ruang, lega
sedikit diterpa surya, menghangat
lama, panas
tak berapa lama, terpaan angin menerobos jendela
menghangat
lama, segarlah ....

Dari gerbong sebelah dua lelaki berseragam berjalan menghadap
penumpang melakukan tugasnya meminta karcis kepada penumpang. Dari
penumpang satu penumpang lainnya, dari satu gerbong ke gerbong
lainnya. Aku perhatikan setiap kali tangan terulur, mata petugas itu
hanya melihat karcis dan dengan sigap memberi tanda bahwa karcis
tersebut sudah dipakai. Dan aku perhatikan lagi, setiap penumpang
hanya memberikan karcisnya tanpa memandang petugas yang meminta.
Seperti robot saja, pikirku. Tidak ada rasa. Waktu petugas sampai di
depanku kuulurkan karcis sambil kutatap wajahnya berusaha memberikan
sedikit senyuman, nah lho, bapaknya sepertinya kaget, kaku, ragu,
ingin senyum juga tapi kembali seperti semula, hanya terpaku pada
karcis.

Apa yang terjadi, penarikan karcis hanya dilakukan sebagai rutinitas,
betapa membosankan. Siapa yang memulai, petugas atau penumpang,
mungkin keduanya atau keadaan. Kubayangkan pasti lebih berwarna kalau
setiap penumpang yang diminta karcisnya juga memberikan senyuman dan
petugasnya juga membalas atau sebaliknya, dan mungkin disertai kalimat
singkat. Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, terima kasih, atau
apalah. Dan bukan basa-basi tentunya. Ada kasih yang menggerakkannya.

Pada akhirnya apa yang kutulis ini adalah sebuah pilihan. Terserah
kita, mau pilih yang mana?

 

05/01/07 -- 10.44

__________________

"kita berbeda dalam semua kecuali dalam CINTA"