Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

D.O.A.: Nyaris Tiada Maaf (1)

John Adisubrata's picture

Oleh: John Adisubrata

BENAK PORNO SEORANG PEMBUNUH 

“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 6:23) 

Pada tanggal 24 Januari 1989, tepat jam 7.16 pagi, Ted Bundy, seorang ‘serial killer’ yang paling termasyhur, dan yang pada waktu itu menjadi topik perbincangan media dunia di mana-mana, harus menjalani hukuman mati di atas kursi listrik salah satu penjara yang dijaga sangat ketat di Amerika Serikat. Ia dikenal oleh masyarakat umum sampai sekarang sebagai salah seorang dari pembunuh-pembunuh serial yang terkejam dan paling berbahaya di dunia.

Berita-berita mengenai penangkapan serta proses pengadilan kasusnya yang menghebohkan tersebut, menguasai halaman utama surat-surat kabar, majalah-majalah, dan melanda siaran-siaran berita di seluruh dunia dasawarsa itu, baik melalui radio maupun televisi. Ia dijuluki oleh massa sebagai seorang ‘pembunuh serial berdarah dingin’ yang sudah merampas hak-hak asasi manusia secara kejam sekali, yaitu dengan menculik, memperkosa, dan akhirnya membantai korban-korbannya guna menghapus semua jejak kejahatannya.

Sampai penangkapannya oleh polisi lalu lintas menjelang akhir dasawarsa ke-70, Ted Bundy berhasil menyembunyikan rahasia hidupnya yang sangat mengerikan tersebut lebih dari 10 tahun lamanya. Ketika ia sedang berada dalam perjalanan untuk membuang mayat korbannya yang terakhir, ia ditangkap oleh polisi, hanya karena mengendarai mobilnya di tengah malam buta dengan kecepatan yang melampaui batas-batas peraturan yang sudah ditetapkan.

Mempergunakan karismanya, dibantu oleh muslihat-muslihat licin yang sudah diperhitungkan dengan cermat, Ted selalu berhasil memikat dan mengelabui mangsa-mangsanya. Mereka tidak pernah menyangka, bahwa di hadapan pemuda sopan yang tampak begitu ‘normal’, kehidupan para wanita muda tersebut sedang diancam oleh mara bahaya keji yang tak terlukiskan. 

Korban-korban Ted Bundy berjumlah 28 orang. Mereka semua adalah perempuan-perempuan dari berbagai tingkat sosial dan umur, mulai dari gadis-gadis remaja sampai wanita-wanita yang sudah dewasa.

Bahkan salah seorang dari korban-korbannya yang terakhir, adalah Kimberley Leach, seorang gadis yang baru menginjak usia 12 tahun. Gadis cilik itu disambar olehnya dari sebuah taman tempat permainan anak-anak di tengah kota, dilarikan dan diperkosa berulang-ulang kali sebelum dibunuh secara sadis sekali. Perbuatan keji tersebut dilakukan oleh Ted Bundy hanya untuk memenuhi dambaan pemuasan nafsu seksualnya, yang sudah berubah menjadi sangat tidak normal!  

Publikasi mengenai riwayat hidup penjahat yang bernama buruk ini melanda media massa, baik melalui buku-buku biografi, maupun situs-situs internet. Tulisan-tulisan tersebut menceriterakan segala kemungkinan mengenai jati diri Ted, asal-usul keluarganya, bahkan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan ia ‘menjelma’ menjadi seorang pembunuh tersadis dalam sejarah kriminologi di negaranya.

Bahkan ada seorang penulis yang mengkaryakan artikel khayalan cukup lucu, yang menghubungkan riwayat hidupnya dengan penggenapan nubuatan firman Allah atas bangsa Israel. Ada-ada saja!  

Artikel-artikel yang beraneka-ragam tersebut sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan masyarakat mengenai realitas riwayat hidup Ted Bundy yang sesungguhnya. Tentu saja hanya Tuhan dan Ted yang mengetahui kebenaran detil kehidupannya yang sejati!

Sehari sebelum menjalani hukuman mati di atas kursi listrik penjara, dengan sengaja Ted Bundy memohon agar Dr James Dobson, pelopor acara kristiani ‘Focus on the Family’, datang menemui dan mewawancarainya dalam sel penjara, untuk meluruskan spekulasi-spekulasi yang sudah dikaryakan oleh media dunia mengenai dirinya.  

Ia menerima begitu banyak tawaran wawancara lainnya dari berpuluh-puluh wartawan ternama di seluruh dunia, yang ingin menjenguk benak pikiran Ted menjelang jam-jam terakhir masa hidupnya. Tetapi ia menolak, dan bersikeras menghendaki hanya kedatangan tokoh kristiani ini dengan timnya, meskipun untuk memenuhi permintaannya tersebut, mereka harus datang dari tempat yang berjarak jauh sekali, menempuh perjalanan udara yang memakan waktu berjam-jam lamanya.

Ted Bundy menginginkan, agar Dr James Dobson merekam wawancara yang terakhir, sebelum ia menjalani hukuman mati keesokan harinya. Agar melalui rekaman video tersebut Ted mempunyai kesempatan penghabisan untuk mengutarakan penyesalan hatinya kepada keluarga para korbannya. Dan juga sekaligus meninggalkan ‘warisan’ yang diabadikan, agar sesudah ‘kepergiannya’, video wawancara tersebut bisa dipergunakan untuk menolong memperingati orang-orang lain, melalui pengalaman-pengalaman yang sudah pernah dilalui olehnya.  

Suatu wawancara yang pasti dengan sejujurnya menggambarkan profil diri, keluarga dan asal-usul perbuatan-perbuatan jahat Ted Bundy, yang direkam secara profesional sekali untuk menciptakan suatu ‘record’ wawancara paling otentik guna membungkamkan mereka yang gemar menulis artikel-artikel khayalan mengenai dirinya.

Melalui wawancara singkat tersebut, ia ingin memperingati para keluarga, untuk selalu berjaga-jaga akan pengaruh-pengaruh pornografi dalam kehidupan generasi muda mereka, baik yang bersifat lembut maupun keras, yang ditawarkan oleh dunia bebas kepada mereka, melalui majalah-majalah bergambar maupun buku-buku bacaan.  

Sebab Ted mengakui dengan terus terang, bahwa semua tindakan sadis yang dilakukan olehnya sepanjang hidup mudanya, hanya diawali oleh sebuah majalah porno, yang ditemukannya dalam sebuah keranjang sampah tetangga, pada waktu ia baru berumur kira-kira 12 tahun. Tindakan amat sembrono, yang dilakukan oleh tetangganya mengakibatkan Iblis menyuluh api ‘kecanduan’ Ted akan segala hal yang berhubungan dengan pornografi.

Secara sembunyi-sembunyi pemuda yang masih muda belia itu telah berubah menjadi seorang penggemar setia majalah-majalah dan buku-buku yang mengandung racun-racun pornografi bersifat ‘hardcore’, dalam usia amat dini!  

Bahkan kecanduannya tersebut menjadi lebih meningkat lagi, ketika ia melihat untuk pertama kalinya gambar-gambar dalam buku-buku porno, yang menunjukkan hubungan-hubungan seksuil disertai tindakan-tindakan kejam yang diperagakan oleh para ‘pemeran’ di dalamnya.

Dan pada akhirnya, … pengaruh jahat buku-buku ‘haram’ tersebut mengakibatkan ketidak-puasan Ted Bundy akan hubungan-hubungan seks yang bersifat natural, karena Iblis, bapak segala dusta, telah mempengaruhinya dengan merubah makna seksuil ciptaan Tuhan yang sebenarnya. Tipuan Iblis sudah meracuni jalan pikirannya yang waras, karena ia sedang mempersiapkan Ted Bundy untuk mengikuti perjalanan bersamanya menuju ke neraka! 

“Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.” (Amsal 5:22)  

(Bersambung)

 D.O.A.: NYARIS TIADA MAAF (2)

PERTOBATAN YANG ‘MENJIJIKKAN’