Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Cinta pertama retak direntang jarak

Purnomo's picture

“Kisah kasih di SMA itu bukan main indahnya. Tetapi kamu jangan punya pacar waktu di SMA. Mengapa? Pertama, karena selesai SMA kamu pasti akan tinggal tidak satu kota dengan pacarmu. Apa kamu tidak sutris kalau tresno pertamamu nanti berantakan gara-gara tinggal berjauhan?“ begitu nasihat saya kepada puteri sulung saya ketika ia akan masuk SMA.

 
Kecanggihan teknologi informasi tampaknya bisa mengatasi rentang jarak yang pada jaman dulu pasti membuat sebuah kisah cinta terkoyak. Hape adalah alat ajaib yang membuat jarak terabaikan. Begitu sepasang kekasih terpisah jarak, setiap hari mereka bertukar 30 SMS dan setiap malam berbicara lewat hape berjam-jam lamanya. Asyik lagi bila ada fasilitas triji dalam hape mereka. Duh, bisa saling berpandangan, bisa saling menyentuh jari, bisa berciuman (Jangan lupa menyiapkan tisiu basah. Jangan tanya buat apa. Buat melap layar hape gitu!). Apalagi bila keduanya memiliki komputer yang dilengkapi dengan webcam.
 
Tetapi apakah intensitas komunikasi ini bisa dipertahankan setelah lewat sekian bulan? Jikalau pada minggu pertama mereka terpentang jarak, pukul 5 pagi SMS sudah masuk bertanya “sudah bangun, yang?” dan kemudian SMS berikutnya berlerot panjang sekali seperti kereta api Babaranjang (batu bara rangkaian panjang) di Sumatera Selatan sekedar bertanya, “sudah mandi? mandi kali ini pake sabun apa? sarapannya enak? sakit mag kamu kambuh tidak? di ruang kuliah yang duduk di sebelah kamu co apa ce? menu kantin kampus apa saja? sopir angkotnya nakal tidak?” apa yang ada dalam pikiran kita bila jumlah SMS yang masuk dari hari ke hari mulai berkurang?
 
Apa yang ada dalam pikiran kita bila hapenya tidak menjawab sampai 1 jam? Apalagi bila pesan error yang terpajang berkata “diluar area” atau “tidak aktif”. Begitu komunikasi terbuka kembali kita akan memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan interogasi. Kita mulai curiga cintanya tidak sekental dulu. Kita curiga ada orang lain di sampingnya. Bahkan wajahnya yang sumringah di layar hape juga kita curigai. Di sini aku susah senyum, berat badanku menyusut, jerawatku berdesakan, kok yang di sana wajahnya cengengesan dengan pipi makin montok dan kinclong.
 
Kalau jarak yang terentang sejauh Jakarta – Bandung, atau Palembang – Jambi, atau Balige – Sibolga, atau Solo – Pacitan, no problemo. Kita bisa bergegas ke terminal bus dan dalam waktu tidak lebih dari setengah hari kita bisa berjumpa dengannya face to face dan mengendus-ngendus chemistry-nya untuk mengetahui apakah ada perubahan susunan kimianya. Tetapi bagaimana bila jarak itu sejauh Banda Aceh – Bandar Lampung, atau Singkawang – Tarakan, atau Serang – Banyuwangi?
 
Rentang jarak menguji kepercayaan
Walaupun teknologi komunikasi begitu canggih, kita tidak tahu sepenuhnya apa yang dilakukan oleh kekasih kita setiap saat. Suka atau tidak, kita harus sepenuhnya memercayai berita yang ia kirim karena dialah satu-satunya sumber informasi Anda. Tidak perlu mengupah teman yang tinggal sekota dengan kekasih untuk memata-matainya. Jika ia double agent, kisah kasih Anda pasti berakhir. “If you judge people, you have no time to love them,” kata Ibu Teresa.
 
Lebih baik Anda sendirilah yang menjaga diri agar kekasih tetap memercayai Anda. Jagalah frekwensi komunikasi, jangan lupa hari-hari istimewanya, kirimilah hadiah-hadiah kecil yang akan menyenangkannya. Jika ia senang membaca novel genre tertentu, belilah bila ada terbitan baru dan kirimkanlah. Jangan hanya memposting gambar kulit depan buku itu untuknya. Kalau waktu pacaran sudah pelit begini apalagi kalau sudah menikah. Jangan-jangan nanti slip gajinya juga diposting alih-alih memberinya uang belanja.
 
 Ini bukan sogokan, tetapi lebih untuk menunjukkan bahwa ia selalu ada dalam pikiran Anda. Dan, jangan lupa, orangtuanya juga melihat betapa Anda betul-betul mencintai anaknya.
 
Rentang jarak mengundang kesepian
Anda bisa tergulung kesepian tanpa kehilangan kesetiaan kepada kekasih. Kesepian muncul bila Anda punya banyak waktu luang. Karena itu sibukkanlah diri Anda dengan kegiatan yang positip. Ikut klub olahraga, terlibat dalam kegiatan gereja setempat, mengambil kursus yang berguna. Atau buat blog di internet untuk menulis kenangan-kenangan indah yang Anda alami bersamanya. Jika teman-teman di tempat baru membacanya, mereka tahu Anda sudah ada yang punya. Bila kekasih membacanya, duh, pasti ia akan membacanya dengan berlinang air mata sukacita. Jagalah blog itu agar tetap menjadi tempat curhat Anda. In this blog, do not wish to be everything to everyone, but you should be something to someone.
 
Tidak perlu takut gathering dengan teman-teman baru. Tetapi jagalah jarak dengan teman lawan jenis dengan tidak pergi berduaan atau menjadikannya tempat curhat Anda. Ini berbahaya. Karena jika Anda memenuhi kriteria “love list”nya, ia bisa saja berpikir “Selama dia belum menikah, kesempatan untukku masih terbuka.”
 
Rentang jarak membangun kekuatan
Berapa lama Anda akan berpisah dengan kekasih? Jika Anda berpisah karena menuntut ilmu, jelas batas waktunya. Katakanlah 4 tahun. Tetapi apakah Anda tidak ingin waktu ini diperpendek? Jadikanlah rindu yang mengharu-biru menjadi kekuatan yang memacu Anda belajar lebih rajin agar kuliah bisa diselesaikan lebih cepat daripada jadwalnya.
 
Bagaimana bila keterpisahan Anda dikarenakan pekerjaan? Anda harus menentukan batas waktu durasi keterpisahan Anda. Lalu pacu prestasi kinerja Anda. Bangun etos kerja yang tinggi. Setidaknya bila Anda berhasil membuat perusahaan memperhatikan Anda, pertama-tama Anda akan mendapat kenaikan gaji dan kesempatan untuk promosi. Kedua, carilah informasi dari atasan Anda kemungkinan adanya kesempatan untuk kembali ke kota asal atau pindah tugas ke kota yang lebih besar. Bukankah kekasih juga lebih senang setelah Anda menikahinya, Anda membawanya tinggal di sebuah kota di Sulawesi daripada di sebuah kota kecamatan dalam belantara hutan di Papua?
 
Lao Tzu pernah berkata, “Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.
 
Jadi, rentang jarak tidak harus membuat cinta pertama berantakan, bukan? Bahkan sebaliknya cinta kita makin mengakar. Asalkan kita bisa menyiasatinya dengan baik karena betul-betul mencintai kekasih kita. Asalkan kita mau menghalau hal-hal yang bisa merusak cinta pertama kita seperti yang diwanti-wanti oleh Kidung Agung 2:15,
 
“Tangkaplah bagi kami rubah-rubah itu, rubah-rubah yang kecil, yang merusak kebun-kebun anggur, kebun-kebun anggur kami yang sedang berbunga!”
 
(selesai bagian ke-4)
 
Serial Cinta Pertama,

bagian ke-1: Cinta pertama jangan membuat bodoh.

bagian ke-2: Cinta pertama terganjal mitos.

bagian ke-3: Cinta pertama beralas harta.

bagian ke-4: Cinta pertama retak direntang jarak.

bagian ke-5: Cinta pertama belum tentu cinta sejati.

.

 

ebed_adonai's picture

@purnomo: jauh memang susah....

Ha..ha..ha.., membaca cerita koh Purnomo saya jadi ingat waktu pertama datang ke jogja dulu.

Saat itu saya hanya datang bersama putri sulung saya. Si bungsu dan ibunya menyusul kira-kira 4 bulan kemudian. Dulu waktu pacaran ke mana-mana berduaaa terus, jadi tidak begitu mengerti yang namanya berjauh-jauhan seperti dalam kisah anda.

Nah, pas sedang berjauh-jauhan itulah, jadi mengerti yang namanya kangen (). Malah waktu itu, kalau saya kebetulan sedang duduk berdua sama teman mahasiswi, saya sering diledek begini sama teman-teman sekolah dulu: "Hati-hati anu, pak anu sedang status duda tuh, awas..." Ada juga teman cewek yang menjuluki saya HQJ (High Quality Jomblo). Ada-ada saja. Ha..ha..

Shalom!

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

Purnomo's picture

@Ebed, kebersamaan adalah saat yang sangat berharga

 bila kita pernah mengalami pahitnya keterpisahan.

Karena pekerjaan, dalam satu minggu sering saya hanya memiliki 1 atau 2 hari di rumah. Walau badan masih lelah, saya berusaha untuk mengantar istri dan anak-anak jalan-jalan ke mol atau ke taman bermain. Anak-anak juga senang sekali bila pada hari Sabtu – di mana saya libur kerja – bisa mengantar-jemput mereka sekolah. Bukan karena antar-jemputnya, tetapi karena mendapat tambahan kesempatan untuk berbincang-bincang.

 

Kata orang Jawa, “Kelingan yen kelangan” – ingat (kegunaannya) pada saat kehilangan.

 

Salam.

kaswan's picture

@purnomo : cintaku terebut karena jarak....

Wah Pak Pur ingatkan saya akan kegagalanku membina hubungan karena jarak yang jauh.

Tidak  tanggung - tanggung lima kali pacaran, lima kali ditinggal pacar karena aku tidak bisa menemani sang pacar akibat resiko dari sebuah profesi yang mengharuskan saya jauh dari negeri, mengarungi lautan.

Akhirnya aku memakhlumi dan menyadari bahwa seorang kekasih perlu diapelin, perlu dianterin, perlu ditemuin dan banyak lagi yang aku tidak bisa memenuhinya karena jarak.Kemudahan teknologi komunikasi tidak mampu mempertahankan hubunganku karena aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kekasih yang jauh disana.

Ketika pulang hanya kekecewaan yang kudapat, kudapati kekasih pergi meninggalkan sayat hati."Ga apa nduk...Tinggalkan aku demi bahagiamu.."desahku.Menerima itu semua dengan lapang dada meski sesak terasa.

Ya mungkin saat ini waktunya istirahat sejenak, setelah dapat kekuatan baru mencoba lagi tuk melangkah jika lelah ini sudah musnah.

Tapi TUHAN baik, dengan kekutan yang diberiNya, cintaNya kudapat menanggung itu semua.

GBU

 

laskris007

 

Purnomo's picture

@Kaswan, berat jadi istri pelaut

 Itu yang saya katakan kepada rekan kantor waktu saya bertugas di Palembang dimana kantor kami bersebelahan dengan kantor perusahaan pelayaran, saat melihat pada akhir bulan para istri karyawannya datang antri mengambil gaji.

Ada yang berumur 40-an, ada yang 30-an dan tidak sedikit – melihat usia anak yang dibawanya – baru beberapa tahun menikah. Pernah saya menyempatkan berbicara dengan mereka yang saya persilakan duduk di kantor saya karena tempat duduk di kantornya tidak cukup. Mereka tidak pernah kuatir dalam hal uang belanja. Tetapi mereka agak susah karena segala sesuatu harus diurus sendiri. Mereka juga harus sering berbohong kepada suaminya bila bertukar kabar lewat telepon. Misalnya tetangga atau teman yang menggodanya, “menawarkan jasa” pengusir kesepian mereka. Jika ini diceritakan kepada suaminya, suaminya bisa jadi pembunuh begitu pulang. Walau anaknya sedang sakit, ia bilang ‘everything is all right’. Karena itu mereka lebih suka tinggal bersama orangtuanya selama suami absen di sampingnya. Kemandirian mereka patut dikagumi.

Seorang pelaut tidak mudah mendapat pacar, seperti halnya seorang salesman. Menjengkelkan mendengar orangtua mengatakan salesman tidak berbeda dengan sopir truk antarpropinsi. Di mana-mana punya istri atau simpanan karena kesepian akibat terlalu lama jauh dari keluarga. Walau menyakitkan saya bisa mengerti bila baru pdkt orangtua gadis itu sudah pasang wajah keruh atau tidak membukakan pintu pagar halaman. Lebih menjengkelkan lagi bila ibunya ikut duduk di ruang tamu sambil pura-pura baca koran. Memangnya tidak bisa baca koran di dalam?

Setiap profesi memang punya resiko.

Salam.

Priska's picture

@purnomo:5 tahun tak bisa mengatasi jarak.

indah sekali rasanya membaca blog di atas. dan rasanya koq gampang banget ya, mengatasi jarak yang begitu membentang, dengan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan untuk lebih mendalami cinta itu sendiri...

tapi koq.... rasanya itu nggak berlaku buat priska???

dua kali priska pernah pacaran.... dan dua-duanya berakhir akibat jarak yang membentang. Padahal, nggak terlalu jauh juga lho.

yang pertama, pacar waktu SMA. waktu itu, kita pacaran selama 3 th. pertama pacaran, priska kelas 1 SMA, dia kelas 2 SMA. Semuanya berjalan sangat lancar, sampai akhirnya dia lulus SMA, dan harus melanjutkan kuliah di jogja. Priska ditinggal sendirian di solo.... . Awalnya semua tetep baik, karena teknologi cukup canggih, jadi komunikasi lancar. Jarak solo-jogja toh bisa ditempuh tidak lebih dari 2 jam. Tapi entah gimana ceritanya, lama-lama itu jadi masalah. terutama ketika priska memutuskan kuliah di semarang. jarak semakin jauh.... dan ujungnya.... . hubungan itu hancur gitu aja. sekarang, dia sudah menikah dengan orang laen (1 bulan yang lalu).

yang kedua, pacaran ketika kuliah. setelah broken hearth karena putus dengan yang pertama, mungkin juga karena lonely di semarang... jarak nggak lama setelah itu, priska pacaran lagi dengan orang laen di semarang yang 1 kampus dan 1 angkatan, cuma beda jurusan dan fakultas. semuanya berjalan OK banget, sampe akhirnya wisuda. Priska wisuda lebih dulu, kerja lebih dulu. Sementara dia masih kuliah. Tapi semua tetep baik, sampai akhirnya dia juga wisuda, dan ingin mewujudkan mimpinya lanjut kuliah S2 di jogja. What?!?!?!?! Jogja lagi?!?!?!?! . My goodness.... jogja itulah yang udah ngambil orang pertama yang dulu priska pikir cinta mati sama dia. dan sekarang.... pacar kedua priska juga mau ke jogja???? No way!!!! . tapi gimana.... I can't do anything. dia tetep berangkat ke jogja. 6 bulan pertama... semua tetep baik. tapi setelah sama2 sibuk, sama2 nggak punya waktu, jarak juga membentang (meski isa ditempuh dalam waktu 3,5 jam), akhirnya... hubungan itu juga berakhir 2 bulan yang lalu.... wow, setelah 5 th pacaran, toh jarak semarang-jogja juga nggak bisa diatasi....

sekarang.... rasanya jadi traumatik sendiri dengan jarak yang membentang. benarkah jarak bisa diatasi dengan cinta?!?!?!?!?!?! I don't know....

"I can do all things through Christ who strengthen me"

__________________

"I can do all things through Christ who strengthen me"