Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

CHURCH SWEET CHURCH

epoh's picture

Aku punya keluarga. Ayah, ibu dan kakak laki-laki dan kakak perempuanku. Kami bukan keluarga yang sempurna. Satu, dua kali kami melakukan kesalahan.

Terkadang Ibu terlalu lelah dengan pekerjaannya, dan semua orang di rumah menjadi pelampiasan rasa kesalnya. Terkadang Ayah begitu sibuk, hingga sesekali kami terlupakan. Aku dan saudara-saudaraku bukanlah sahabat yang akur setiap saat. Kami membuat jengkel satu sama lain; memakai properti masing-masing tanpa izin; mendapat lebih dari yang lainnya dan mendatangkan rasa iri. Yah, begitulah keluarga..

Aku tahu, kalian tahu bagaimana rasanya :-)

Dan aku tahu, seperti keluarga kami, kalian juga saling mengasihi.  Meskipun kakakku makhluk paling menjengkelkan di planet ini, aku tidak akan sanggup kehilangan dia. Dan meskipun kami, anak-anak, sering mengambil jalan yang kurang menghargai Ayah dan Ibu, entah bagaimana, mereka selalu menerima kami kembali, seperti kesalahan itu tidak pernah terjadi.

Ada sesuatu dalam ikatan darah. Dan itu membuatku takjub. Cara Tuhan melipatgandakan secercah kasihNya di bumi, melalui keluarga..

Kakak perempuanku bilang, hubungan apa pun dalam hidupku bisa saja putus, tapi aku tidak akan pernah mengenal mantan ayah, atau mantan ibu, atau mantan saudara.

Aku melihat di televisi, pasangan yang bercerai tanpa pernah tahu, apakah jika mereka memaafkan dan melupakan kesalahan masing-masing, bahkan yang terburuk sekalipun, mereka mungkin masih dapat membesarkan anak-anak bersama-sama.

Aku pernah lari dari rumah. Aku sering berpikir, jika aku hidup tanpa keluargaku, segalanya mungkin jauh lebih baik. Namun ketika kesalahan memukulku, aku tidak punya tempat lagi selain rumah, untuk kembali dan mengulang lagi. Dan mereka tidak pernah menolakku..

Aku rasa, ketika kita mengampuni, kita sedang menyambung benang yang putus, merekatkan kembali puing-puing yang terpisah, meletakkan kembali sesuatu, tepat pada tempatnya..

Saat kita mengampuni, itu seperti hadiah tertulus yang bisa kita berikan pada orang yang merasa buruk karena kegagalannya: kesempatan kedua.

ini bukan tindakan yang mudah, tapi nggak berarti juga ini sulit. Sulit, karena memaafkan seringkali membuat kita merasa lemah. Mudah, karena kita melakukannya terhadap anggota keluarga - pihak yang kita terima apa adanya tanpa mengeluh.

Gereja seharusnya menjadi rumah kedua bagi setiap orang percaya. Tempat keluarga rohani kita berkumpul. Hanya bila kita memandang relasi di tempat ini seperti sebuah keluarga, mengampuni kesalahan masing-masing tidaklah terlalu sulit. Bukankah kita semua saudara, oleh satu ikatan darah, yakni penebusan Kristus? Kita punya satu Bapa, dan kita semua adalah saudara..

Tuhan Yesus menggebrak dunia organisasi di seluruh dunia dengan rumus ini, dan komunitas yang meniru dan menerapkannya adalah ikatan yang paling solid, dalam hal apapun mereka berkecimpung.

Sayangnya, aku masih sering melihat salah satu saudara kami keluar dari gereja dengan marah atau kecewa, tanpa pernah kembali, mencari persinggahan yang lain, tanpa memberi kami kesempatan, atau mengambil kesempatan untuk mengubah keadaan.. Dengan sedih mata kami akan memandang mereka berlalu, bertanya-tanya bilamanakah mereka akan pulang ke rumah..