Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Butuh Sedikit Keajaiban Untuk Bisa Lolos dari Narkoba

Purnawan Kristanto's picture

Sedan berwarna putih memasuki halaman kampus Universitas Kristen Immanuel, Jogja. Mahasiswa-mahasiswa baru yang sedang mengikuti masa orientasi di kampus itu pada melongokkan kepalanya dengan rut wajah penasaran. Mereka berpakaian putih-hitam dan masih mengenakan aksesoris yang aneh-aneh. Ada kertas lebar berbentuk hati yang tergantung di leher mereka. Bagian pinggang dan kaki dihiasi rumbai-rumbai dari tali rafia. Mirip pakaian adat suku di Papua. Kaleng bekas minuman ringan terjuntai di bawah pinggang.
Begitu melihat sosok pria yang duduk di kursi belakang mengingsutkan badannya keluar, sontak para lulusan SMA ini berteriak histeris. Mereka lalu mengelu-elukan kedatangan Ari Bernardus Lasso atau yang lebih ngetop dengan namapanggung Ari Lasso. Arek Suroboyo ini memang menyambangi para mahasiswa itu dengan membawa satu misi: mengingatkan bahaya narkoba.
Ya, mantan vokalis Dewa ini memang pernah terjerat dalam cengekeraman kuku-kuku bubuk setan. Akan tetapi berkat tekadnya yang utuh, akhirnya Ari Lasso berhasil membebaskan dirinya dari belenggu maut itu.
Masa Kecil
Ari Lasso dibesarkan dalam pasangan keluarga sederhana, Bartholomeus B.Lasso dan Sri Noerhida. Ayahnya yang seorang pegawai negeri, menyebabkan dia harus berpindah-pindah sekolah. JenjangSD dilewatinya di tiga kota: Madiun, Bojonegoro, dan akhirnya Surabaya.
Sejak SD, pria kelahiran Madiun, 17 Januari 1973 ini sudah mengenal komposisi Queen, Rod Stewart, The Police, Rolling Stones, dan John Denver. Ari terbilang murid yang cerdas. Masa SMP-nya dilewatinya dengan gemilang. Dia selalu menjadi juara kelas. Menjelang Ebtanas, Ari muda mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Motivasinya hanya satu: Meraih NEM yang bagus, supaya diterima SMAN 2 Surabaya! Mengapa dia ngotot masuk sekolah itu? Karena dia tahu, di sekolah itu dia bisa menyalurkan bakatnya dalam bermusik.
Dan memang betul. Di SMA itu dia bertemu dengan sesama penggila musik. Dia berkawan dengan Wawan Juniarso(dramer Dewa pertama) dan Piyu (gitaris PADI). Mereka lalu membentuk Outsider Band. Ari remaja juga pernah direkrut Los Angels Band, yang kemudian bermetamorfosis menjadi Boomerang.
Ari LassoSaking asyiknya ngeband--selain itu juga hobi banget berpetualangan alam-- prestasi akademik Ari terbengkalai. Dari selalu juara pertama SMP, prestasi Ari melorot ke rangking dua dari belakang. "Setiap akhir semester saya selalu deg-degan apakah saya bisa naik kelas atau tidak," ungkap Ari dengan mata menerawang. Dengan sisa-sisa napas, dia beruntung selalu bisa naik kelas.
Kenyataan itu tak membuatnya kapok dalam main band. Hingga ketika Ebtanas, Ari nekat mengambil jalan pintas. Dia menyontek teman di sebelahnya yang juara kelas. Entah apakah karena nyontek itu atau karena apa, nilai Ebtanas Ari ternyata tertinggi kedua di antara teman-temannya. "Padahal selama di SMA, saya sama sekali tidak mengerti apa itu integral, diferensial, dan sebagainya," akunya dengan malu.
"Prestasi" itu justru membawa beban mental bagi Ari. Dia harus membuktikannya dengan diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Karena itulah, Ari lalu belajar keras selama tujuh hari tujuh malam menjelang UMPTN. Hasilnya dia diterima di Fakultas Ekonomi, Unair.
Awalnya, Ari kuliah dengan serius. Hingga suatu ketika dia bertemu Ahmad Dani yang merangsang kembali nafsu bermusiknya. Singkat kata Ari didaulat menjadi vokalis band "Dewa 19." Melalui perjuangan yang panjang akhirnya "Dewa 19" berhasil masuk dapur rekaman dan berhasil mengantongi penghargaan sebagai 'Pendatang Baru Terbaik' dan 'Album Terlaris' versi BASF Award 1993 lewat hit Kangen.
Ari mulai banyak melakukan show di berbagai daerah, sehingga kuliahnya terbengkalai. Ari dihadapkan pada pilihan sulit antara kuliah atau karir musik. Akhirnya peraih penghargaan Artis Solo Pria Terbaik Kategori Pop (2000) dan Artis Solo Pria Terbaik Kategori Alternatif (2002) versi Anugerah Musik Indonesia-Sharp Awards ini berketetapan hati memilih yang terakhir.
 
Terjerat Narkoba
Jalan hidupnya tak selalu mulus. "Ditinjau dari segi kesuksesan materi, saya sudah memiliki semua yang diimpikan oleh anak muda: ketenaran, materi, kesuksesan, dan segala macam ukuran lainnya secara ekonomi dan duniawi. Tapi justru di saat-saat yang paling sukses, saya pribadi justru merasakan bahwa saya kehilangan segala-galanya," ujar Ari. Saat bintangnya sedang bersinar terang, Ari malah 'bersahabat' dengan narkoba. Selama menjadi budak putauw itu, ia sering menghilang tak tentu rimba. Berulang kali, aku Ari lagi, ia sempat menjalani pengobatan untuk lepas. Tapi, gagal lagi, gagal lagi. Proses ini terjadi selama 7 tahun.
"Hingga saya sampai pada satu titik balik. Saya menyadari bahwa semua yang saya dapat ini tidak akan ada artinya bila diri kita sendiri hilang. Kita tidak tahu siapakah diri kita yang sesungguhnya, apakah ini yang kita cita-citakan, apakah ini yang kita cari sesungguhnya dalam hidup kita," papar Ari di depan ratusan anak muda yang memenuhi kapel UKRIM. Setelah melewati proses perenungan, Ari menemukan jalan keluar atas ketergantungannya itu. "Saya harus mengurangi salah satu beban hidup saya. Antara lain adalah dengan melepaskan karir dan kesuksesan yang sudah saya dapat," kata.
Keputusannya itu mendapat tentangan keras dari teman-temannya di Dewa. Tetapi Ari sudah bertekad untuk menyelamatkan jiwa dan tubuhnya lebih dahulu. "Akhirnya, dengan proses yang lumayan rumit dan jadi berita bombastis di berbagai tabloid dan majalah, saya keluar dari Dewa," ujar Ari. Dia sempat vakum bermusik karena mulai ragu tentang pilihannya terhadap dunia musik.
Ari lalu pulang ke Surabaya dan bergulat dengan dirinya untuk menyembuhkan diri. Sampai akhirnya datang tawaran dari Melly Goeslaw untuk duet. "Saya mulai percaya diri lagi untuk meniti karir. Saya punya keyakinan bahwa kalau Tuhan memberikan talenta yang luar biasa kepada saya berupa suara atau apa, tidak mungkin Dia punya rencana yang buruk terhadap saya," kata Ari dengan nada bergetar dan mendapat tepukan gemuruh dari para mahasiswa. Dia lalu melanjutkan, "kalau kita memanfaatkan talenta dengan baik dan kita menganggap bahwa apa yang kita dapat itu sebagai anugerah Tuhan, saya rasa semuanya itu bisa berjalan. Saya memutuskan untuk quit, artinya benar-benar stop berhubungan dengan narkoba. Puji Tuhan, semuanya itu menjadi mengalir seperti sungai terus sampai detik ini," kata Ari yang sekali lagi mendapat aplaus penggemarnya.
Dengan tekad yang kuat, akhirnya penikmat buku  Catatan Pinggir karya Goenawan Muhamad ini bisa lepas dari ketergantungan narkoba. Salah satu peristiwa yang mendorongnya untuk memulihkan diri adalah ibunya yang sakit kanker. "Saya mencoba berobat sejak tahun 1997, akhirnya saya bebas tahun Desember 2000. Setelah ibu saya meninggal tanggal 8 Desember tahun 2000, saya hanya berobat ke dokter sekali."
Ari sungguh bersyukur mengingat di antara sepuluh pemadat, hanya dua orang yang bisa sembuh. Sisanya, kalau tidak mati, ya menjadi gila atau pengguna selamanya. "Butuh sedikit keajaiban untuk bisa lolos dari narkoba. Saya bersyukur karena saya menjadi salah satu yang mendapat keajaiban itu," ucap Ari. Hal itu juga tak lepas dari dukungan teman dan keluarga yang sangat sabar kepada Ari selama proses penyembuhan itu.
Karena sudah merasakan langsung betapa jahatnya narkoba, Ari berpesan supaya orang lain tidak mencoba zat adiktif ini. "Jangan pernah sekali-sekali nyoba. Cukup saya yang mengalaminya. Kita bisa kehilangan segalanya, bukan hanya duit kita habis, tetapi semua sisi-sisi dalam hidup kita, kemanusiaan kita, hati kita, cinta kasih kita, energi dan pikiran kita juga bisa ludes hanya untuk memikirkan narkoba," kata Ari dengan wajah serius.
Menurut Ari, yang mampu mengusir ketergantungan adalah niatnya yang kuat. "Dulu saya enggak sembuh-sembuh karena belum punya niat yang kuat," ujar Ari yang kini sudah beberapa kali menjadi pembicara dalam diskusi antinarkoba tanpa menerima bayaran.
 
Rindu Album Rohani
Ketika ditanya soal kehidupan kerohaniannya, Ari Lasso mengakui tidak ada yang berbau mistis dalam hubungannya dengan Tuhan. "Tidak ada yang bisa dijabarkan dengan bahasa yang berbunga-bunga. Tetapi yang saya rasakan betul adalah semangat untuk tidak pernah menyerah dan tetap berjuang. Itu saya yakin datangnya dari Tuhan. Jadi bukan sebuah pengalaman spiritual seperti mendapat mimpi," ujar Ari Lasso.
Akhir-akhir ini Ari sering ditanyai oleh orang-orang, terutama oleh ayahnya, kapan merilis album rohani. Ari sebenarnya sangat rindu membuat album rohani tetapi kesempatan itu belum datang juga. "Selain karena kesibukan saya, juga karena ada beberapa hal di dalam industri musik yang tidak bisa kita langgar begitu saja. Saya terikat suatu kontrak eksklusif dengan perusahaan rekaman yang tidak memungkinkan saya untuk seenaknya membuat rekaman dengan pihak lain, meskipun itu atas nama album rohani," kilah pria yang gemar berolahraga sepakbola ini. Ari berjanji suatu saat pasti akan mengeluarkan album rohani. Sebelum itu, Ari punya satu keinginan untuk memperingati perayaan Natal bersama teman sejawat artis kristiani. "Di acara itu, kami bisa membuat album atau ungkapan terima kasih kami selama satu tahun," harap Ari.
Menutup bincang-bincang itu, suami dari Vita Desy (yang punya saudara kembar) ini mengungkapkan obsesinya untuk berkarir di bidang musik sampai sepuasnya. Selain itu dia punya keinginan yang sangat sederhana. "Saya hanya ingin setiap saya pulang ke rumah, saya melihat istri dan anak saya sehat, makan dengan cukup dan mendapat pendidikan yang baik. Sebenarnya itu saja intinya. Setelah saya melewati berbagai macam naik turunnya kehidupan, kesuksesan maupun kegagalan, akhirnya yang menjadi cita-citanya hanya satu: melihat keluarga kita, orang-orang yang menjadi darah daging kita, belahan jiwa kita itu hidup berkecukupan dan berbahagia," kata ayah dari Aura Rifanya Maharani atau Olla ini sambil beranjak dari kursinya. Di luar ruangan sudah menunggu para penggemarnya untuk meminta tanda tangan. Ada anak remaja yang berlari dari depan untuk mencegatnya. Tiba-tiba anak itu tersandung dan jatuh di depan Ari. Ari Lasso menolongnya beerdiri sambil tersenyum. Setelah itu, dia membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang dibawa remaja itu.
 
Hasil wawancara Purnawan Kristanto dengan Ari Lasso. Pernah dimuat di majalah BAHANA.

__________________

------------

Communicating good news in good ways