Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Antara Lennon dan McCartney

Indonesia-saram's picture
Masih seputar fenomena the Beatles, John Lennon dan Paul McCartney merupakan duo penulis lagu yang amat terkenal dan sukses. Hampir  seluruh lagu yang dirilis di bawah bendera grup yang juga dikenal dengan sebutan the Fab Four ini merupakan hasil kreativitas keduanya. Simak saja, misalnya, "Love Me Do", "I Want To Hold Your Hand", "She Loves You", "Sergeant Peppers' Lonely Hearts Club Band",  dan masih banyak lagi. Ketimbang dua personil lainnya, keberadaan   keduanya terlihat lebih menonjol.

Ciri Musik
Namun, bukan tidak mungkin bagi kita untuk menebak ciri musik dari keduanya. Dengan demikian, kita malah akan mengetahui   apakah sebuah lagu itu sebenarnya merupakan hasil kreativitas Lennon atau malah McCartney. Untuk lagu "Yesterday" saja, misalnya, dapat disebutkan bahwa lagu tersebut merupakan karya McCartney, meskipun   mungkin Lennon juga berperan serta.

Bagi saya, musik Lennon dan McCartney amatlah berbeda. Perbedaan ini mungkin agak sulit dilihat di awal-awal album the Beatles. Namun, sejak tahun 1965, ciri keduanya mulai bisa dikenali. Perhatikan, misalnya, lagu "Here, There, and Everywhere" dengan "I'm Only  Sleeping" dari album Revolver. Lagu pertama jelas ditulis oleh McCartney, sedangkan yang satu lagi oleh Lennon. Salah satu cara untuk mengetahuinya ialah dengan melihat siapa yang menjadi vokalis utama. Selain itu, umumnya lagu-lagu Lennon didominasi nada-nada minor, selain nuansanya yang rada menusuk dan dingin.

Nuansa yang menusuk dan dingin itu masih terasa--setidaknya oleh saya--dalam karya-karya Lennon berikutnya. Ketika membentuk band baru selepas bubarnya the Beatles--bersama Yoko Ono dengan nama Plastic Ono Band, nuansa demikian masih terasa. Dalam album "Lennon Legend", kita dapat merasakan hal tersebut dalam lagu semisal "Love" dan "Mind Games".

Sebaliknya dengan McCartney. Nuansa musik yang lebih hangat justru terasa, tidak hanya ketika masih di the Fab Four, tapi juga ketika membentuk Wings dan kini bersolo karier. Ketika masih bersama Wings, ada lagu-lagu seperti "Tomorrow" yang bernada riang. Ada pula "Listen To What the Man Say" atau "Pipes of Peace"--lagu terakhir ini sempat dianggap sebagai pelegalan ganja di kalangan anak muda; kebenarannya sendiri harus dikaji kembali meskipun McCartney mengakui bahwa dirinya pernah menjadi pencandu (1968).

Komitmen Pernikahan
Kebanyakan mega bintang tidak puas menikah hanya sekali. Hal seperti ini terlihat juga bagi personil the Beatles. John Lennon menikah dua kali, dengan Cynthia dan Yoko. George Harrison juga demikian, dengan Patty Boyd--seorang model yang kemudian menikah dengan Eric Clapton, teman Harrison juga, setelah bercerai dari Harrison--dan dengan Olivia. Demikian juga dengan Ringo Starr--saya belum mendapat data mengenai siapa saja istri "tukang pukul" satu ini.

Namun, McCartney berbeda dengan ketiga rekannya tersebut. Bicara soal McCartney, terus terang saja, menurut saya McCartney adalah satu-satunya personil the Beatles yang jauh lebih baik dalam hal pernikahan daripada ketiga personil lainnya. Bila personil lainnya asyik menikah lebih dari sekali, McCartney menjadi satu-satunya personil yang menjaga pernikahannya dengan Linda Eastman. Meskipun beberapa tahun lalu ia kembali menikah--kalau tidak salah nama istri keduanya ini Heather Mills, hal itu terjadi karena ia telah lama ditinggalkan oleh Linda yang meninggal akibat penyakit kanker, ia tidak tahan sendirian lebih lama lagi.

Religiositas

Menyinggung aspek religiositas, baik Lennon maupun McCartney, sebagaimana halnya dengan Harrison (lihat artikel sebelumnya), memiliki sikap yang juga berbeda. Sebagaimana disinggung dalam artikel sebelumnya, Lennon terlihat bersifat antipati terhadap agama, dalam hal ini kekristenan yang menjadi akar leluhurnya. Lalu, bagaimana dengan McCartney?

Seperti Harrison juga, McCartney tampaknya juga lebih mendingan daripada Lennon. Satu hal yang sempat saya tangkap dari sisi religiositas McCartney adalah ketika menyerukan kata "Shalom" seusai salah satu sesi rekaman the Beatles--dalam lagu "Dig A Pony", Album Anthology 3. Satu hal yang menarik ialah tanggapan yang mengikuti seruannya,  "What do you say? Are you sick?" yang menurut saya diucapkan oleh George Harrison. McCartney membalas dengan berkata, "We improve this time ...," dan seseorang (saya kurang jelas siapa) berujar, "We're not talking about [religion fake]."

Lagu "Let It Be" merupakan salah satu lagu yang ditulis oleh Paul McCartney. Lagu yang dapat dinikmati dalam beberapa versi (mulai dari di album Let It Be, Past Masters Volume II, Anthology, 1, atau Let It Be (Naked)) ini dapat dianggap sebagai cerminan imannya sebagai seorang Katolik.

"When I find myself in time of trouble, Mother Mary comes to me,
speaking words of wisdom, let it be"

Bandingkan saja dengan Lennon yang terang-terangan menolak semua bentuk kepercayaan karena "I'm just believe in me," ujarnya dalam lagu berjudul "God".

Pengakuan
The Beatles, Led Zeppelin, The Doors, bersama sejumlah lainnya, merupakan grup-grup sekuler yang begitu sukses meraup berbagai hal. Namun, esensinya bukan kepada Sang Pencipta. Patut disimak apakah grup-grup musik Kristen dapat menandingi berbagai grup musik sekuler? Ini tantangan yang amat jelas bagi grup-grup musik Kristen: untuk memuliakan Kristus lewat musik sampai dunia sekuler mengakui.

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

Mr. Kristus (Sang Sabda)'s picture

Kenapa John Lennon menolak kristen?

Itu karena pada suatu waktu (sewaktu Lennon beranjak dewasa), ia bertemu dengan seorang ibu di gereja dan ibu tadi dalam keadaan menangis. Lalu Lennon menyapanya dan bertanya "kenapa ibu menangis?". Dan ibu tadi menjawab, "Anak saya telah meninggal dan ia masih berumur 5 tahun, tapi ia belum saya baptis. Apa Anda bisa pastikan bahwa anak saya dapat masuk surga?". Dan dengan berfikir keras, Lennon hanya menjawab "Saya tidak tahu apa-apa tentang itu".
ebed_adonai's picture

@indonesia saram:

Salam kenal sebelumnya indonesia saram....

Maaf sudah sangat telat nih ngomennya.....

Sedikit banyak saya setuju dengan anda............

Ada perbedaan yang cukup signifikan sebetulnya antara John Lennon dan Paul McCartney.

McCartney kelihatan lebih "mapan", sementara Lennon lebih "eksperimental"..

McCartney lebih kalem, sedangkan Lennon lebih urakan.........

Dalam pergaulan, McCartney cenderung melankolis, Lennon lebih humoris..........

Dalam lagu-lagu, McCartney nuansa romantisnya "ringan", sedangkan Lennon nuansa romantisnya "dalam" ....

McCartney rajin, tekun, sementara Lennon ogah-ogahan sehingga  kebanyakan karya-karya Lennon-McCartney sebenarnya diselesaikan oleh McCartney. Produser mereka saat itu, George Martin, bahkan pernah mengatakan demikian: "John is very lazy."

Namun,..perlu untuk kita camkan... Begitu The Beatles bubar,...baik Lennon maupun McCartney sama-sama tidak bisa meraih kesuksesan seperti yang mereka raih saat masih tergabung dalam The Beatles. Tidak usahlah sama, karena hal itu sepertinya memang tidak mungkin.

Namun ini nyaris pun tidak. Apalagi George Harrison dan Ringo Starr. Bukan karena karya-karya mereka jelek, bukan. Band On The Run, Live and Let Die, Watching The Wheels, Mother, dan lain-lain adalah lagu-lagu yang sangat bagus. Tapi kalau mau bicara jujur, jika seandainya mereka bukan eks The Beatles, belum tentu lagu-lagu mereka bisa seterkenal itu.

Agaknya seperti hubungan suami-istri, demikianlah berbicara mengenai Lennon-McCartney ini. Yang satu saling mengisi dengan yang lain, menjadi "satu kekuatan" dalam bermusik. Dan keintiman Lennon-mcCartney inilah yang sangat sangat kuat bercokol dalam musikalitas the Beatles. Dan begitu mereka "bercerai", maka habislah "kekuatan" mereka masing-masing.

Tidak banyak saya lihat grup musik yang seperti ini, dimana keterikatan dua orang musisi dalam satu grup musik sedemikian kuatnya mewarnai musikalitas kedua orang tersebut (dan grup musiknya juga), sehingga kalau ada sesuatu yang terjadi dengan salah satu dari kedua pihak, maka grup musik itu akan menjadi lumpuh, dan keduanya masing-masing seperti "kehilangan" sentuhannya dalam bermusik.

"...Patut disimak apakah grup-grup musik Kristen dapat menandingi berbagai grup musik sekuler?..."

Hmm. Pertanyaan yang sangat cerdas, dan tidak mudah untuk dijawab......

------------------------------------------ Beatlemania! ------------------------------------------

Shalom! 

(...shema'an qoli, adonai...)

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)